Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pulau Santen Jadi Wisata Pantai Syariah Pertama di Indonesia

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas melaunching Pulau Santen menjadi pantai syariah berkonsep halal tourism pertama dan satu-satunya di Banyuwangi kemarin (2/3). Acara yang dimulai pukul 08.30 itu  diawali penandatanganan nota kesepahaman antara Komandan Korem 083 Baladhika Jaya yang diwakili Kasrem  Letkol (Kav) Rahyanto Edy Yunianto dan Bupati Anas.

Nota kesepahaman kedua belah pihak tersebut berisi kesepakatan pengelolaan aset milik TNI AD itu. Anas mengatakan, pemkab terus mengembangkan destinasi wisata baru. Salah satunya, menata kawasan Pulau Santen yang merupakan aset milik TNI AD menjadi destinasi berkonsep pantai syariah.

Pantai syariah tersebut dikhususkan perempuan. Pelancong laki-laki tidak diperkenankan  masuk ke kawasan wisata pantai syariah tersebut. Pasalnya, seluruh petugas yang memberikan pelayanan di pantai syariah adalah  perempuan dan berkerudung.

“Jadi, ini hari terakhir laki-laki datang ke pantai ini. Besok yang masuk ke tempat ini khusus perempuan,” ujar Anas. Meski demikian, yang masuk ke pantai syariah tersebut tidak hanya kaum muslim dan harus berkerudung. Masyarakat umum non-muslim diperbolehkan berkunjung.

Konsep pantai syariah  yang dimaksud adalah semua pengunjung yang berada di pantai tersebut adalah perempuan. Mengenai masih dimungkinkannya lelaki masuk ke kawasan Pulau Santen sebelah kiri jembatan tersebut, sejauh ini pemkab  masih terus berupaya agar kawaan tersebut benar-benar steril dari lelaki.

“Secara bertahap  pem kab akan berupaya agar tidak  ada lelaki yang mengintip aktivitas wisatawan perempuan di pantai  syariah ini,” terang Anas. Konsep pengembangan pantai  syariah lainnya adalah seluruh kawasan pantai tersebut menyajikan makanan dan minuman  halal serta akan ada pemberitahuan waktu jelang beribadah, seperti suara azan, tempat bersuci lengkap dengan fasilitas tempat  ibadah, serta fasilitas berkonsep  pemisahan antara laki-laki dan perempuan.

“Jadi nanti ketika ada azan berkumandang, seluruh aktivitas di tempat ini harus  berhenti. Boleh dilanjutkan kembali setelah azan selesai dan  setelah menunaikan salat bagi yang muslim,” beber Anas.  Sayang, saat launching tersebut  berlangsung, kawasan muara di Pulau Santen yang sudah bersih  mendadak kotor akibat sampah  rumah tangga yang hanyut terbawa air pasang di muara Pulau Santen.

“Saya minta PU Pengairan mencari formula untuk mengatasi  sampah yang masuk ke muara saat pasang dengan memasang  jaring. Jadi tidak ada sampah yang melintas di muara Pulau Santen tersebut,” pinta Anas. Dalam acara tersebut, Anas  juga memberikan santunan  kepada anak yatim dan duafa di sekitar lokasi Pulau Santen.

Launching itu ditandai pembukaan  payung wisata warna-warni secara serentak oleh Bupati Anas dan seluruh satuan kerja perangkat  daerah (SKPD).  Komandan Korem 083 Baladhika  Jaya yang diwakili Kasrem Letkol (Kav) Rahyanto Edy Yunianto mengaku mendukung langkah  Pemkab Banyuwangi dalam pengembangan wisata syariah.

Pasalnya, konsep pariwi sata tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa, agama, dan adat-istiadat  lingkungan sekitar. “Kami mendukung pentingnya pembangunan  kepariwisataan di Banyuwangi,karena pariwisata menciptakan lapangan pekerjaan baru, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat,” jelas Rahyanto Edy Yunianto.

Launching pantai syariah itu dihadiri seluruh elemen masyarakat. Tidak hanya kalangan pejabat teras Banyuwangi, sejumlah lembaga, organisasi kemasyarakatan Islam, mulai Muslimat, Fatayat, Aisiyah, organisasi kepemudaan, Ansor, IPNU, dan IPPNU, juga diundang.

Dalam kesempatan itu, Rais Syuriah PCNU Banyuwangi, KH. Abdul Ghofar, juga diberi waktu menyampaikan testimoni tentang  launching pantai syariah tersebut. Secara khusus, Ghofar menyambut baik dan mengapresiasi langkah Pemkab Banyuwangi dalam  pengembangan konsep pariwisata syariah itu.

“Saya sudah keliling ke Kalimantan, Sulawesi, dan daerah lain, mungkin ini satu-satunya dan pertama di Indonesia,” ungkap kiai kondang asal Rogojampi itu. Dia juga berharap agar konsep tersebut dilaksanakan sebaik- baiknya. Termasuk memperhatikan faktor keamanan, salah satunya menyiapkan life guard  atau penjaga pantai perempuan.

Sebab, dimungkinkan wisatawan perempuan yang sedang mandi di laut terseret gelombang dan arus. Jika itu terjadi, bisa tertangani dengan cepat oleh life  guard. “Jika ada kejadian satu kali orang meninggal karena tenggelam di laut, maka pengunjung akan sepi. Jadi faktor keselamatan wisatawan harus diutamakan,” terangnya. (radar)