Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Hukum  

Sering Gedebak-gedebuk, Pensiunan Meninggal

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

seringKALIPURO – Warga Peruma han Griya Giri Mulya (GGM), Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, mendadak gem par. Itu menyusul kabar me ninggalnya Warno, 71, war ga setempat, sekitar pukul 07.30 kemarin (26/6). Se belum korban meninggal dunia, tetangga kerap mende ngar suara gedebak-ge debuk. Itu diduga suara pertengkaran Warno dan is trinya, Tri Wahyuningsih, 63.

Informasi yang berhasil dikumpulkan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi menyebutkan, peristiwa ter sebut berawal Selasa pagi lalu (25/6). Kala itu, sejumlah tetangga mendengar suara cek cok dari rumah korban, tepatnya di Blok TU 17-18, Pe rum GGM. Senin sore lalu (24/6), seorang tetangga mendapati Warno tergeletak di lantai dapur ru mah nya. Kontan, tetangga korban tersebut berteriak minta tolong.

Saat tubuh korban diangkat, darah segar menetes dari kepala bagian belakang  pria berstatus pensiunan guru tersebut. Korban lang sung dilarikan ke RSUD BlambanganSuparmi, 43, tetangga kor ban mengatakan, Senin sore tersebut Tri mendatangi ru mahnya. Kala itu, Tri me nga takan suaminya jatuh. “Saat saya masuk (ke rumah korban), saya lihat Pak Warno sudah ter lentang di lantai dapur,” ujarnya.

Mendapati hal itu, Suparmi langsung berteriak minta tolong.  Sejumlah warga yang mendengar teriakan Suparmi pun berdatangan ke rumah kor ban. “Saat tubuh korban di angkat, ada darah di kepalanya,” ka ta dia. Suparmi mengaku kerap mendengar suara cekcok dari rumah korban. Tak jarang, dia mendengar suara pukulan yang  diiringi suara rintihan. “Istrinya memang keras. Saya se ring dengar suara pukulan.

Su aminya cuma bilang aduh. Te tapi, saya tidak pernah melihat lang sung kejadiannya. Cuma suara itu yang saya dengar,” pa parnya. Mulyono, 30, tetangga korban yang lain menambahkan, Senin pagi terdengar suara gaduh dari rumah korban. Nah, sekitar pukul 16.00, dia mendengar suara orang berteriak minta tolong dari arah rumah korban.

Menurut Mulyono, setelah di datangi, dia mendapati orang yang berteriak minta tolong itu te tangga korban. “Yang minta to long tetangga. Saat kami ang kat, korban sudah tidak sadar. Kami melihat lebam di mulut korban. Darah terlihat dari bagian belakang kepala korban,” cetusnya. Mulyono menambahkan, saat warga hendak mengevakuasi kor ban ke rumah sakit (RS), tern yata ada mobil angkutan kota  (angkot) yang datang ke rumah kor ban.

“Ternyata istri korban minta tolong ke saudaranya, bu kan meminta tolong kepada te tangga terdekat,” tuturnya.Sementara itu, setelah men jalani perawatan di RSUD Blambangan, Warno akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 07.30 kemarin (26/6). Hingga ke marin siang, jasad korban ma sih disemayamkan di ka mar jenazah RS pelat merah ter sebut.

Saat bersamaan, polisi melakukan olah tempat kejadian per kara (TKP) di rumah korban. Po lisi mendapati bercak darah di dapur rumah korban. Di pihak lain, seorang anggota po lisi yang sudah melihat jasad kor ban mengatakan terdapat luka seperti bekas cakaran di wajah kor ban. Dikonfi rmasi saat berada di RSUD Blambangan, Tri Wahyuningsih mengatakan, suaminya terjatuh dari atas spring bed di dapur rumahnya.

Saat itu, korban hendak meletakkancucian di atas spring bed lusuh ter sebut. “Saat kejadian, saya tengah menyetrika baju di ruang tengah. Tiba-tiba terdengar suara orang jatuh. Ketika saya da tangi, suami saya terantanan de ngan cara berpegangan di rak dan meja tempat meletakkan kom por. Dia (Warno) bilang jatuh. Mungkin karena malu, dia langsung bangun,” jlentrehnya.

Setelah itu, Tri memberikan mi num kepada sang suami. Se telah diberi minum, imbuhnya, Warno mengatakan ingin tidur. Saat diajak tidur di kamar, suaminya menolak dan mengatakan ingin tidur di lantai saja. Mendapati hal itu, Tri mengambil kain serbet un tuk alas kepala suaminya. “Saat itu saya tidak melihat ada luka di tubuh suami saya. Baru se telah tubuhnya diangkat, terlihat ada darah di kepala bagian be lakang,” ucapnya.

Tri tidak menampik dirinya kerap cekcok dengan Warno. Na mun demikian, dia membantah keras dirinya sering bertengkar he bat dengan suami yang telah menikahinya 42 tahun silam ter sebut. “Namanya keluarga, bertengkar kecil lumrah. Tetapi, saya tidak pernah bertengkar hebat dengan suami saya,” ke lit nya. Masih kata Suparmi, tekanan darah Warno memang cende rung tinggi, yakni 200 sampai 210.

Tetapi, anehnya suaminya tersebut tidak pernah me ngeluh pusing. “Kata dokter, ke mungkinan sejak pagi suami saya stroke ringan. Mungkin dia terlalu payah,” kata dia. Sementara itu, Kapolsek Kalipuro, AKP Sudarsono menga takan, pihaknya masih me nunggu hasil visum jasad kor ban. “Korban mengalami luka di kepala bagian belakang. Le bar dan panjang lukanya, kami masih menunggu hasil visum,” ujarnya.

Menurut Kapolsek Su darsono, pihaknya masih mendalami dugaan korban tewas akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dila kukan Tri Wahyuningsih. “Ma salah dugaan KDRT masih dalam penyelidikan. Apakah luka korban terjadi aki bat kesengajaan ataukah ke celakaan, juga belum bisa di simpulkan,” pungkasnya. (radar)