BANYUWANGI – Kabar duka menimpa peserta ujian nasional (unas) tingkat SMP sederajat. Hari terakhir pelaksanaan unas kemarin (7/5), salah seorang siswa kelas 9 MTs Manbaul Huda, Cluring, meninggal dunia. Sehari sebelumnya, siswi tersebut dikabarkan sakit.
Kabar meninggalnya satu peserta unas itu diungkapkan Kasi SMP Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sutikno, kemarin. Dikatakan, sebelumnya ada dua siswa yang dikabarkan sakit pada hari pertama dan kedua unas. Ternyata salah satu siswa bernama Lisa Nur Rohmah mengembuskan napas terakhir.
“Kita sudah siapkan ujian susulan sebenarnya. Tetapi, ternyata yang bersangkutan meninggal dunia,” kata Sutikno. Secara keseluruhan, pelaksanaan unas berjalan lancar. Hanya ada satu kasus, yakni kesalahan lembar soal yang terdapat jawaban yang sama.
Soal itu terdapat di nomor dua belas mata pelajaran IPA. Namun, penanganannya sudah diatasi langsung dengan menuliskan masalah itu di berita acara. Selain itu, ada juga kejadian kecelakaan yang menimpa salah satu siswa asal SMPN Tegalsari.
Tetapi, siswa tersebut memaksakan diri mengikuti unas dengan pengawalan petugas di ruang perawatan. “Sama seperti di SMPN 1 Licin, siswa yang mengalami kecelakaan tadi pagi tetap ikut melaksanakan unas,” ujarnya. Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, sekolah penyelenggara unas berusaha menyelesaikan hari terakhir dengan baik.
Di SMPN 1 Licin dua siswa yang mengalami kecelakaan di hari kedua unas tetap mengerjakan ujian. Salah satu siswa bernama Lusi Intan yang mengalami retak tangan terpaksa mengerjakan soal unas di ruang rawat Puskesmas Licin.
Dua pengawas dan seorang aparat kepolisian turut mengawasi siswi asal Dusun Nanasan, Desa Karanganyar itu dalam mengerjakan soal. “Biaya perawatan ditanggung sekolah. Beruntung, pihak puskesmas memberikan keringanan biaya.
Siswi tersebut kami inapkan di puskesmas supaya tidak usah bolak-balik, dan alhamdulillah tidak ada siswa yang ujian susulan,” ujar Subiyanto, kepala SMPN 1 Licin. Di MTsN 1 Banyuwangi siswa melakukan istighotsah dan salat duha sebelum mengerjakan soal unas.
Nurrakhim, kepala MTsN 1 Banyuwangi mengatakan, di dalam istighotsah itu siswa diberi pesan agar tenang dalam menjalani unas, dan berharap memperoleh nilai maksimal. “Kita ajak siswa doa pagi-pagi supaya mereka tenang dan menerima apa pun hasil unas setelah berserah diri kepada Allah,” ujarnya.
Di SMPN 1 Giri kepala sekolah meminta pengawas lebih jeli dalam pengumpulan lembar jawaban ujian nasional (LJUN). Prosedur tersebut dilakukan sejak sebelum unas. “Kita benar-benar memastikan pengerjaan soal dan LJUN sudah sesuai.
Guru diminta ikut membantu mengecek barkode naskah unas siswa jika memang tertukar. Pengawas kita minta benar-benar jeli. Jangan sampai ada LJUN tertinggal,” kata Kasek SMPN 1 Giri, Sulhan. (radar)