Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Produksi Sentra Sabun Cuci Made in Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

produksiMinim Parfum Agar tak Meninggalkan Racun di Piring Busa melimpah dan aroma harum ternyata tak selalu berbanding lurus dengan kualitas suatu produk sabun. Berbekal hasil riset dan modal patungan, empat warga Banyuwangi mencoba membelalakkan mata masyarakat dengan memproduksi sabun cuci yang diklaim jauh lebih berkualitas daripada sabun cuci merek terkenal.

TEROBOSAN yang dilakukan empat warga Banyuwangi ini me mang cukup berani. Prihatin dengan banyaknya warga yang mengikuti pelatihan mengkreasi suatu produk tapi nihil tindak lanjut, Hari Triantoko, 34; Donny Andrian, 33; Muhammad Sodiq, 34; dan Shandi Romadhona, sepakat menggelar pelatihan keterampilan sekaligus membantu pemasaran produk hasil kreasi peserta pelatihan tersebut. Uniknya, produk yang diproduksi bisa dikatakan kurang lazim produk si pelaku industri rumahan (home industry).

Jika mayoritas home industry, khususnya di Bumi Blambangan, memproduksi suvenir, makanan, dan minuman, keempat pria itu memilih sabun cuci cair sebagai produk unggulan. Cerita berawal ketika keempat pria yang berteman sejak duduk di bangku SMP itu secara tidak sengaja bertemu di suatu tempat sekitar setahun lalu. Sejak itu pertemuan mereka berlangsung intensif. Kemudian, muncul ide menggelar pelatihan yang dibarengi penyediaan bahan dan peralatan produksi bagi para peserta.

Selain itu, Hari, Donny, Sodiq, dan Shandi, juga sepakat membantu pemasaran produk yang dihasilkan peserta. Kami sering melihat warga mengikuti pelatihan. Namun, setelah berhasil menciptakan produk, tidak ada tindak lanjut. Akibatnya, pengetahuan yang didapat dari pelatihan tersebut tidak bisa dimanfaatkan secara optimal. Karena itu, kami tergerak memberikan pelatihan sekaligus memberikan bantuan bahan dan peralatan kepada peserta. Kami juga membantu memasarkan produk yang dihasilkan,” ujar Donny Senin lalu (17/2).

Singkat cerita, mereka sepakat mem berikan pelatihan membuat sabun cuci cair. Mereka “menimba” pengetahuan membuat sabun cuci itu dari internet. Namun, pengetahuan yang didapat di internet itu tidak seratus persen berhasil menghasilkan produk berkualitas prima. Awalnya, sabun cuci yang dihasilkan  sangat encer dan tidak berbusa. Riset lanjutan dilakukan guna menyempurnakan sabun cuci cair tersebut. Akhirnya, setelah melewati fase trial and error, terciptalah komposisi sabun cuci cair ramah lingkungan yang multifungsi.

Sabun cuci itu tidak hanya mampu membersihkan pe ra botan memasak, produk yang diklaim aman untuk kesehatan, higienis, dan halal, ter sebut juga bisa digunakan mencuci baju, me ngepel lantai, membersihkan kaca, dan lain-lain. Wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi ber kesempatan melihat langsung lokasi pro duksi sabun cuci cair yang diberi la bel Goldenlight tersebut Senin lalu (17/2).

Tepatnya di tengah permukiman Lingkungan Welaran Timur, Kelurahan P nganjuran, Kecamatan Banyuwangi,  lebih tepatnya lagi di belakang toko Ria Elektronik, Jalan PB. Sudirman, Banyuwangi. Industri Kecil Menengah (IKM) berbendera Indonesia Multi Corporate (IMC) itu memanfaatkan rumah separo tembok dan separo gedek sebagai lokasi produksi. Jangan bayangkan peralatan modern. Di lokasi tersebut hanya terdapat tumpukan botol plastik, bahan-bahan pembuatan sabun cuci, dan sejumlah timba yang satu di antaranya sudah dimodifikasi.

Satu timba itu dilengkapi dua keran untuk menuangkan sabun cuci yang sudah jadi ke dalam botol plastik. Kala itu, tampak dua perempuan tengah sibuk beraktivitas. Satu orang, yakni Istianah, 59, tengah mengaduk adonan sabun di dalam timba. Seorang yang lain, yakni Emi, 52, sibuk menuangkan sabun cair yang sudah jadi ke dalam botol plastik. “Bahan yang kami gunakan untuk membuat sabun adalah bahan-bahan ramah lingkungan. Satu-satunya bahan yang mengandung toksin (zat beracun) adalah parfum yang ber fungsi sebagai pewangi sabun cuci.

Itu pun jumlahnya sangat sedikit. Maka dari itu, baunya tidak sampai menempel di piring. Sebab, jika bau wangi sabun masih menempel di piring, sama saja kami me nempelkan racun di piring tersebut,” terang Donny. Selain parfum, kata Donny, bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan sabun cuci itu adalah bahan-bahan ramah bagi ke sehatan dan juga ramah lingkungan. Ba han dasar sabun cuci itu adalah SLS (so dium laureth sulfate). Bahan tersebut dip ilih karena di dunia farmasi, SLS sudah umum digunakan sebagai bahan obat sakit mag dan lain-lain.

“Kalau sebagai obat yang di konsumsi saja aman, berarti aman juga sebagai bahan dasar sabun,” kata Donny. Pewarna sabun cuci made in Banyuwangi itu menggunakan pewarna makanan. Sementara itu, sukrosa (senyawa pembentuk gula yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan) di gunakan sebagai pengental. Selain itu, natrium klorida (NaCl) alias garam dapur dimanfaatkan sebagai penjernih. “Air yang digunakan untuk membuat sabun cuci itu adalah air minum dalam kemasan agar benar-benar murni dan tidak tercam pur bahan kimia.

Produk ini aman bagi kesehatan,” timpal Hari. Menurut Donny, pemasaran sabun cuci cair itu dilakukan dengan cara direct selling alias pemasaran secara lang sung. Selain berfungsi memangkas alur distribusi agar harga jual produk kepada konsumen tidak membengkak, melalui pemasaran langsung, pihaknya sekaligus akan mengampanyekan keunggulan Goldenlight dibandingkan produk sejenis yang sudah top di pasaran. “Selama ini masyarakat menganggap sabun yang menghasilkan busa melimpah dan bau yang harum adalah produk yang bagus.

Padahal, itu tidak sepenuhnya benar. Ini yang ingin kami luruskan. Tidak perlu busa ter lalu banyak dan tidak perlu harum. Yang penting mampu membersihkan perabot dan pakaian yang dicuci bersih,” terang Donny. Hari menambahkan, sabun diciptakan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Bukan semata-mata untuk keuntungan perseorangan, tapi demi penguatan ekonomi lokal yang berbasis ekonomi kerakyatan. “Modal awal kami kumpulkan dengan cara iuran berempat.

Kini kita mempekerjakan empat warga khusus untuk produksi. Itu belum termasuk bagian pemasaran dan agen,” kata Donny. Keuntungan produk sabun dan IMC secara umum digunakan untuk pengembangan, pem berdayaan, dan penciptaan lapangan kerja di Banyuwangi. “Kami ingin setiap kelurahan punya satu produk unggulan. Ada beberapa produk lain yang siap kami rilis, di antaranya sabun cuci tangan dan pengha rum ruangan berbentuk gel,” kata Hari.

Sementara itu, Istianah mengaku mendapat tambahan penghasilan yang cukup besar dari pembuatan sabun cuci cair multifungsi tersebut. Wanita yang sehari-hari be kerja sebagai pedagang gorengan itu mengatakan, jumlah produksi Goldenlight dalam sehari mencapai 10 timba (720 botol). Nah, dari sepuluh timba sabun cuci yang dihasilkan, empat pekerja mendapat ongkos Rp 140 ribu (Rp 35 ribu per orang).

“Peng hasilannya sangat lumayan. Bisa me nambah penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,” ujarnya diamini Emi. Sisi menarik lain di balik proses produksi sabun cuci made in Lingkungan Welaran Timur tersebut, usut punya usut, Istianah, Emi, dan kawan-kawan punya cara unik agar tidak keliru mencampurkan bahan-bahan sabun.

Mereka berempat menganggap proses pencampuran bahan-bahan sa bun itu layaknya mencampur bahan-bahan kue. “Takarannya sudah diberi tahu. Kami tinggal mencampur. Agar mudah di ingat, kami menyebut bahan-bahan itu dengan istilah-istilah yang gampang. Misalnya mentega (sebutan untuk SLS), garam (NaCl), dan gula pasir (sukrosa),” pungkasnya. (radar)