Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Jelang Wafat, Tulis Surat Kematian di Kantor KONI

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

mati“SAYA sudah ada di kantor KONI, Mas.” ltulah salah satu pesan singkat dari Moch. Sunoto Bachtiar yang dikirim kepada koran ini. Saat itu koran ini memang janji akan bertemu guna mengulas sejarah dan sepak terjang mantan Direktur PT. Perkebunan Kalibendo, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Sardju Adi Kardono.

Setelah menerima short message servis (SMS) itu, koran ini pun bertemu. Pertemuan itu berlangsung dengan hangat. Di kantor KONI Banyuwangi itu dia mengenakan kemeja warna cokelat. “AIhamduIillah, kabar baik, Mas,’ katanya saat ditanya kabar.

Dengan secarik kertas di tangan, pria berusia 67 tahun itu tampaknya sudah siap dengan bahan-bahan yang akan disampaikan kepada publik tentang sosok koleganya, Sardju Adi Kardono.

“Saya menyampaikan ini dengan sebenar-benarnya,” tuturnya kala itu.  Saat itu tidak ada tanda-tanda kesehatannya menurun. Dia masih tampak bugar, hanya sesekali tarikan napasnya sedikit tersengal. Kadang- kadang dia batuk. “Saya masih aktif berolahraga,” kisahnya.

Pertemuan itu terjadi sekitar pukul 13.00 tanggal 5 Maret lalu. Takdir Tuhan, pertemuan itu adalah pertemuan terakhir saya dengan beliau. Kemarin, dia pergi untuk selamalamanya. Jenazahnya dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelurahan Penganjuran, Banyuwangi.

Yang paling menghalalkan, sebelum meninggal dunia, dia membuat struktur jamaah kematian di lingkunganya. Tulisan itu ditulis di kantor KONI Banyuwangi tanggal 12 Maret lalu. “Katanya, buat struktur itu agar kalau ada orang meninggal bisa di urus,” ujar staf ahli KONI Banyuwangi, Mustain.

Dia mengatakan, saat Itu Sunoto terlihat serius mebuat tulisan struktur kematian itu. Tidak ada tanda-tanda yang bersangkutan akan meninggal dunia. “Katanya, Pak Sunoto sendiri yang menjadi penanggung jawab. Saat itu Pak Sunoto yang ngeprin sendiri di sini, imbuh Mustain.

Semasa hidup, Sunoto memang termasuk orang yang menjadi panutan di Iingkunganya, Dia dipercaya sebagai ketua RW 03, lingkungan Biskalan, Kelurahan Kepatihan, Banyuwangi. “Saya kaget sekali saat mendengar kabar duka itu. Semoga amal baik beliau diterima di sisi Allah,” doanya.

Suami Warikasih itu meninggal dunia akibat penyakit jantung. Selama ini bapak lima anak tersebut memiliki riwayat penyakit jantung. Sebelum meninggal, dia mengeluh sesak napas setelah berolahraga.  Sunoto lebih dikenal sebagai pelopor olahraga di Banyuwangi.

Kiprahnya dalam perkembangan olahraga di Kota Gandrung luar biasa. Sunoto pernah menjadi ketua harian KONI Banyuwangi. Dia juga pernah menjadi pengurus Persewangi mulai tahun 2001 hingga 2009. Selain itu, Sunoto aktif dalam cabang olahraga bola voli.

Sampai meninggal dunia, dia masih tercatat sebagai pengurus resmi PBVSI Banyuwangi. Yang cukup fenomenal, Sunoto merupakan salah satu deklarator terbentuknya ikatan Pencak Silat seluruh Indonesia (IPSI) Banyuwangi pada tahun 1971. Sampai saat ini prestasi silat di Bumi Blambangan berkembang pesat.

Selain dikenal di bidang olahraga, Suuoto teramat sebagai ketua umum Paguyuban Keluarga besar Madura Joko Tole. Dia menjadi pemersatu warga Madura di Banyuwangi sejak tahun 2008 hingga saat ini. Banyak orang yang mengucapkan bela sungkawa atas kepergian Sunoto.

Banyak pelayat yang mengunjungi rumah duka di Jalan RA. Kartini, Nomor 23, Lingkungan Biskalan, Kelurahan Kepatihan, Banyuwangi. “Dedikasi beliau terhadap kemajuan olahraga Banyuwangi luar biasa,” ungkap Pebdi Arisdiawan, mantan wakil ketua DPRD Banyuwangi.

Dia menjelaskan, almarhum merupakan salah satu orang terbaik yang pernah di miliki Banyuwangi. Atas kiprahnya itu, dia pernah mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Timur, Imam Utamo, pada tahun 2008 lalu.

“Beliau pernah dapat penghargaan sebagai pembina olahraga terbaik dari gubernur, ujar mantan Ketua KONI Banyuwangi itu.  Sekretais Paguyuban Keluarga Besar Joko Tole Banyuwangi, Hidayatur Rahman, mengaku benar-benar kehilangan sosok yang menjadi panutan. (radar)