Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Perkebunan Kalibendo Banyuwangi Beralih Fungsi Jadi Pertanian, Hektaran Lahan Ditanami Cabai dan Jagung

perkebunan-kalibendo-banyuwangi-beralih-fungsi-jadi-pertanian,-hektaran-lahan-ditanami-cabai-dan-jagung
Perkebunan Kalibendo Banyuwangi Beralih Fungsi Jadi Pertanian, Hektaran Lahan Ditanami Cabai dan Jagung

RadarBanyuwangi.id – Tanaman keras di Perkebunan Kalibendo, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, sebagian sudah ditebang dan diganti dengan tanaman berakar lemah.

Alih fungsi lahan itu dikhawatirkan bisa memicu bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Pemkab Banyuwangi pun memberikan teguran keras kepada pengelola lahan tersebut.

Gundulnya kawasan hutan di Kalibendo akibat alih fungsi lahan menjadi perhatian serius Pemkab Banyuwangi. Pada 18 Desember 2024 lalu, Bupati Ipuk Fiestiandani meninjau tiga titik lahan, salah satunya di Kalibendo.

Orang nomor satu di Pemkab Banyuwangi tersebut merasa prihatin dengan alih fungsi lahan. Dia khawatir kalau pohon besar di kawasan hulu ditebang, dampaknya bisa memicu bencana banjir di kawasan hilir. Ipuk minta kepada pengampu wilayah hulu untuk melakukan mitigasi bencana.

Melalui SKPD terkait, Pemkab Banyuwangi akan memberikan teguran dan klarifikasi agar bisa segera melakukan langkah mitigasi untuk mencegah terjadinya bencana banjir.

”Kami minta BPBD dan DLH (Dinas Lingkungan Hidup) untuk mengatasi masalah ini. Untuk peralihan lahan, juga perlu diingatkan. Kita mendengar sudah ada air sungai dengan sedimen tanah ke bawah. Artinya, penahan sedimen ini sudah tidak berfungsi,” tegas kata Ipuk kala itu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Banyuwangi, sekitar 400 hektare lebih lahan sudah dialihfungsikan.

Di atas lahan tersebut sebelumnya ditanami pohon karet, cengkih, dan kopi. Namun, lahan tersebut kini berubah menjadi tanaman hortikultura seperti cabai dan jagung.

Tanamam tersebut membutuhkan suplai air untuk melakukan perawatan. Dengan sendirinya, alih fungsi lahan yang dilakukan pihak Perkebunan Kalibendo menyebabkan debit air irigasi berkurang.

”Keruhnya air Hippam dan berkurangnya debit air irigasi disebabkan adanya alih fungsi lahan di dekat mata air, sehingga mata air tercemari. Air yang mengalir ke rumah-rumah warga banyak bercampur lumpur,” ungkap Ismail, Ketua Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (Hippam) Desa Kampung Anyar.

Keruhnya air Hippam diduga kuat karena adanya alih fungsi lahan yang dilakukan Perkebunan Kalibendo. Setidaknya ada 160 kepala keluarga (KK) yang terdampak langsung. Air Hippam berubah menjadi air lumpur.

Ismail menyebut, alih fungsi lahan di sekitar sumber air sudah terjadi sejak September lalu. Tanaman keras ditebang, lalu diganti tanaman pokok perkebunan.

”Sekitar awal September 2024, semua pohon ditebangi. Hingga pada 31 Oktober lahan seluas 350 hektare diganti tanaman baru. Sekarang mungkin sudah 400 hektare lebih,” sebutnya.

Bekas tanaman keras yang ditebang, lalu diratakan untuk ditanami jagung atau cabai. Selama proses perataan bersamaan dengan musim hujan.

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.


Page 2

Curah hujan yang tinggi mengakibatkan kualitas air yang dikonsumsi warga bercampur lumpur. Sebab, sumber air yang dikelola Hippam tercemar kotoran.

”Kami sangat berharap ada peran serta pemerintah untuk membantu masyarakat. Lahan perkebunan tersebut milik negara yang harusnya dilindungi,” ungkap Ismail.

Ismail menambahkan, alih fungsi lahan membutuhkan suplai air. Pihak perkebunan mengambil kebutuhan air dari sumber air yang digunakan Hippam dengan pipa berdiameter lebih besar.

”Pipa yang digunakan untuk menyiram tanaman hortikultura dari sumber air, bahkan ada aliran irigasi. Debit air irigasi warga juga kecil dan terancam tidak mendapatkan suplai air yang cukup,” ungkap Ismail.

Manajer Perkebunan Kalibendo Gregori mengatakan, air keruh sering terjadi saat hujan. Dia membantah akibat alih fungsi lahan, melainkan kemungkinan adanya pipa atau paralon air yang bocor. ”Ya bisa jadi ada pipa bocor, jadi air lumpur masuk,” ucapnya.

Gregori menambahkan, di Perkebunan Kalibendo ada sekitar 50 sumber air. Dari jumlah tersebut, perkebunan hanya memanfaatkan dua sumber untuk keperluan merawat tanaman.

”Sudah ada 48 sumber air yang disumbangkan ke warga sekitar Perkebunan Kalibendo secara gratis, itu termasuk CSR dari Perkebunan Kalibendo,” sebutnya. (rio/aif/c1)

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.


Page 3

RadarBanyuwangi.id – Tanaman keras di Perkebunan Kalibendo, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, sebagian sudah ditebang dan diganti dengan tanaman berakar lemah.

Alih fungsi lahan itu dikhawatirkan bisa memicu bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Pemkab Banyuwangi pun memberikan teguran keras kepada pengelola lahan tersebut.

Gundulnya kawasan hutan di Kalibendo akibat alih fungsi lahan menjadi perhatian serius Pemkab Banyuwangi. Pada 18 Desember 2024 lalu, Bupati Ipuk Fiestiandani meninjau tiga titik lahan, salah satunya di Kalibendo.

Orang nomor satu di Pemkab Banyuwangi tersebut merasa prihatin dengan alih fungsi lahan. Dia khawatir kalau pohon besar di kawasan hulu ditebang, dampaknya bisa memicu bencana banjir di kawasan hilir. Ipuk minta kepada pengampu wilayah hulu untuk melakukan mitigasi bencana.

Melalui SKPD terkait, Pemkab Banyuwangi akan memberikan teguran dan klarifikasi agar bisa segera melakukan langkah mitigasi untuk mencegah terjadinya bencana banjir.

”Kami minta BPBD dan DLH (Dinas Lingkungan Hidup) untuk mengatasi masalah ini. Untuk peralihan lahan, juga perlu diingatkan. Kita mendengar sudah ada air sungai dengan sedimen tanah ke bawah. Artinya, penahan sedimen ini sudah tidak berfungsi,” tegas kata Ipuk kala itu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Banyuwangi, sekitar 400 hektare lebih lahan sudah dialihfungsikan.

Di atas lahan tersebut sebelumnya ditanami pohon karet, cengkih, dan kopi. Namun, lahan tersebut kini berubah menjadi tanaman hortikultura seperti cabai dan jagung.

Tanamam tersebut membutuhkan suplai air untuk melakukan perawatan. Dengan sendirinya, alih fungsi lahan yang dilakukan pihak Perkebunan Kalibendo menyebabkan debit air irigasi berkurang.

”Keruhnya air Hippam dan berkurangnya debit air irigasi disebabkan adanya alih fungsi lahan di dekat mata air, sehingga mata air tercemari. Air yang mengalir ke rumah-rumah warga banyak bercampur lumpur,” ungkap Ismail, Ketua Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (Hippam) Desa Kampung Anyar.

Keruhnya air Hippam diduga kuat karena adanya alih fungsi lahan yang dilakukan Perkebunan Kalibendo. Setidaknya ada 160 kepala keluarga (KK) yang terdampak langsung. Air Hippam berubah menjadi air lumpur.

Ismail menyebut, alih fungsi lahan di sekitar sumber air sudah terjadi sejak September lalu. Tanaman keras ditebang, lalu diganti tanaman pokok perkebunan.

”Sekitar awal September 2024, semua pohon ditebangi. Hingga pada 31 Oktober lahan seluas 350 hektare diganti tanaman baru. Sekarang mungkin sudah 400 hektare lebih,” sebutnya.

Bekas tanaman keras yang ditebang, lalu diratakan untuk ditanami jagung atau cabai. Selama proses perataan bersamaan dengan musim hujan.

Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.