Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Padamkan Api dengan Air Mineral Kemasan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan api meluluhlantakkan rumah Sunandi, 48, warga Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Licin. Selain akibat gas elpiji bocor, peristiwa memilukan itu tak bisa dicegah lantaran pasokan air bersih di rumah tersebut ternyata tak mengalir. SEORANG lelaki duduk ter ma ngu di tepi jalan raya jurusan Ba nyuwangi- Gunung Ijen Minggu pagi itu (10/2). Sorot matanya kosong. Dia menatap reruntuhan rumah yang tampak menghitam tidak jauh dari tempat dia duduk. Sesekali laki-laki berperawakan tegap tersebut mengelus keningnya. Tak lama berselang, sepasang priawanita turun dari sepeda motor dan langsung menghampiri laki-laki yang kala itu mengenakan setelan kaus dan celana kain warna cokelat muda tersebut. Keduanya mencoba menghibur laki-laki yang dari raut wajahnya tampak menanggung kesedihan mendalam tersebut. Belakangan diketahui, laki-laki berpera wakan tegap itu merupakan korban kebakaran Sabtu malam (9/2) lalu Saking besarnya api, kediaman laki-laki bernama Sunandi itu sudah rata dengan tanah hanya dalam tempo tak lebih dari sepuluh menit.

Kebakaran yang disebabkan semburan gas elpiji itu bermula saat Sunandi membeli tabung gas elpiji di sebuah toko di Pasar Licin. Sesampai di rumahnya sekitar pu kul 17:45, dia langsung membuka segel pengaman tabung gas elpiji ukuran 12 Kg tersebut. Tak seperti biasanya, begitu se gel pengaman dibuka, gas elpiji langsung me nyembur dari tabung berwarna biru tersebut.Begitu terdengar suara gas bocor, istri Sunandi, yakni Hadiyati, yang sedang berada di dalam kamar langsung berlari ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Sunandi pun panik. Bukannya membawa tabung gas yang ngowos itu ke luar rumah, Sunandi malah sibuk mengevakuasi barang-barang berharga miliknya.

Malang tak bisa ditolak, semburan gas dari dalam tabung itu sampai ke bola lampu yang terpasang di dapur rumah Sunandi. Percikan api pun terjadi. Sebab, sem buran gas elpiji yang menghantam bola lampu yang sedang menyala tersebut me nimbulkan percikan api. Api pun dengan cepat membesar. Kayu tiang penyangga genting di dapur rumah laki-laki yang sehari-hari bekerja sebagai so pir truk pengangkut belerang di kawasan Gunung Ijen itu menjadi sasaran pertama si jago merah. “Saya langsung menyiramnya de ngan air yang ada di dalam botol air minum kemasan. Sebab, selang saluran air di rumah saya belum berfungsi,” ujarnya lirih.

Sunandi mengatakan, sebenarnya dirinya su dah beberapa bulan lalu menghubungi pihak pengelola air minum swadaya masyarakat (semacam Himpunan Petani Peng guna Air/HIPPA) agar menyalurkan air ke kediamannya. Sayang, sampai keba karan itu terjadi, air tersebut belum di alirkan ke rumahnya. “Mungkin kalau selang air itu sudah berfungsi, kebakaran ini bisa cepat dipadamkan,” sesalnya. Sunandi menambahkan, sebenarnya dia ingin membangun kamar mandi di rumahnya. Bahkan, batu bata dan se men pun sudah dia siapkan. “Tetapi, ya itu tadi, karena airnya belum mengalir, pembangunan kamar mandi saya tunda. Buat apa punya kamar mandi kalau airnya tidak ada,” katanya seraya menunjuk tumpukan batu bata tepat di depan reruntuhan rumahnya. Sunandi mengaku, api tidak hanya meng hanguskan rumahnya. Nyaris seluruh pe rabot yang dia miliki ludes.

Tidak hanya itu, uang tunai Rp 9,5 juta dan Surat Tan da Nomor Kendaraan (STNK) yang dia letakkan di samping televisi juga ha ngus. “Sepeda motor, televisi, kulkas, dan meja-kursi di ruang tamu berhasil saya se lamatkan. Tetapi, empat unit lemari, satu bufet, perabot dapur, hangus terbakar bersama rumah saya. STNK sepeda motor saya pun terbakar. BPKB-nya (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor) masih saya jadikan agunan di bank,” papar bapak empat anak tersebut. Lantaran semua lemari hangus, seluruh pakaian milik Sunandi dan istrinya pun ludes. Satu-satunya pakaian yang tersisa adalah pakaian yang dikenakan saat ke bakaran berlangsung.

Bahkan, celana yang di kenakan Sunandi Minggu pagi (10/2) itu pem berian tetangga. Sebab, saat kejadian, diri nya mengenakan sarung. Beruntung, kebakaran yang sempat menggegerkan warga itu tidak menimbulkan kor ban jiwa. Sunandi, Hadiyati, dan empat anaknya, selamat. “Empat anak saya sedang tidak di rumah. Anak pertama dan kedua sudah berkeluarga (menikah), sedangkan anak ketiga bekerja di Bali. Si bungsu sedang menempuh pendidikan di Ponpes Sukorejo, Situbondo,” jelas Sunandi. Nah, malam setelah kebakaran, Sunandi dan sang istri menginap di depan toko yang hanya berjarak dua rumah dari kediamannya.

Untuk menghindari hawa di ngin, dia meminjam tenda Pramuka kepada tetangga. “Sementara saya menginap di depan toko milik tetangga saya menggunakan tenda. Tetapi, kalau siang, tenda itu saya bongkar karena tokonya buka,” kata dia. Di akhir perbincangan, laki-laki itu menghibur Sunandi agar tabah menghadapi cobaan Tuhan. Sebab, jika cobaan Tuhan itu berhasil dilalui dengan ikhlas, maka Tuhan akan melipatgandakan rezeki Sunandi. “Tu han tidak akan memberi cobaan melebihi kemampuan umatnya. Jadi, jika cobaan ini berhasil sampeyan lalui dengan ikhlas, rezeki sampeyan akan ditambah secara berlipat,” imbaunya. (radar)