
SYA’BAN adalah salah satu bulan hijriyah yang di dalamnya terkandung berbagai macam kebaikan dan keberkahan yang sangat melimpah. Salah satu keutamaan bulan ini, perniagaan sangat menguntungkan. Tobat di dalamnya menjadi modal yang sangat menggiurkan.
Hanya saja, kata Nabi karena letaknya “terjepit” di antara bulan Rajab dan Ramadhan, maka bulan ini sering dilupakan orang. Berangkat dari hal di atas perlu dijelaskan tentang keagungan bulan Sya’ban secara menyeluruh, yaitu tercakup dalam malam Nisfu Sya’ban.
Hal itu dimaksudkan agar dapat dipahami dasar-dasar pedoman tentang amalan Sya’ban. Sekaligus juga menjadi jawaban terhadap tudingan miring dari beberapa pihak yang mencibir orang-orang yang mengagungkan bulan ini. Dalam Roudotul Ulama’ dijelaskan bahwa: mengapa dikatakan Sya’ban. Bulan ke 8 Hijriah ini dikatakan Sya’ban: “Liannahu Yatasya’abu Fihi Khairun Katsirun.”
Karena di dalam bulan Sya’ban ini terdapat kebaikan yang sangat banyak sekali. (Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir Al-Khubuwi, Durrotun Nasihin, hal. 207). Hubungan Sya’ban Dengan Ramadan Sya’ban adalah pintu gerbang bulan Ramadan, bulan suci yang menjadi puncak berbagai aktivitas ibadah dan taqorrub kepada Allah SWT.
Sudah barang tentu tampilan kita pada kondisi terakhir baik lahir maupun batin sebelum tanding di bulan suci Ramadan sangatlah menentukan. Tidak berlebihan jika kalangan Sufi yang gemar beribadah mengatakan bahwa: “Bulan Rajab untuk menyucikan badan, bulan Sya’ban untuk menyucikan hati, bulan Ramadan untuk menyucikan roh.