Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kisah Mak Yah, Nenek 73 Tahun yang Tinggal di Kandang Ayam

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Tinggal di Gubuk Sempit, Makan Minum dari Warga

USIA Mak Yah kini sudah kepala tujuh. Kulitnya keriput, rambutnya beruban, penglihatannya juga sudah  tak tajam lagi. Indera pendengarannya juga sudah berkurang. Dia hanya bisa duduk terdiam, untuk berjalan saja harus dibopong.

Di usia setua  itu, seharusnya Mak Yah tinggal menikmati masa tua dengan nyaman. Apa yang dialami Mak Yah ternyata  sangat jauh dari kata ideal dan sangat memprihatinkan. Betapa tidak, di  usianya yang sudah senja itu, Mak Yah harus tinggal di sebuah gubuk   sempit yang sekitarnya adalah kandang ayam milik warga di lingkungan Krajan RT 04 RW 1 Kelurahan Kertosari,  Kecamatan Banyuwangi.

Untuk sampai gubuk tempat tinggal Mak Yah sebetulnya tidak terlalu sulit  untuk dicari. Jaraknya tidak jauh dari kantor kelurahan setempat. Dengan berjalan kaki sekitar 150 meter, melewati gang dengan lebar 1,5 meter.  Sepintas tidak terlihat ada gubuk atau rumah reot di antara bangunan  rumah lain di sekelilingnya.

Namun, di antara bangunan  rumah itu, ada sebuah bangunan dipagar keliling dengan tinggi sekitar 2,5 meter. Di dalam bangunan pagar keliling tersebut,   terdapat tanah lapang berukuran  sekitar 15×15 meter. Begitu masuk dari pintu gerbang pagar tersebut,  terdapat kandang ayam yang  berjajar di sisi sebelah selatan  mepet dengan tembok pagar.

Di dalam pagar tersebut digunakan sebagai kandang ayam. Di dalam bangunan pagar. Selain kandang ayam, di sekitar lokasi  dalam pagar tersebut juga terdapat sumur, kamar mandi dan kloset yang cukup terbuka di sisi  pojok sebelah utara.

Tanah lapang  di tengah perkampungan tersebut adalah milik Agus Samiaji warga setempat. Gubuk tua yang menjadi tempat  peristirahatan Mak Yah itu persis berada di pojok dekat kandang ayam yang hanya berukuran 1,5 meter kali 3 meter.

Gubuk tersebut  berdinding gedek ( anyaman bambu) yang sudah usang. Atapnya  dari genteng bercampur seng, dan berlantai keramik. Di dalam  ruangan gubug sempit itu hanya terdapat sebuah tempat tidur.  Keputusan Mak Yah tinggal di  gubuk berukuran 1,5×3 meter itu lantaran sudah tidak punya keluarga lagi, sejak 20 tahun silam.

Sebelum memutuskan menetap tinggal di alam gubuk tersebut, dia beberapa kali berpindah-pidah tempat di sekitar Kelurahan Kertosari. “Dulu pernah tinggal  di sekitar kuburan, karena perihatin oleh warga dievakuasi untuk tinggal
di gubuk ini,” ungkap Karim, 52,  ketua RT 04.

Karena gubuk itu cukup sempit  dan seadanya, udara dingin kerap dia rasakan saat tidur di malam  hari. Warga merasa tidak tega  dengan kondisi Mak Yah, kemudian membantunya dengan memberikan sarung, selimut, serta bantal.  Namun, Mak Yah bukan tipe orang yang meminta-minta. Dia masih terus tetap berusaha  mencari nafkah sendiri dengan  menjadi tukang pijat, buruh mencuci pakaian, menyetrika  dan jenis pekerjaan lain sepanjang tenaganya dibutuhkan.

Karena keterbatasan fisik dengan kondisi usia yang sudah  semakin tua, sejak sebulan terakhir Mak Yah mulai sering sakit- sakitan. Bahkan, karena sudah lanjut usia, nyaris tidak bisa  melakukan pekerjaan apapun.  Nenek asal Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore itu hanya  bisa duduk dan tiduran di ranjang.

Untuk urusan makan dan minum pun, saat ini hanya berharap belas kasih warga setempat.  Beruntung, masih ada warga yang sangat peduli dengan kondisi nenek tua itu. “Setiap pagi, siang,  sore dan malam hari sudah ada  yang menjenguk dan mengurus makan, minum dan memandikan,”  cetus Karim.

Sejak sebulan lalu, warga setempat yang merasa iba juga sudah pernah mengadukan ke Dinas  Sosial agar ditempatkan di panti  jompo. Sayangnya, hingga kini  belum ada perhatian serius. Hanya beberapa kali dilakukan survei, dijenguk dan diperiksa    kondisi kesehatannya. Terakhir,  juga mendapat bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas)  Banyuwangi.

“Jangan merasa  terbebani, Mak Yah ini jadi ladang amal ibadah bapak ibu, mohon  diurus dengan baik,” ujar Komisioner Baznas, Sumiran Al Muhtadz saat memberikan bantuan di hadapan warga.  Kedatangan Komisioner Baznas   Banyuwangi tersebut atas informasi dari unit pengumpul  zakat (UPZ) di masing-masing   Kecamatan yang turun melakukan  pendataan dan survei.

Komisioner  Baznas yang datang menjenguk kondisi nenek tua tersebut juga merasa iba dan sangat prihatin.Usai menerima bantuan dari  Baznas, Mak Yah spontan langsung mengangkat kedua tangannya seraya berdoa dengan diamini  seluruh komisioner Baznas dan   Lurah Kertosari, Joko Handoko.

“Terima kasih, semoga amal baik bapak dan ibu sekalian dibalas  dengan Allah,” tandas Mak Yah menutup doa sambil mengusapkan kedua telapak tangan ke  mukanya. (radar)