Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Jossy, Bocah Malang Tidak Punya Anus dan Kelamin

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Jossy dan ibunya saat di kunjungi wakil Bupati Banyuwangi Yusuf Widiatmoko Selasa (1/8/2017)

GENTENG – Dwi Jossy, 14, bocah yang tinggal di Dusun Karangan, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, ini cukup memprihatinkan. Sejak lahir, siswa kelas VI SDN 6 Genteng Kulon itu tidak memiliki anus dan kelamin.

Kondisi Jossy yang memprihatinkan itu, bukan hanya tanpa anus dan kelamin. Saat lahir, ususnya terurai keluar. Dari usus itu, bocah malang itu biasa buang air hingga berumur 1,5 tahun. “Lahir sudah seperti itu (tanpa anus dan kelamin),” cetus sumarni, 41, ibu kandungnya.

Pertolongan medis untuk membuat saluran buatan, baru bisa dilakukan saat Jossy berumur 1,5 tahun di RSUD dr Soetomo Surabaya. Untuk dilakukan operasi secara menyeluruh, dokter menyampaikan harus melalui serangkaian ketentuan, salah satunya berat badan harus di atas 20 kilogram.

“Kita terus menunggu persyaratan itu,” katanya. Sumarni menyebut setiap hari memantau putra kesayangannya itu. Agar saluran buatan untuk pembuangan buatan itu tetap baik, dia memasang pempers. “Sehari-hari ditutup sama pempers,” ujarnya.

Menurut sumarni, upaya untuk melakukan penanganan memasukkan usus yang keluar dalam perut, sebenarnya sudah pernah dilakukan. Tapi karena kondisi kesehatannya yang kurang mendukung, maka itu belum bisa dilakukan dengan baik.

“Usus akan dimasukkan tidak berani karena tidak ada tulang penyangganya,” ungkapnya. Karena tidak memiliki kelamin, status jenis kelamin masih belum jelas. Selama ini, Jossy ini cenderung ke perempuan dengan mengenakan rok. Itu dilakukan untuk memudahkan saluran pembuangan tidak terluka.

“Sebenarnya ingin jadi laki-laki, tapi sejak kecil dibiasakan memakai pakaian perempuan,” jelasnya. Kondisi Jossy itu membutuhkan kesabaran dan penanganan yang serius dari orang tua. Sumarni harus merawat sendiri setelah cerai dengan suaminya sejak empat tahun lalu.

“Saya merawat sendiri, membiayai sendiri perawatan, sehari butuh lima pampers,” ungkapnya. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan perawatan Jossy, perempuan yang pernah menjadi TKI di Brunei dan Malaysia itu hanya mengandalkan usaha jualan kopi di depan KSP Milan di Jalan KH. Wahid Hasyim, Desa Genteng Kulon.

“Sejak dua tahun ini setiap malam jualan kopi,” terangnya. Kondisi Jossy itu baru diketahui masyarakat sebelah salah seorang gurunya mengunggah di media sosial. Awalnya sekolah hanya mengtahui siswanya itu tidak punya kelamin. Selama di sekolah, statusnya berkelamin perempuan.

“Saya dengar akan ganti kelamin, lalu saya tanya,” terang Mike Tusrida, salah satu guru Jossy. Mike mengaku mengetahui betul kondisi kesehatan Jossy. Bahkan, dia juga hapal kegiatan yang dilakukan siswanya ini saat istirahat.

“Kalau istirahat selalu pulang untuk ganti pampers,” jelasnya. Di sekolah Jossy dikenal cukup aktif. Meski ada kelainan dan anggota tubuhnya kurang sempurna, tapi tetap ceria dan tidak pernah terlihat sedang sakit.

“Kalau ke sekolah jalan kaki,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng. Jossy sendiri terlihat tegar dengan kondiisi yang ada pada dirinya. Semangatnya cukup tinggi. Saat ditanya mengenai cita-citanya, dengan jelas dia mengaku ingin menjadi dokter.

“Cita-cita menjadi dokter,” katanya. Wakil Bupati (Wabup) Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko, berkunjung ke rumah Jossy kemarin (1/8). Ikut mendampingi ketua IDI Banyuwangi, dr. Yos Hermawan, dan Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiyono.

“Pemkab Banyuwangi berkomitmen membantu proses penyembuhan dan mendukung masa depan Jossy,” cetus Wabup Yusuf Widyatmoko. Untuk membantu bocah malang itu, terang dia, masih menunggu kondisinya siap.

Operasi kelamin yang akan dilakukan, akan dilakukan sesuai keinginan Jossy yang memilih menjadi laki-laki. “Operasi kelamin laki-laki lebih rumit,” ungkapnya. Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Sulihtiyono, menegaskan akan mengawal proses pendidikan Jossy.

Pihaknya telah berkoordinasi dengan jajaran yang ada di tingkat kecamatan untuk terus memperhatikan bocah malang itu. “Pendidikannya akan kita kawal,” katanya.

Sulihtiyono berharap dengan kondisi Jossy seperti itu, tidak akan ada tindakan perundungan atau bullying. Itu bisa dilakukan salah satunya dengan pemantapan tata tertib dan aturan di sekolah. “Anak kebutuhan khusus harus dapat pengawasn,” cetusnya. (radar)