Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

PCNU Banyuwangi Ngotot Tolak Full Day School

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Ilustrasi

PURWOHARJO – PCNU Kabupaten Banyuwangi menyoroti program Full Day School (FDS) yang kini sudah diterapkan di tingkat SMP dan SMA. Kebijakan itu, dianggap akan berdampak pada pendidikan diniyah yang selama ini bernaung di bawah LP Maarif atau Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) atau di pondok pesantren.

Dalam halal bihalal di Pondok Pesantren Darul Falah, Desa Bulurejo, Kecamatan Purwohario, PCNU Banyuwangi pada Sabtu (5/8), kembali menegaskan menolak diberlakukan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Rl tentang FDS.

“Penolakan FDS itu hasil kajian kalangan pendidikan di tubuh NU,” cetus Sekretaris PCNU Banyuwangi, Guntur Al Badri. Praktik FDS, terang dia, dinilai akan berbenturan dengan kegiatan pendidikan diniyah yang selama ini sudah saling melengkapi dengan kegiatan pengajaran di sekolah.

“FDS kita tolak karena mengganggu sinergitas pendidikan yang selama ini sudah berjalan dengan baik, terutama antara sekolah dengan madrasah diniyah di pesantren,” jelasnya. Melalui pendidikan diniyah pada sore hari, lanjut dia, banyak siswa dari berbagai sekolah yang berbeda bisa berinteraksi bersama dalam satu forum.

Sehinga, tidak hanya manfaat pengajaran saja yang diperoleh, tapi proses sosialslasi anak dengan teman dari luar sekolah juga terjadi. “Dengan adanya FDS, ini akan terhapus,” ungkapnya.

Direktur Student Crisis Center (SCC), Ibnu Tsani Rosyada, mengatakan penerapan FDS oleh Kemendikbud RI terkesan menggiring opini bahwa satu-satunya jalan mencapai pendidikan karakter hanya bisa dilakukan oleh sekolah formal.

Padahal, proses pendidikan dan pembentukan karakter di berbagai daerah, itu cukup beragam, termasuk melalui pendidikan di luar sekolah ataupun interaksi dengan lingkungan.

“Fakta sudah membuktikan bahwa pendidik nonformal seperti TPQ di kampung, serta diniyah di pesantren itu pintu pertama dalam menanamkan karakter kepada anak-anak,” ucap Alumnus Fisipol Universitas Airlangga Surabaya itu. (radar)