Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Politisi Berkopiah Tinggi itu Berpulang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Petakziyah-mengusung-keranda-jenazah-menuju-makam-keluarga-di-samping-Masjid-Mif-tahul-Huda-kemarin.

TEGALDLIMO – Keluarga besar Nahdatul  Ulama (NU) Banyuwangi berduka. Salah satu tokoh mudanya yang juga pengasuh Pondok  Pesantren Al-Fadl, KH. Zaenal Arifin Salam,  52, kemarin (10/2) pukul 06.55 tutup usia.

Sebelum meninggal, Arifin sempat ambruk   dan pingsan di ruang tunggu Bandara Juanda. Rencananya, ketua Komisi IV DPRD Banyuwangi  itu, akan terbang ke Jakarta untuk konsultasi ke Kementerian Perdagangan bersama 10  anggota DPRD Banyuwangi lainnya.

“NU Banyuwangi sangat kehilangan,” cetus Ketua PCNU Banyuwangi, KH. Masykur Aly. Menurut Masykur, Arifin itu tokoh  pejuang yang hidupnya dihabiskan untuk mengurus NU.  Sebagai ketua LP Maarif NU Banyuwangi, banyak perubahan  yang telah dilakukan demi  peningkatan kualitas kader NU.

“Pak Arifin itu tidak pernah mengeluh,” katanya. Meninggalnya pria yang hobi mengoleksi  kopiah tinggi itu terkesan mendadak. Koleganya pun banyak yang tidak percaya. Apalagi, sekretaris  DPC PKB Ba nyuwangi itu sehari sebelumnya terlihat sehat dan dinas di DPRD Banyuwangi.

“Kami merasa  kehilangan. Pak Arifin itu kader terbaik NU dan PKB,” cetus Ketua  DPC PKB Banyuwangi, HM. Joni  Subagio. Istri almarhum Zaenal Arifin Salam,  Hj. Siti Rusmiana, termasuk yang  sempat tidak percaya bahwa  suaminya itu telah meninggal. Sebab,  sekitar pukul 05.45 masih sempat  menghubungi me lalui telepon.

“Telepon sudah berada di Stasiun Sidoarjo. Perutnya katanya sakit,”  terang Hj. Siti Rusmiana.  Kurang dari satu jam, Rusmiana mendapat telepon bahwa pria yang telah memberi tiga putra itu dilarikan ke RS Dr. Ramelan  karena sakit. Tidak lama, dikabari  telah meninggal dunia.

“Memang  punya penyakit dalam, tapi sudah lama tidak pernah kambuh,” ungkap kepala TK Khotijah 119 Jajag, Kecamatan Gambiran, itu.  Wakil Ketua DPC PKB Ba nyuwangi,  H. Khusnan Abadi, yang  bersama Arifin Salam saat menuju  Jakarta menyampaikan, rombongan  anggota DPRD Banyuwangi bersama sekretariat dewan berencana ke Kementerian Perdagangan RI untuk konsultasi  pembahasan perubahan perda  tentang ketertiban umum.

“Pak  Arifin itu inisiator perubahan  perda itu,” katanya.  Sebelum berangkat ke Jakarta,  terang dia, Arifin pada Selasa sore (9/2) sempat mengeluh tensi darahnya naik. Saat itu, jelas dia, disarankan agar tidak berangkat  ke Jakarta.

“Pak Arifin mengaku  tetap akan berangkat karena dia  inisiatornya,” terangnya.  Pada Selasa (9/2) pukul 21.45,  jelas dia, Arifin ternyata tetap berangkat dan meluncur ke Stasiun  Setail, Kecamatan Sempu. Saat itu kondisinya seperti sehat.

“Sambil menunggu kereta dia minum kopi bersama Masrohan (anggota DPRD),” ungkapnya.  Hanya, masih kata dia, saat  masuk ke kereta api dia mendadak diam dan menutup kepalanya dengan selimut. Padahal, bisanya temannya itu periang dan humoris. “Tidur sampai Stasiun  Sidoarjo. Setelah salat subuh langsung ke bandara,” jelasnya.

Sebelum berangkat ke Bandara Juanda, Arifin sempat menghubungi istrinya, Hj. Siti Rus miana. Setiba di bandara, Khusnan mengaku diskusi ringan mengenai materi konsultasi. “Setelah diskusi itu tiba-tiba Pak Arifin teriak mengucap Allah, dan dilihat tubuhnya jatuh  tersungkur dari kursi dan hi dungnya  berdarah,” kenang Khusnan dengan  mata berkaca-kaca.

Melihat temannya itu jatuh, Khusnan berniat mengangkat tubuh Arifin. Tetapi, tidak diperbolehkan karena khawatir koleganya itu terkena serangan stroke. “Semua tim panik, lalu menghubungi tim kesehatan bandara,” jelasnya.

Baru sekitar 15 menit kemudian datang perawat bandara dan mengecek tensi darah. Arifin yang saat itu tidak sadar langsung dibawa ke RS TNI AL dr. Ramelan. “Pak Arifin meninggal pada pukul 06.55,” bebernya. Jenazah Arifin langsung dikirim ke Banyuwangi menggunakan ambulans milik RS TNI AL Dr. Ramelan,  Surabaya.

Sekitar pukul 13.45 jenazah tiba di rumah duka di Desa Jajag, Kecamatan Gambiran. Setelah disemayamkan sekitar 15 menit, jenazah dibawa ke rumah orang tua di kompleks Pondok Pesantren Al-Fadl di  Dusun Kaliagung, Desa Kendalrejo, Kecamatan Tegaldlimo.

Ribuan petakziah terlihat menyambut kedatangan jenazah yang diangkut mobil ambulans milik RSUD Blambangan itu.  Setelah dimandikan dan  disucikan, almarhum dimakamkan  di samping makam ayahnya, KH. Rofii, di kompleks pesantren.

“Arifin itu putra keempat dari enam bersaudara,” terang kakak kandung Arifin, Mohammad Bastomi. (radar)