Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Ongkos Ikat Rp 2.000 per Buah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

ongkosDURIAN lokal Songgon memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada musim panen, para petani sangat menjaga pohon durian dengan sebaik-baiknya. Sehingga, saat durian matang, kualitasnya oke.  Pada era modem, petani durian memiliki cara khusus bagaimana cara panen.

Jika durian yang menggantung diranting sudah gede, buah tersebut diikat dengan tali rafia. Bukan sembarang orang bisa mengikat buah durian di atas pohon. Sebab, selain harus piawai mengikat durian, juga dibutuhkan nyali besar untuk memanjat.

Tentu saja pohon yang besar yang paling sulit ditaklukkan. Apalagi, jika buah tersebut berada di pucuk ranting.  Maka dari itu, memiliki keahlian mengikat durian cukup dihargai. Rata-rata satu buah durian harga mengikatnya berkisar antara 1.500 hingga Rp 2.000 perbuah.

Bayangkan, jika satu pohon ada 400 buah, maka tarif yang harus dibayar tinggal dikalikan. Diikat diatas pohon itu agar buah tidak sampai jatuh ke tanah. Jika sudah matang, maka buah durian tersebut akan tetap mengantung dengan tali rafia.

Jika sudah demikian, maka durian tersebut bisa dipanen.  Biasanya, tiga hari sekali durian tersebut dipetik. Hal itu untuk efisiensi dalam memanjat. Sebab, jika satu hari, biasanya hanya ada satu dua buah yang jatuh. “Kalau tiga hari, bisa dapat banyak,” ujar petani durian asal Dusun Songgorejo, Desa/Kecamatan Songgon, Ilham Laili Mursidi.

Tetapi, cara tersebut memiliki kelemahan. Sebab, kadang-kadang, ada durian yang membusuk gara-gara durian yang sudah menggantung terlalu lama tidak dipetik. “ltu memang kelemahannya,” tukas pria yang  dikenal sebagai tokoh masyarakat itu.

Dulu, jelas dia. pada saat musim panen durian, petani rela berjaga-jaga di bawah pohon. Bahkan, para petani rela untuk menginap untuk menunggu durian yang jatuh. “Kalau dulu  tidak ada yang diikat, petani langsung menunggu buah jatuh.” terangnya.

Karena itu, model itu memiliki kesan yang murni. Sehingga, rasa durian yang jatuh itu benar-benar masih baru. “Buah yang baru jatuh itu rasanya memang lebih top.” ujarnya.  Tai, cara lama itu kini nyaris punah. ”Tapi, sebetulnya kebiasaan masyarakat petani durian itu perlu dilestarikan.

“istilahnya, ndarung durian, yang artinya bermalam menunggu durian jatuh,” jelasnya di sela-sela selamatan hasil panen durian di desanya. (radar)