Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Jelang Maulid, Harga Telur Mulai Naik

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

jelangBANYUWANGI – Permintaan telur yang meningkat menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, berdampak terhadap harga sumber protein hewani tersebut di pasaran Banyuwangi dan sekitarnya. Berdasarkan pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi di Pasar Banyuwangi kemarin (5/1), harga telur sudah mencapai Rp 17.500 per kilogram (Kg).

Padahal dua hari sebelumnya, harga telur masih berkisar pada angka Rp 14.000 per Kg. Hanya dalam tempo dua hari, terjadi lonjakan Rp 3500 per Kg. Tren kenaikan harga telur ini diprediksi akan terus terjadi naik hingga pertengahan bulan Januari 2014 mendatang. Seorang pedagang sembako di Pasar Banyuwangi, Hj Umalia mengakui, permintaan telur juga meningkat sepekan terakhir ini.

Kondisi kenaikan permintaan telur juga terjadi di beberapa kecamatan di Banyuwangi Selatan. Saprowi, 40, seorang pedagang sembako di Kecamatan Tegalsari menuturkan, harga mengalami kenaikan sekitar Rp 1000 per Kg. “Jumat lalu (3/1) masih Rp 15.000 sampai Rp 16.000 per Kg. Saat ini, harganya sudah menjadi Rp 17.000 per Kg,” tuturnya.

Menanggapi kenaikan harga telur, konsumen berharap harga relatif stabil. ‘’Yang diharapkan itu kenaikan tetap di batas normal,’’ ujar Niken, warga Kelurahan/Kecamatan Giri. Semenatara itu, beberapa pedagang mulai menjual kembang telur sebagai hiasan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di pasaran. Model dan bentuk wadah telur hias itu pun kini lebih beragam.

Jika dulu kembang telur sebatas bentuk bunga dan terbuat dari kertas yang tidak gemerlap. Kini bentuk dan warnanya sangat bermacam-macam. Salah satu penjual kembang telur, Aan, 50, menuturkan, pada peringatan Maulid tahun ini bentuk kembang telur sangat beragam. Harga yang dijual pun cukup bervariasi. Mulai dari Rp 500 per biji sampai Rp 10 ribu. Semua bergantung jenis dan kesulitan dalam membuat.

“Kalau yang biasa Rp 500, kertas tiga dimensi Rp 1000. Yang paling mahal bentuk bebek,” tuturnya. Bahkan, dia mengatakan di tempat lain kemungkinan harga yang lebih mahal juga ada. Selain membuat sendiri kembang telur yang dia jual, Aan juga menerima titipan dari penjual lain.

Biasanya barang titipan itu sudah disimpan beberapa  ekan sebelumnya. Umumnya para pedagang menjual kembang telur kepada konsumen per sepuluh biji. Selain itu, jika ada orang membeli dalam jumlah banyak maka harga yang dikenakan pun bisa diturunkan.”Kalau beli banyak kita kasih murah,” tegasnya. (radar)