Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ingin Dapat Mitra Tanding Robot

CHAMPION: Tatok Hadiyanto memamerkan koleksi medali dan piagam.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Kaki cacat tidak mematahkan semangat Tatok Hadiyanto menjalani hidup. Berbekal tekad yang kuat, dia pun kerap menyandang gelar juara tingkat ASEAN. Tahun depan, dia siap berlaga di Vietnam.

SORE itu pria yang tinggal di Situbondo sejak tahun 1980 itu sepertinya merasa sepi. Dia hanya berteman dua kruk aluminium di ruang tamu rumahnya. Namun, tetap saja ada semangat yang tersirat dalam menghadapi even besar di

CHAMPION: Tatok Hadiyanto memamerkan koleksi medali dan piagam.

Vietnam 2013 mendatang.

Sejumlah persiapan dan latihan tenis meja menggunakan kursi roda terus dilakukan bersama komunitas tunadaksa. Selain itu, lelaki tersebut juga mengajukan sebuah robot kepada Pemerintah Kabupaten Situbondo untuk menopang latihan tenis meja kursi roda. Sebenarnya, laki-laki kelahiran Jember 46 tahun silam itu selalu bermain tenis di rumahnya di Jalan Mawar, Kelurahan Patokan, Situbondo. Dengan kedua kakinya yang patah, dia terus belajar hingga pada 2010 lalu dia memutuskan ikut kejuaraan nasional.

Tentu saja, keinginan itu tidak semudah yang dibayangkan. Sebab, harus ada seleksi ketat terlebih dahulu untuk mengikuti kejuaraan tersebut. Akhirnya, bapak dua anak itu memutuskan berlatih ke sana-ke mari agar dirinya menguasai tenis meja. Saat pertama kali dirinya berlatih, hampir se tiap mengejar bola pingpong dirinya terjatuh dari kursi roda. Meski demikian, lelaki itu tetap semangat dan terus berusaha menggapai mimpi. “Saat saya baru belajar, saya sering terjatuh dari kursi roda. Tetapi, saya terus belajar, baik teknik bermain tenis maupun belajar menguasai kursi roda,” ujar Tatok saat ditemui di rumahnya.

Sementara itu, istri Tatok sebenarnya sempat pesimistis saat Tatok sering terjatuh dari kur si roda saat mengejar bola pingpong. Na mun, karena kemauan Tatok cukup keras, akhirnya sang istri terus memberi motivasi. Dengan pengalaman jatuh beberapa kali dari kursi roda, akhirnya dia berpikir apakah dirinya tidak bisa seperti orang lain sesama cacat seperti dirinya. Karena itu, ia terus belajar. Di awal 2010, dirinya dapat meraih dua emas dan satu perak dari perlombaan tenis meja kursi roda. “Saatitu saya mewakili Jawa Timur. Saya tidak menyangka, ternyata saya bisa bertanding de ngan orang-orang yang selama ini saya lihat di televisi,” katanya.

Lantaran mendapatkan dua emas dan satu perak, pemerintah pusat menugasinya ikut bertanding dalam ASEAN Paragame Tunadaksa. “Di ASEAN Paragame, saya hampir patah semangat. Lawan saya banyak yang sangat unggul, tapi saya tetap yakin dan bisa melawan mereka,” imbuhnya. Di tingkat ASEAN, pria tersebut juga berhasil meraih kemenangan gemilang dengan mendapatkan tiga emas dan satu perunggu. Atas kemenangan tersebut, dirinya harus mempersiapkan diri berlaga di perlombaan yang akan digelar di Vietnam 2013 mendatang. “Bulan 5 tahun 2013 kami para atlet sudah harus belajar,” katanya.

Pria juara tenis meja tunadaksa itu berharap agar pemerintah memberi penghargaan kepada mereka yang juara. Sebab, saat berlaga di luar negeri, mereka ha nya membawa nama Indonesia. “Kalau dari pusat sudah, pemerintah daerah juga sudah. Bahkan, Situbondo ini cukup bagus, tapi untuk Provinsi Jawa Timur belum. Padahal, yang lain sudah semua,” harapnya. (radar)