Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pandangan Mantan Kajari dan Ketua PN tentang Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Tugas 22 Bulan Terasa hanya Dua Bulan Pada September ini, tiga pejabat forum pimpinan daerah (forpimda) berganti orang. Kapolres AKBP Nanang Masbudi diganti AKBP Yusuf, Ketua Pengadilan Negeri (PN) I Made Sutrisna diganti Kurnia Yani Darmono, dan Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Syaiful Anwar diganti I Made Parma. Bagaimana pandangan mereka tentang Banyuwangi?

DARI tiga anggota forpimda yang ber ganti orang itu, ada satu anggota forpimda yang meninggalkan kesan mendalam bagi anggota forpimda yang lain. Dia adalah mantan Kajari Syai ful Anwar. Syaiful menjadi anggota forpimda pa ling singkat di antara tiga pejabat for pimda lain yang sama-sama hijrah dari Banyuwangi. Syaiful hanya 22 bulan di Banyuwangi.

Mantan Ka polres AKBP Nanang Masbudi ter catat 23 bulan menjadi anggota for pimda. Mantan Ketua PN Made Su trisna menjabat paling lama, yakni empat tahun lebih. Walau paling singkat, tapi Syaiful Anwar meninggalkan kesan men dalam bagi jajaran forpimda dan masyarakat Banyuwangi. Se tiap acara forpimda bersama war ga, Syaiful sering kali menjadi bin tangnya.

Pria kelahiran Madura itu dikenal mudah bergaul dengan berbagai elemen masyarakat, sehingga ma syarakat mudah mengenalnya. Tidak ja rang, Syaiful sering menghilang dari rombongan forpimda karena ber baur dengan masyarakat Gaya dan penampilan Syaiful cukup nyentrik dan terkadang agak “nyeleneh”. Pada acara-acara resmi forpimda, dia juga sering menjadi langganan sebagai “pe nyanyi dadakan” mewakili anggota for pimda yang lain.

Sejak masuk Banyuwangi tahun 2011 lalu, menyanyi seakan menjadi identitas Syaiful. Walau tergolong pejabat tinggi daerah. Namun, Syaiful tidak canggung menyanyi dan joget bersama rakyat. Tidak hanya pada acara-acara forpimda
dengan masyarakat, Syaiful juga sering tampil beda pada acara resmi kenegaraan. Ke biasaan Syaiful adalah menyalami semua undangan yang hadir lebih dahulu di tempat acara.

Pria yang memiliki jiwa humor tinggi itu juga sering memecahkan suasana hening menjadi ramai. Bahkan, anggota forpimda me rasa sepi tanpa kehadiran Syaiful. 22 bulanbertugas di Banyuwangi diakui Syaiful te rasa sangat singkat. Selama 22 bulan ber tugas di Banyuwangi, Syaiful mengaku ma sa tugas itu terasa baru dua bulan. Saat pertama kali masuk Banyuwangi, Syaiful Anwar mengaku jauh berbeda dengan kon disi saat ini.

Pertama kali masuk, dia me ngaku dihajar dengan kasus mantan Bupati Ratna Ani Lestari dan laporan dugaan ko rupsi proyek pembangunan Taman Terbuka Hijau (RTH). Walau baru pertama kali di Banyuwangi, tapi Syaiful bertekad menyelesaikan dua ka sus itu secara adil dan bijaksana. Kasus mantan Bupati Ratna berhasil dikawal dengan pengadilan Tipikor.

Kasus dugaan korupsi proyek pem bangunan RTH itu berhasil diselesaikan tan pa harus melalui proses hukum. Awalnya, proyek RTH itu banyak ditentang masyarakat. Salah satu cara masyarakat menolak proyek RTH itu adalah melaporkan du gaan korupsi proyek itu. Walau sempat di tolak, tapi akhirnya RTH itu dapat di ra sakan manfaatnya oleh masyarakat Ba nyu wangi.

Taman Sri Tanjung, Taman Blambangan, dan Taman Sayu Wiwit (depan Taman Ma kan Pahlawan), tutur Syaiful, menjadi wajah baru Banyuwangi. Sejak dibangun be berapa RTH itu, wajah Banyuwangi le bih fresh. Makam pahlawan yang awalnya biasa saja, sejak dibangun RTH, kini menjadi lokasi favorit warga. Apalagi, beberapa RTH itu dilengkapi akses internet. “Kemajuan Ba nyuwangi luar biasa pesat.

Ini semua ber kat kerja keras rakyat Banyuwangi dan pe ran forpimda,” tuturnya. Walau sudah resmi pindah tugas dari Ba nyuwangi, Syaiful mengaku tidak akan melupakan Banyuwangi. Bahkan, Syai ful berjanji akan sering datang dan me ngunjungi Kota Gandrung. “Jakarta-Ba nyuwangi sekarang kan bisa ditempuh dua jam. Insyaallah akan sering datang ke sini,” janjinya.

Lalu, apa yang paling berkesan selama ber tugas di Banyuwangi? Syaiful mengaku ber tugas di Banyuwangi cukup berkesan. Na mun, yang paling berkesan adalah masalah kedisiplinan anggota forpimda dalam mengikuti kegiatan. Dalam menghadiri kegiatan, Syaiful berkata jujur, anggota forpimda kurang disiplin. Aca ranya jam 09.00, tapi anggota forpimda baru datang jam 10.00.

Karena itu, Syaiful me ngaku sering pisah dengan rombongan for pimda karena waktunya sering molor dari acara yang sudah ditetapkan. Dia memilih berangkat lebih dahulu ke tempat aca ra ketimbang bersama rombongan forpimda yang kerap tidak tepat waktu. Kalau undangan lain bisa tepat waktu, papar Syaiful, masak anggota forpimda tidak bisa. Syaiful berharap anggota forpimda lebih disiplin dalam menghadiri acara-acara agar menjadi teladan masyarakat.

Kesan senada disampaikan mantan Ke tua PN I Made Sutrisna. Made yang cukup lama bertugas di Banyuwangi, yakni 4,3 tahun, memiliki kesan yang cukup men dalam tentang Banyuwangi saat per ta ma kali masuk dan saat meninggalkan Ba nyuwangi. Pertama kali ke Banyuwangi empat tahun silam, Made mengaku Banyuwangi ma rak aksi demo. Hampir setiap hari ter jadi demo yang dilakukan berbagai ele men. Demo tidak hanya dilakukan di in stansi pemerintah, tapi juga di instansi swasta. Setelah sekian tahun tinggal di Banyuwangi, demo itu perlahan sepi.

Saat ini, kata Made, perkembangan Banyuwangi sungguh luar biasa dan jauh berbeda pada saat dirinya baru per tama kali masuk Banyuwangi. Apalagi se jak Bandara Blimbingsari beroperasi, Banyuwangi yang lokasinya paling timur di Jawa Timur ini kini tidak terasa jauh. Setiap pertemuan dengan hakim daerah lain, Banyuwangi sering menjadi buah bi bir karena pembangunannya maju pe sat dibandingkan beberapa tahun silam. “Banyuwangi maju pesat. Ayo war ga Banyuwangi kompak membangun Ba nyuwangi lebih maju lagi,” pesan Made. (radar)