Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Satpol PP Bongkar Paksa Warung di Jalan Wiroguno Tegalsari

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

TEGALSARI, Jawa Pos Radar Genteng – Sejumlah warung liar yang berdiri di pinggir Jalan Wiroguno, Dusun Balokan, Desa Dasri, Kecamatan Tegalsari, Kabupaten Banyuwangi, ditertibkan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Jumat (26/5). Warung yang tidak dipakai, dan membuat kumuh itu dibongkar paksa.

Dalam penertiban yang dilakukan sejak pukul 09.00 itu, juga ada anggota Polsek Tegalsari dan dari Koramil Tegalsari. Mereka ikut mengawal pembongkaran paksa sejumlah warung itu. Di tempat itu, selama ini sering dipakai tongkrongan anak-anak muda hingga larut malam. “Ini melanggar perda, berdiri di sepadan jalan dan tanah strain sungai,” kata Koordinator Satpol PP BKO V Genteng, Masruri.

Sebelum dilakukan pembongkaran, mereka mendata sejumlah warga yang dianggap kumuh. Selanjutnya, petugas Satpol PP dari BKO Genteng dan Gambiran turun melakukan penertiban dengan membongkar. Satu per satu, bagian warung diprotoli. “Ini intruksi dari atasan, warung-warung ini harus digusur,” ujarnya pada Jawa Pos Radar Genteng.

Meski sudah turun dengan personel yang cukup banyak, Masruri menyampaikan, untuk menertibkan warung ini tidak bisa dilakukan dalam sehari. Di hari pertama, hanya bisa membongkar tiga warung. “Tidak mungkin selesai hari ini, karena keterbatasan tenaga,” dalihnya.

Menurut Masruri, ada beberapa pemilik warung di lokasi tersebut, sudah membongkar warungnya sendiri. Mereka telah sadar saat dilakukan sosialisasi. “Sebelum pembongkaran paksa ini, sebelumnya sudah ada sosialisasi dan pendekatan dengan baik,” terangnya.

Ketua Paguyuban Pedagang Wiroguno, Supeno, 40, mengatakan sebagian besar pedagang sudah mengetahui akan ada pembongkaran warung itu. “Sudah tahu semua, karena sosialisasinya sudah lama,” katanya.

DI sekitar Leter S Jalan Wiroguno ini, terang dia, ada sekitar 23 warung. Dari jumlah itu, yang saat ini dibuat untuk jualan tidak sampai 10 warung. Pemilik warung banyak yang tidak jualan, karena dianggap sepi. “Yang ditertibkan ini yang kumuh-kumuh dulu, yang sudah tidak terpakai,” paparnya.(sas/abi)

source