Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Makan Serba Gratis, Orbitkan Atlet Papan Atas

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

PERAN Agus Sujiyono dalam urusan olahraga, khususnya cabang atletik, tidak perlu diragukan lagi. Bagaimana tidak, dia sukses di level nasional dan internasional, baik saat menjadi atlet maupun saat menjadi pelatih. Maka wajar jika dia dikenalsebagai coach spesialis menelurkan atlet bertaraf internasional.

Memang, dunia atletik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan pria kelahiran Banyuwangi 25 Agustus 1967 itu. Dia sudah menggeluti dunia sprint sejak usia sangat belia. Berkat kerja kerasnya, dia berjaya di berbagai even yang diikuti. Semua prestasi itu berkat kerja keras dalam berlatih.

Konsisten dalam berlatih dan tidak mudah mengeluh menjadi kunci keberhasilan bapak yang kini dikaruniai tiga anak itu. Bahkan, atas prestasinya itu, dia mendapatkan berbagai penghargaan. Salah satu reward yang dia terima adalah diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS)  pada tahun 1992.

Nah, prestasinya kala menjadi pelatih dinilai lebih moncer. Tidak sedikit atlet yang dia poles mampu melambungkan nama Kota Gandrung ke pentas nasional hingga internasional. Hingga saat ini pembinaan di atas lapangan masih terus eksis. Kunci sukses itu memang harus intens berlatih.

Tetapi, di balik itu, suami Suparwati itu memiliki rahasia khusus untuk melahirkan atlet potensial. Selasa malam lalu (12/5) wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi mengintip aktivitas para atlet di dalam asrama Lare Oseng Banyuwangi itu. Saat itu beberapa remaja tengah asyik berada di teras asrama.

Terdapat empat kamar dalam asrama tersebut. Setiap kamar diisi dua orang. Jadi, total ada delapan atlet yang konsentrasi penuh di dalam asrama tersebut; masing-masing empat pria dan empat putri. Tak berselang lama, Agus Sujiyono keluar rumah. Dia menyambut dengan hangat kehadiran saya.

‘’Silakan, Mas, sudah lama menunggu? Maaf, saya baru saja mandi. Baru pulang latihan,” ujar Agus menyambut kedatangan JP-RaBa di lesehan asrama. Sambutan itu menjadi pembuka obrolan kami berdua, terutama dalam menghadapi Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jatim V Tahun 2015.

Dia yakin anak asuhnya bakal meraih medali dalam ajang multieven itu. ‘’Anak-anak nanti dapat emas, perak, dan perunggu, itu pasti,” tegasnya penuh keyakinan. Optimisme tinggi itu bukan tanpa alasan. Setiap hari para atlet melakukan pemusatan latihan. Latihan ekstra itu berjalan lancar sesuai skenario.

‘’Makanya, saya ini berinisiatif memiliki asrama untuk anak-anak,” katanya. Menurut Agus, asrama tersebut bisa membuat para atlet fokus. Lebih dari itu, asrama tersebut bukan hanya sekadar lokasi numpang tidur. ‘’Kalau untuk Porprov ini anak-anak sudah tidak boleh pulang.

Biar orang tuanya yang mengalah dan datang menjenguk ke sini,’’ ujarnya. Agus menceritakan, asrama tersebut mulai beroperasi tahun 2009. Para atlet yang memanfaatkan asrama itu tidak dipungut biaya. ‘’Saya hanya ingin membantu anak-anak ke arah prestasi. Soal makan dan lainnya, tidak perlu dipikir,” tuturnya.

Agus sudah menganggap semua atlet itu sebagai keluarga sendiri. Maka dari itu, kekompakan selalu terbangun dalam berbagai suasana. ‘’Susah-senang disonggo bareng. Anak-anak malah nggak terima kalau saya ini disakiti orang. Padahal, saya biasa-biasa saja,” paparnya.

Kebetulan saat itu para atlet tengah makan bersama. Dengan menu telur goreng, mereka tampak menikmati makan malam tersebut. ‘’Lihat saja, Mas, anakanak makan selalu bersama. Itulah aktivitas keseharian di sini,” tukasnya. Selama ini atlet binaan Agus moncer di level nasional hingga internasional.

Sebut saja Yudi Dwi Nugroho yang sukses menembus Sea Games pada nomor lomba 100 meter, 200 meter dan 4 x 100 meter. Saat ini atlet yang bersangkutan sedang mengikuti training center (TC) di Jakarta. Nama lain adalah Nikmatul Nafi’ah.

Sprinter putri Banyuwangi itu tengah mengikuti Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jatim untuk persiapan PON Jateng 2016. Dedi Irawan mengikuti Pelatnas  Prima Pratama dalam nomor lomba lompat tinggi galah. Tidak menutup peluang bagi atlet-atlet yang masih baru.

Sebab, proses regenerasi tetap berjalan hingga kini. Tidak sedikit atlet di bawah arahannya menorehkan tinta emas untuk Banyuwangi di mata internasional. ‘’Semoga anak-anak ini bisa menjadi penerus kakak-kakaknya,” harap pria yang juga pengurus KONI Banyuwangi itu. (radar)