Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Satu Kelas Dijaga Dua Pengawas

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Hari Ini 25.138 Siswa Serentak Ikuti Unas SMP

BANYUWANGI – Hari ini sebanyak 25.138 siswa SMP sederajat serentak mengikuti ujian nasional (unas). Secara keseluruhan, pelaksanaan unas menggunakan ujian berbasis kertas (paper base test)/PBT. Dalam penggunaan media kertas, beberapa kesalahan manual seringkali terjadi.

Karena itu, tim pelaksana unas Kabupaten Banyuwangi menyiasati dengan memaksimalkan peran pengawas. Dalam setiap kelas, pengawas unas masing-masing dua orang. Mereka ditempatkan secara silang dari sekolah satu ke sekolah lainnya dalam wilayah satu sub rayon.

Tugasnya, selain mengawasi jalannya unas, mereka juga bertanggung  jawab untuk memastikan tidak ada kesalahan teknis yang mempengaruhi nilau ujian siswa. Bahkan sejak dua hari sebelum pelaksanaan UNAS berlangsung, para pengawas ini diminta untuk menandatangi pakta integritas pengawasan ujian.

Ditambah dengan pembekalan untuk mengawasi dan menangani naskah unas. “Banyak kesalahan teknis yang bisa mempengaruhi nilai unas, jadi pengawas harus benar-benar maksimal untuk melakukan pengecekan terhadap lembar jawaban unas dari awal sampai akhir,” ujar Sutikno, Kasi SMP Dinas Pendidikan Banyuwangi.

Unas SMP akan berlangsung selama empat hari dengan mengujikan soal Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan IPA. Siswa akan mengerjakan soal dengan dua puluh jenis, sehingga tidak ada kemungkinan antara satu siswa dan siswa lainnya dapat saling mencontek.

Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Supriyadi menambahkan, semua SMP telah siap melaksanakan unas. Dan kinerja pengawas menjadi jaminan kelancaran unas, selain dari siswa sendiri. Mereka akan hadir lebih awal untuk mendapatkan pengarahan dari kepala sekolah.

Selanjutnya ada beberapa peraturan lain terkait prosedur teknis unas yang harus dilakukan pengawas. Seperti pembukaan segel untuk setiap naskah soal, pencocokan barcode, hingga mengamati cara siswa untuk mengisi lembar jawabannya.

Supriyadi menjelaskan, jika ada permasalahan dalam pelaksanaannya seperti soal yang tidak sesuai atau sebagainya, pengawas harus jeli dan segera melaporkan ke ketua pelaksana di sekolah. Sehingga permasalahan segera tertasi.

Apalagi siswa SMP terbilang masih belum se-siap siswa SMA jika mengalami kesulitan dalam pekerjaan, karena itu menurutnya pengawas harus pro aktif. Namun tetap memberikan kenyamanan terhadap siswa saat mengerjakan soal.

“Pengawas ini juga harus memastikan siswa tidak salah cara mengisi lembar jawaban, selain itu mereka juga harus memastikan semua lembar jawaban siswa sudah masuk ke dalam paket sebelum disegel kembali,” kata Supriyadi.

Sementara itu, dalam pelaksanaan unas SMP ini prosedur pelaksanaannya tidak jauh berbeda dengan unas SMA. Sebelum ujian berlangsung, kordinator sekolah harus mengambil naskah sejumlah siswa di Mapolsek yang masuk ke dalam sub rayonnya.

Setelah itu paket harus dipastikan kembali isinya saat akan dibawa dengan pengawasan polisi. Kordinator ini juga bertugas untuk mengembalikan kembali lembar jawaban ke Dinas Pendidikan sesuai dengan jumlah yang dikerjakan siswa.

“Kordinatornya juga silang, sama seperti pengawas, karena ujiannya pagi, pukul setengah delapan, dan pengawas harus di kelas pada pukul tujuh lebih sepuluh, otomatis naskah harus diambil lebih pagi,” terang Shulhan Kepala SMPN 1 Giri. Dalam unas SMP kali ini, suasana keseriusannya tidak jauh berbeda.

Meskipun tidak menjadi penentu kelulusan, Shulhan mengamati bahwasannya keinginan siswa untuk bisa masuk SMA favorit menjadi alasan lain. Karena siswa SMP sebagian besar masih sangat terpengaruh akan pilihan teman-temannya. “Kebanyakan siswa ingin masuk SMA favorit, lalu temannya juga ikut-ikut biar bisa bersama. Akhirnya ya mereka tetap berjuang di unas untuk dapat nilai baik,” jelas Shulhan. (radar)