Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Program Sapi Perah Dinilai Kurang Serius

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Selain menyoroti  kinerja belanja APBD 2014, DPRD juga memberikan catatan kritis terhadap anjloknya kinerja sektor pertanian. Dalam rekomendasi DPRD terhadap laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPT) Bupati tahun 2014, eksekutif diminta segera mencari solusi kelangkaan pupuk yang sering terjadi di Banyuwangi.

Untuk mengatasi persoalan itu, DPRD merekomendasikan eksekutif membuat perencanaan yang komprehensif terkait kebutuhan dan penyaluran pupuk sebagaimana Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) RI Nomor 15/M-DAG/PER/4/2013.

“Pemkab juga harus bertindak tegas bila ada distributor yang melanggar ketentuan Permendag tersebut,” ujar juru bicaranya DPRD, Ismoko. Urusan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), secara kuantitatis, perkembangan jumlah koperasi di Banyuwangi sangat menggembirakan.

Pada tahun 2014, tercatat 732 koperasi berdiri. “Sayang, secara kualitatif koperasi di Banyuwangi tidak seperti yang kita harapkan, operasionalnya justru melenceng jauh dari amanat Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian.

Ke depan, pemkab perlu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi,” beber Ismoko. Urusan peternakan, termasuk program pengembangan sapi perah juga menjadi salah satu sorotan dewan. “Pemkab kurang serius menangani program ternak sapi perah,” tuturnya.

Bupati Abdullah Azwar Anas mengapresiasi kalangan dewan yang telah memberi masukan positif terhadap pembangunan Banyuwangi. Terkait anjloknya kinerja penyerapan anggaran di tahun 2014, itu akibat petunjuk teknis (juknis) yang terlambat turun.  Contohnya, pos anggaran di Dispendik.

“Contohnya, tahun 2015 ini sampai sekarang (kemarin) juknisnya belum turun. Saya lebih mengedepankan prinsip kehati-hatian daripada  mengoptimalkan penyerapan anggaran tapi berisiko menimbulkan masalah di kemudian hari,” jelasnya.

Terkait program sapi perah, kata Anas, salah satu penyebab program tersebut tidak berjalan optimal karena koperasi peternak tidak berjalan optimal. “Di daerah lain, program itu berhasil karena ada investor yang menanamkan modal untuk pengembangan sapi perah,” katanya. (radar)