Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Jadi Arena Latihan Para Pembalap Profesional

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

sirkuit-dtSUASANA di terminal Wiroguno, di Dusun Curahtangi, Desa Setail, Kecamatan Genteng, terlihat cukup ramai. Di sekitar areal terminal yang cukup luas itu, banyak warga dan para remaja yang berjejer di pinggir. Di antara warga itu, ada yang masuk ke areal terminal.

Mereka berdiri dan ada yng duduk di atas jok motor. Pemandangan yang rantai di terminal yang sedang mati suri itu, terlihat setiap hari Sabtu dan Minggu, terutama sejak sebulan terakhir. Terminal Wroguo yang sebelumnya seperti gedung tua yang tidak bertuan,kini mulai ramai.

Sejumlah pembalap, meyulap menjadi arena sirkuit untuk balapan motor. Di lokasi parkir depan, diberi pembatas dari batu sebagai turning point. “Saya baru ini latihan,” cetus Bambang Tirta, 28, salah satu pembalap asal Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, yang mengaku biasa latihan di Bali.

Para pembalap yang latihan di Terminal Wiroguno, itu ternyata pembalap yang selama ini sering mengikuti kejuaraan. Seperti saat balapan resmi, dalam latihan ini mereka juga melengkapi pengaman, seperti jaket, helm, dan sepatu.

“Untuk jaga- jaga, dan jatuh itu sudah biasa,” cetus Danu Ansori, 20, pembalap asal Desa Sarimulyo, Kecamatan Cluring. Para pembalap itu menyebut kondisi terminal sebenarnya kurang memenuhi persyaratan untuk dibuat arena sirkuit.

Luas dan kualitas aspal, kurang bagus dibuat balapan. “Aspalnya kurang halus, kalau lebar cukuplah,” ujar Taufiq, 25, pembalap lainnya. Pembalap asal Dusun Cangaan, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, yang biasa di sapa Opex ini menyampaikan, terminal Wiroguno dibuat arena untuk latihan karena sudah tidak ada lagi lokasi yang bisa dijadikan tempat untuk mengasah kemampuan sebagai pembalap.

“Tempat latihan tidak ada,” katanya. Para pembalap itu pernah mengurus izin untuk penggunaan terminal sebagai latihan balapan motor. Tapi tidak lama, izin itu dicabut kembali. “Izin latihan dicabut, kita hampir tidak pernah latihan,” ujarnya.

Para pembalap yang berlatih di Terminal Wiroguno, banyak yang telah mengikuti kejuaraan di luar daerah. Meski tidak semua bisa menjuarai, tapi telah membawa irama Banyuwangi dalam berbagai balapan. Untuk latihan ini, biaya yang dikeluarkan berasal dari kantong pribadi.

Biaya untuk latihan balapan motor, itu tergolong cukup tinggi. Sekali latihan, mereka harus mengeluarkan biaya untuk keperluan motor sekitar Rp 200 ribu. Itu belum termasuk kebutuhan mekanik. “Untuk kebutuhan modifikasi, saya telah habis Rp 25 juta,” jelasnya.

Sirkuit memang menjadi kebutuhan utama bagi para pembalap motor ini. Sore kemarin, tidak hanya pembalap sekitar Kota Genteng yang datang untuk berlatih. Mereka, ada yang datang dari Kecamatan Cluring dan Muncar. Jumlah pembalap, sekitar 20 orang. (radar)