Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pohon Dibabat, Sumber Air Mati

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Dari 333 Mata Air Menjadi 300 Titik

BANYUWANGI – Jumlah sumber air di Banyuwangi te rus mengalami penyusutan dari tahun ke tahun. Saat ini, sumber air yang masih mengucur tersisa sekitar 300 titik lokasi. Hasil pendataan yang dilakukan tahun 2007 lalu, sumber air yang ada di wilayah Banyuwangi masih tercatat sekitar 333 titik. “Sekarang jumlah itu sudah berkurang karena setiap tahun sumber airnya berkurang terus. Yang kecil-kecil banyak yang mati,” ungkap Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Banyuwangi, Guntur Priambodo kemarin (10/2).

Penyebab matinya sumber air, kata Guntur, banyak sekali. Salah satu penyebabnya, karena penebangan pohon di sekitar sumber. Sekitar tahun 2007 lalu, debit air dari 333 titik mencapai 12 liter per detik. Sedangkan saat ini, jumlah produksi air itu sudah jauh berkurang karena hilangnya beberapa sumber. “Lokasi 333 titik sumber air itu berada di 99 desa,” kata Guntur. Guntur menjelaskan, 300 sumber itu terbagi menjadi XI koordinator eksploitasi air wilayah (Korek). Korek I Banyuwangi meliputi Kecamatan Banyuwangi, Giri, Glagah, Kalipuro dan Wongsorejo.

Di korek Banyuwangi ada sekitar 74 titik sumber air yang berlokasi di 20 desa. Korek II Banyuwangi meliputi Kecamatan Wongsorejo dengan 16 sumber, Korek II meliputi Banyuwangi, Glagah, dan Kabat dengan 48 sumber yang tersebar di 19 desa. Korek III Rogojampi meliputi Kecamatan Glagah, Kabat, Rogojampi, Songgon dengan 65 sumber yang berada di 16 desa. Guntur menambahkan, Korek V wilayah Singojuruh meliputi Kecamatan Kabat, Sempu, Singojuruh, Songgon, dengan jumlah sumber 12 titik di tujuh desa. Korek VI Wilayah Cluring meliputi Kecamatan Cluring dan Purwoharjo dengan empat titik sumber di tiga desa.

Korek VII Bangorejo hanya membawahi Kecamatan Gambiran dengan satu sumber dengan kapasitas 10 liter per detik. Korek VIII wilayah Tegaldlimo meliputi Kecamatan Tegaldlimo dan Purwoharjo memiliki tujuh titik sumber yang berada di lima desa. Sedangkan Korek IX wilayah Genteng meliputi Kecamatan Cluring, Gambiran, Sempu dan Sronos memiliki 18 titik sumber air di tujuh desa. “Debit airnya mencapai 150 liter per detik,” jelasnya. Korek X wilayah Glenmore meliputi wilayah Genteng, Glenmore, Kalibaru, dan Sempu memiliki 59 titik sumber.

Beberapa sumber itu tersebar di delapan desa dengan kapasitas air mencapai 1911 liter per detik. Korek XI Wilayah Srono meliputi Muncar, Sempu, dan Srono memiliki 33 sumber di tujuh desa dengan kapasitas sumber 641 liter per detik. Debit air masing-masing sum ber, jelas Guntur, tidak te tap melainkan fluktuatif me ngikuti iklim tahunan dan kondisi iklim di samudera Hin dia dan samudera atlantik. Kalau kemarau basah, maka debit air. Sebaliknya, kalau kemarau kering dan panjang akan turun secara drastis. Penurunan debit air hingga 15 per sen dari debit air yang ada. “Tapi secara umum, debit air terus mengalami penurunan,” jelasnya. (radar)

Kata kunci yang digunakan :