Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Heboh Santri Cilik Ponpes Darussalam Blokagung Bernama Q

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Kartu santri Q saat menempuh pindidikan di Ponpes Blokagung.

Nazar Orang Tua karena Proses Persalinan Normal

SIANG itu, selepas jam ujian di lembaga pendidikan Darussalam, aktivitas di seluruh lingkungan pesantren kembali seperti biasanya. Sebagian santri sibuk melakukan kegiatan pribadi. Sebagian juga tampak melakukan kegiatan belajar bersama.

Suasana di sekitar asrama As-Safiiyah yang berlokasi di belakang kediaman KH. Khaliq Syafaat itu tampak rarnai dengan adanya aktivitas latihan hadrah yang dilakukan santri putri. Siang itu, Jawa Pos Radar Banyuwangi menunggu seorang santri yang sempat jadi perbincangan hangat karena menyandang nama yang cukup unik, yakni terdiri  dari satu huruf saja Q.

Setelah menunggu selama 15 menit, dua orang gadis keluar dari asrama tersebut, salah satu di antara  keduanya adalah Q.  Saat bercerita mengenai asal-usul nama unik yang disandangnya, gadis yang masih mengenakan seragam sekolah tersebut mengungkapkan jika nama tersebut diberikan sang  ayah.

Tidak sekadar untuk unik-unikan, nama ini diberikan sebagai bentuk syukur orang tua, Imam Rapii dan Damayanti atas kelahirannya. Menurut ccrita gadis berzodiak Aquarius ini, saat kelahiran kakaknya, Nur Imada Fatimatuzzahra, 15, proses persalinan yang dialami ibunya harus melalui operasi cesar.

Dari peristiwa itu, kemudian ayahnya melakukan nazar akan memberi nama Q untuk anak kedua jika bisa dilalui secara normal. “Dulu kakaknya dikandungan besar, terus lahirnya cesar. Kemudian ayah berujar kalau anaknya nanti tidak cesar akan dinamai Q,” kenang kakak dari Nur Muhammad Ainul yaqin, 12, dan Liwalana Nuwafi Futuhiyata Rihil Jannah, 5, ini.

Tidak hanya unik di telinga orang lain, bagi siswi yang kini duduk di bangku kelas VII F MTs Al Amiriyah Progam Unggulan, nama tersebut juga terdengar unik di telinganya sendiri. Bahkan, rasa penasaran Q terkait maksud pemberian nama ini juga sempat muncul dan menjadi pertanyaan kepada orang tuanya.

“Q itu artinya kunci, kalau Bahasa Arabnya katanya jagalah,” ucapnya. Memiliki nama unik tentu membawa pangalaman tersendiri bagi Q, sikap tidak percaya teman baru dan lingkungan baru atas namanya sering dia alami. termasuk saat masuk di pondok pesantren Darussalam. “Nama saya aneh kata mereka,” ucapnya.

Saat dirinya akan menjalani ujian nasional, masalah muncul saat pendaftaran melalui sistem online. Begitu entry namanya dilakukan, sistem pada komputer tidak merespons. Bahkan, saat itu pihak keluarga sudah diberi pilihan oleh sekolah untuk mengubah nama anaknya tersebut. Untuk mengganti atau menambah nama anaknya tersebut.

“Dulu pernah mau diganti syaratnya di depan ada Q-nya. Tapi saat mau diganti ternyata di komputer lain bisa,” jelasnya. Meski sempat mengalami sedikit masalah dengan namanya, namun hari-hari Q di selama di pesantren tidak asa masalah.

Setiap hari, di luar aktivitas belajar di kelas jurusan MIPA dan kegiatan belajar di kelas ula madrasah diniyah, dia masih bisa melakukan hobi mulai membaca novel, menulis cerpen dan membuat doodle di buku hariannya.

“Saya suka baca novel, Surat Kecil Untuk Tuhan dan Hapalan Shalat Delisha,” jelasnya sembari menunjukkan coretan doodle dibukunya. Gadis yang bercita-cita menjadi seorang desainer ini mengaku terkadang muncul keinginan untuk mengganti nama. Namun, setelah dipikir-pikir lagi, dia asyik dengan nama pemberian orang tuanya tersebut.

“Kadang juga pengen ganti nama, tapi tidak tahu diganti apa,” ungkapnya. Di mata pihak sekolah, keberadaan Q di sekolah cukup menonjol dalam sisi akademisnya. Ungkapan ini disampaikan secara langsung oleh kepala MTs Al Amiriyah, Masrofi.

Menurutnya, prestasi Q saat ini tergolong bagus. Minat belajarnya cukup tinggi, hal ini tidak lepas dari kondisi dan lingkungan sekolah di kelasnya. “Dia tergolong menengah ke atas,” ujar Masrofi.

Terkait hobi Q dalam menulis cerpen dan membuat doodle, Masrofi mengungkapkan saat ini di sekolah memang ada wadah yang menampung hobi tersebut di bidang ini. “Itu ada wadahnya, kelas tiga praktiknya memang membuat cerpen dan kita bukukan, kita terbitkan lewat penerbit ISBN,” terangnya.

“Wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin berusaha menemui orang tua Q di Desa Banjarsari. Tempat tinggal Q berada di sebelah barat pertigaan Desa Banjarsari, dekat rumah mantan anggota DPRD Utomo Dauwis.

Q merupakan anak kedua dari pernikahan Imam Rapii dengan Damayanti, 42. Damayanti memebenarkan anak keduanya diberi nama satu huruf. Gara-gara nama Q, dia pernah mengalami kesulitan saat mengurusi nomor induk di Sekolah Dasar Islam (SDI) AI-Khariyah.

Program komputer tidak bisa menginput data siswa yang hanya berisi satu karakter huruf saja. Pihak sekolah menyarankan untuk mengubah namanya guna mendapatkan nomor induk sekolah. Hingga akhimya, Damayanti mengubah nama anaknya dengan empat huruf, yaitu Qiqi agar pihak sekolah tidak kesulitan menginput data tersebut. Sempat diberikan dua pilihan nama, yaitu Q Ajalia Nazwa dan Qiqi.

“Dia sering sekali meminta agar namanya diubah seperti nama saudaranya yang lain, yang memiliki nama panjang tidak hanya satu huruf Q,” ungkap Damayanti yang telah berpisah lama dengan suaminya, Imam Rapii.

Ibu empat anak ini menceritakan, anaknya kerap mendapat olokan dari teman-temannya yang belum mengenal atau baru mengetahui jika namanya satu huruf Q. Saat pulang sekolah, Q kadang menangis karena sering di-bully dan diolok-olok dengan teman-temannya.

“Saya merasa sangat sedih saat melihatnya seperti itu,” kenang Damayanti. Kadang anaknya tidak percaya diri ketika bergaul dengan teman sebayanya di lingkungan rumahnya. “Akhimya Q sering mengurung diri di rumah dan tidak pernah keluar rumah saat pulang dari pondok,” ungkap Retno, salah satu tetangga Damayanti. (radar)

Kata kunci yang digunakan :