Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Jauh Sebelum Puasa, Order Sudah Penuh

MEMASAK: Aktivitas warga membuat kue tradisional di Singotrunan.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
MEMASAK: Aktivitas warga membuat kue tradisional di Singotrunan.

Bulan Ramadan tinggal beberapa hari lagi. Namun kesibukan masyarakat menyambut puasa dan Lebaran sudah mulai terasa. Pusat produksi jajanan tradisional sudah diserbu konsumen. Seperti industri rumahan milik di Kelurahan Singotrunan, Kecamatan Banyuwangi ini.

-NIKLAAS ANDRIES, Banyuwangi-

JARUM jam masih menunjukkan pukul 07.30. Gerimis yang turun hampir sepanjang hari kemarin, tidak menghalangi kesibukan salah satu sudut rumah di Gang Kerinci, Kelurahan Singotrunan, Banyuwangi itu. Kepulan asap berwarna putih sudah membumbung tinggi dari rumah milik Hadiyah, 44. Bukan asap merokok, melainkan kepulan asap itu berasal dari tungku dan oven yang berjajar rapi di sisi bangunan yang dulunya merupakan garasi mobil itu.

Di ruangan berukuran 4 x 3 meter tersebut, ragam kue basah dan kering dihasilkan. Ada bikang, bolu, bakiak, sale pi- sang, dan lainnya dihasilkan dari industri makanan rumahan ini. Tiga orang tampak sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang mengolah adonan, mengukus, hingga menata perlengkapan pendukung pembuatan kue.

Aktivitas itu menjadi pemandangan rutin di rumah yang bergaya arsitektur Bali tersebut. Belakangan, kegiatan meramu bahan kue di rumah ini mengalami peningkatan. Persisnya beberapa menjelang Ramadan dan satu bulan sebelum hari raya Idul Fitri, Hadiyah sedikit dibuat sibuk. Penyebabnya order kue bikinannya sedang tinggi-tingginya saat ini.

Dalam kondisi normal, Hadiyah mampu menghasilkan 10 hingga 25 kilogram (Kg) ragam jenis kue. Jumlah itu belum termasuk order luar daerah seperti Bali, Madura, dan Surabaya yang juga mengambil produksi jajanan miliknya. Total dalam sehari dia bisa memproduksi aneka kue hingga 50 Kg. Kini order sebelum Ramadan dan Idul Fitri tiba, pesanannya su dah melesat jauh hampir tiga perempat dari order tahun lalu.

Untuk musim Lebaran kali ini saja, diprediksi lebih ku rang 100 Kg hingga 200 Kg kue siap dibuat. Menilik dari jenis jajanan favorit, kue kering semacam nastar, putri salju, dan lidah kucing masih menjadi primadona. Tidak heran kondisi itu membuatnya harus menambah tenaga bantuan untuk mengatasi tingginya pesanan. Jumlah per gawainya pun ditambah.

Cara lain menyiasati tingginya pe sanan, home industryini terpaksa menutup pintu. “Kalau pesanan sudah banyak terpaksa di tutup biar fokus,” ujarnya. Menilik kondisi yang ada sekarang, Hadiyah merasakan ada pergeseran tren dan grafik pesanan. Order kue yang biasa di terimanya di pertengahan bulan Ramadan, kini bergeser jauh ke sebelum itu.

Kini pesanan justru sudah banyak menunggu di awal jelang bulan Ramadan. Kondisi itu tentu saja menimbulkan dua perasaan yang berkecamuk dalam diri perempuan ini. Rasa senang tentu ada karena gambaran omzet bakal meningkat sudah ada di depan mata. Di sisi lain, pesanan di awal menghindarkannya kemungkinan harga bahan baku kue kembali saat menjelang hari raya.

Dan, inilah salah satu kenyataan yang dihadapi Hadiyah bahkan penjual kue Lebaran lain nya. Fluktuasi harga bahan kue yang cender ung tidak stabil selama Ramadan dan jelang hari raya sering menjadi momok. Sebab bukan rahasia umum bila harga bahan baku kue me ngalami kena ikan ha mpir dua kali lipat saat sebelum dan menjelang hari raya. Maka tidak heran tren pesanan di awal Ramadan seperti saat ini memiliki sisi keuntungan.

Meski bahan kue naik, minimal ma sih bisa menyiasati dengan ke mungkinan melambungnya harga bahan pokok kue. Contohnya saja untuk kali ini saja, harga kebutuhan tersebut sudah melambung tinggi. Telur, mentega, tepung, hing ga adonan lainnya sudah membuatnya dirinya pusing. Belum lagi kemungkinan untuk kembali kebutuhan kue tersebut untuk merangkak naik jelang hari raya.

Meski terkadang turun namun kenyataan di lapangan selama ini, harga yang turun sifatnya hanya sesaat dan bisa kembali meroket Pusing lantaran me lam bungnya harga bahan kue tersebut boleh jadi akan membuat keuntungan yang diperolehnya juga bakal merosot. Belum lagi situasi ini akan berdampak pada har ga jual kue produksinya.

“Ya cara penjual kue macam-macam. Cuma kalau saya harga ter paksa dinaikkan untuk mengimbangi harga bahan kue yang naik,” katanya. Opsi menaikkan harga dipandang perlu sebagai upaya m engimbangi biaya produksi yang dikeluarkan. Di sisi lain, cara ini dilakukan juga untuk ti dak mengurangi kualitas cita rasa kue buatannya. Bila dikurangi dikhawatirkan konsumen akan protes karena ku alitas pesanannya yang di terimanya berkurang. (radar)