Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pengusaha Kue Kering Menjerit, Omzet Merosot 50 Persen

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: Detikcom

BANYUWANGI – Pengusaha industri kue kering mengeluhkan pendapatannya merosot drastis menyusul pandemi Corona atau Covid-19. Omzet penjualan kue kering di Banyuwangi mengalami penurunan hingga 50 persen.

Dilansir dari Detikcom, seperti yang terjadi di rumah industri kue kering “ANISA” di Desa Lemambang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi.

Dimana, aktivitas para pegawai membuat kue tidak seramai seperti tahun sebelumnya. Karena sebagian pegawai dirumahkan, seiring menurunnya produksi kue kering akibat omzet penjualan menurun drastis.

Padahal sejak awal hingga pertengahan puasa, biasanya para pelanggan mulai berdatangan membeli kue untuk persiapan lebaran. Namun untuk kali ini, hanya beberapa pelanggan yang order ataupun membeli langsung kue lebaran.

Dan parahnya lagi, pesanan kue lebaran dari para pelanggan yang dipesan sebelum puasa juga banyak dibatalkan karena mereka tidak bisa mudik akibat adanya larangan dari pemerintah.

“Tahun ini tidak sama seperti tahun kemarin, tahun ini mengalami penurunan 50 pesen. Pelanggan saya tidak ada yang mudik jadi sangat pengaruh ke penjualan. Kita tidak bisa produksi banyak, dan sebagian pegawai kita rumahkan dulu,” kata Kurnia Dwi Lestari, pemilik rumah industri kue kering “ANISA” kepada wartawan seperti dilansir dari Detikcom, Jumat (15/5/2020).

“Sebenarnya sebelum puasa sudah banyak yang order, tapi mendadak dibatalkan, karena tidak bisa mudik,” imbuhnya.

Jika kondisi normal seperti tahun sebelumnya, terang dia, pesanan kue kering bisa mencapai satu kwintal setiap harinya. Namun, kali ini meski sudah mendekati lebaran hanya mampu memproduksi separuhnya, yaitu 500 kg tepung.

Meski demikian Kurnia Dwi Lestari yang sudah menggeluti usaha kue kering sejak sepuluh tahun lalu tersebut mengaku akan terus bertahan dan berjuang di tengah wabah pandemi Covid-19. Sebab usaha yang digeluti ini adalah warisan dari keluarganya yang harus dipertahankan.

“Ya biasanya kalau normal itu bisa produksi sampai 1 kwintal tepung setiap harinya. Tapi sekarang ga bisa, paling separuhnya,” kata Kurnia Dwi Lestari.

“Tapi ga apa karena ini memang kondisinya begini, tetap saya pertahankan. Karena ini usaha warisan dari ibu saya sejak sepuluh tahun lalu,” imbuhnya.

Untuk kue kering khas lebaran yang dijual di antaranya, opak gulung, kue bolu tape, kue grem, kue senyum dan pia kacang.

Selain dijadikan sajian lebaran, kue-kue tersebut biasanya juga dijadikan oleh-oleh bagi para perantau yang akan mudik ke tempat kerjanya ke luar kota setelah lebaran.

Adapun harga kue kering yang ditawarkan di pusat jajanan khas Banyuuwangi ini sangat bervariatif, yakni mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu, tergantung jenis kue yang dibeli.

Sedangkan satu bungkus opak gulung dijual Rp 10 ribu, kue bolu tape dijual Rp 17 ribu dan kue grem dijual Rp 25 ribu.

“Sementara hanya mengandalkan pelanggan di sekitar wilayah Banyuwangi. Selain itu penjualan secara online kita akan terus dimaksimalkan,” kata Kurnia Dwi Lestari.

“Kita berharap, pandemi Covid-19 segera berlalu agar usaha kamj kembali normal seperti biasanya,” pungkasnya.

Sementara itu, pembeli mengaku memilih membeli kue karena tidak ingin direpotkan membuat kue sendiri di rumah. Selain itu, rasanya enak, harganya pun juga sangat terjangkau untuk kalangan orang bawah.

“Ini belanja kue kacang sama kue bolu untuk hari raya, setiap tahun beli disini. Harganya murah, rasanya enak dan bisa melihat langsung proses pembuatan kue,” ujar salah satu pembeli kue, Sofi.