Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Melepas Kepergian KH. Ahmad Muslimun, Pengasuh Ponpes Mambaul Huda

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

melepasDikenal Sebagai Ahli Ilmu Falakiyah

PUTRA ke-3 dari tujuh bersaudara ini meninggal di Rumah Sakit Umum (RSUD) Genteng, pagi kemarin. Selain meninggalkan seorang istri, Hj. Mahmudah, kiai yang dikenal alim dalam kajian kitab kuning tersebut juga meninggalkan lima putri dan seorang putra. Pemakaman Kiai Ahmad Muslimun dilangsungkan beberapa jam setelah jenazah tiba di rumah duka. Hal ini disebabkan lokasi pemakaman cukup keras dan berbatu sehingga membutuhkan waktu yang agak lama.

“Saya sudah minta informasi ke pihak keluarga. Pemakaman dilangsungkan sore hari karena lokasinya di gumuk cukup keras,” ujar Hariyono, Camat Tegalsari yang ikut takziyah. Menurut keterangan salah seorang pihak keluarga, Muhyidin DP, almarhum sebelum meninggal sempat mengalami gangguan pada sel darah putih. Di kalangan warga, almarhum dikenal sebagai salah satu ahli ilmu falakiyah. Selain itu, almarhum dikenal sebagai sosok yang disiplin dalam mendidik keluarga.  

“Anaknya banyak yang hafidz (hafal alquran),” ujar Imam Syafi i, salah seorang warga. Kepergian Kiai Muslimun juga mengejutkan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyuwangi. Ketua PCNU Masykur Ali mengaku kehilangan dengan meninggalnya pengasuh Ponpes Mambaul Huda, Krasak Desa Tegalsari tersebut. Di mata NU, almarhum dikenal sebagai ahli falakiyah. Kemampuannya soal ilmu astronomi itu tidak perlu diragukan lagi.

Kiai yang dikenal ulet itu juga masuk dalam kepengurusn NU karena duduk sebagai Lajnah Falakiyah sampai dua periode. ”NU merasa kehilangan. Beliau dikenal sebagai sosok kiai yang sangat konsisten terhadap tugas organisasi,’’ ungkap Masykur Ali dihubungi tadi malam. Sosok Kiai Muslimun patut diteladani oleh generasi sekarang, terutama soal sifat istiqomah dan keikhlasannya. Almarhum juga dikenal sebagai sosok yang tak pantang menyerah. 

Meski kondisinya sudah sepuh, kemana-mana tetap bersemangat naik sepeda motor demi tugas pesantren. ”Keahliannya di bidang falakiyah memang tak perlu diragukan. Pada saat gerhana matahari beberapa waktu lalu, almarhum juga mengamati gerhana bersama santri di pesantrennya,’’ kata Pengasuh Ponpes Ibnu Sina, Jalen, Desa Setail, Kecamatan Genteng itu. Yang membuat PCNU bangga, keahlian ilmu falakiyah itu sudah diturunkan kepada santri-santrinya.  Artinya, kaderisasi di Ponpes Mambaul Huda berjalan dengan baik. ”Perkembangan pesantrennya juga maju pesat. Keilmuan beliau patut diteladani,’’ tandas Masykur Ali. (radar)