TEGALSARI-Menjelang tahun baru hijriyah 1439 hijriah, makam Mbah Yunus yang berada di Dusun Krajan, Desa Tamansari, Kecamatan Tegalsari, ramai dikunjungi para peziarah kemarin (20/9).
Para peziarah itu tidak hanya datang dari daerah Kabupaten Banyuwangi saja, tapi juga banyak yang dari luar kota seperti dari Madura, Jakarta, Bali, dan sejumlah kota lain. Di makam itu, mereka menggelar doa bersama di dalem sepuh atau rumah yang dulu ditinggali Mbah Yunus bersama keluarga.
“Ramai paziarah ini setiap akan pergantian tahun hijriyah,” cetus salah satu putra MBah Yunus, Ahmad Yunus, 48. Didepan makam itu, terang dia, dilakukan doa bersama dengan membaca doa awal tahun. Kegiatan itu, digelar sebelum magrib dan sesudah salat magrib.
“Setelah doa bersama dilanjutkan pembagian tayo (air) Suro,” terangnya. Menurut Ahmad Yunus, para peziarah yang melakukan doa bersama itu berasal dari berbagai agama. Semua itu tidak lepas dari sikap Mbah Yunus semasa hidupnya yang tidak pernah membeda- bedakan agama atau latar belakang. “Kata almarhum (Mbah Yunus) urusannya sama-sama umat,” jelasnya.
Selama hidup, terang dia, Mbah Yunus juga mengajarkan agar semua anak dan pengikutnya untuk tidak berbuat buruk kepada orang lain. Selain itu, memperbanyak membaca salawat. “Katanya perbanyak membaca selawat,” ujarnya.
Dengan pengajaran yang dilakukan itu, panggilan Mbah Yunus tidak hanya berasal dari kalangan Islam atau pesantren, tapi juga dari non muslim. Malahan, semasa hidup juga sering memberi perlindungan kepada perampok yang sering mencuri dan membuat rusuh di rumahnya.
“Saat ramai PKI tahun 1955, Mbah Yunus melarang membunuh anggota PKI,” cetusnya. Sementara itu, salah satu peziarah, Abdul Kholik, 33, Bangkalan, Madura, mengaku setiap tahun selalu datang untuk ziarah ke makam Mbah Yunus itu. Malahan, di luar tahun baru hijriah, juga sering datang.
“Ayah saya dulu sering kesini, saya sekarang ikut-ikutan,” ucapnya.(radar)