Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Soal Unas tanpa Nomor 13

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

soalBANYUWANGI – Hari pertama pelaksanaan ujian nasional (unas) jenjang SMP/sederajat di Banyuwangi diwarnai permasalahan cukup pelik kemarin (5/5). Sebab, pada salah satu tipe soal mata pelajaran bahasa Indonesia yang diujikan tidak ada soal nomor urut 13. Setelah soal nomor urut 12 langsung loncat ke soal nomor urut 14. Kenyataan itu sempat membuat peserta ujian yang sangat menentukan kelulusan tersebut bingung.Beruntung, kejadian itu cepat di laporkan kepada pengawas ru angan.

Pengawas ruang ujian lang sung lapor kepada ketua sub ra yon dan diteruskan ke Dinas Pen didikan (Dispendik) Banyuwangi. Dispendik Banyuwangi lan tas mengambil langkah cepat, yakni dengan menginstruksikan sis wa mengisi jawaban di lembar soal. Informasi yang berhasil dikumpulkan wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi menyebutkan, ketiadaan soal nomor urut 13 pada salah satu tipe soal itu terjadi nyaris merata di sekolah pelaksana di Banyuwangi. 

Hal itu baru diketahui saat soal sudah dibagikan kepada masing-masing siswa. Siswa yang menerima soal tanpa nomor 13 itu langsung melapor ke pengawas ruang ujian. Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Negeri Banyuwangi, Supriyadi, tidak menampik kejadian tersebut. Pria yang juga kepala SMPN 2 Banyuwangi itu mengaku di masing-masing ruang ujian di sekolah tersebut ada dua sampai tiga siswa yang mendapat lembar soal tanpa soal nomor urut 13.

Supriyadi mengatakan, ada beberapa guru dan kepala sekolah yang berkomunikasi dengan dirinya. Guru dan kepala sekolah itu menyatakan kejadian serupa juga terjadi di sekolah masing-masing. Seketika Supriyadi langsung berkoordinasi dengan Dispendik Banyuwangi sekaligus mengacu prosedur operasi standar (SOP) Unas 2014. “Langkah awal, ketika ditemukan soal nomor 13 tidak ada, siswa kami sarankan mengerjakan jawaban di lembar soal dan mengisi LJUN. 

Namun, pada LJUN soal tanpa nomor urut 13, maka nomor 13 LJUN tersebut dikosongi. Setelah mendapat petunjuk tersebut, siswa langsung tenang,” ujarnya. Pria yang juga ketua Sub Rayon 02 Banyuwangi itu menambahkan, sebelum unas digeber, Dispendik Banyuwangi telah menggelar sosialisasi. Dalam sosialisasi itu disampaikan, ketika soal dibagikan, siswa diimbau langsung mengecek lembar soal masing-masing sebelum mengerjakan soal unas tersebut.

Sebab, masing-masing lembar soal gandeng dengan LJUN dan dilengkapi barcode. Jadi, jika ada salah satu halaman soal yang kosong atau tidak tercetak dengan sempurna, soal harus diganti dengan lembar soal lain. “Maka jika soal tersebut sudah telanjur dikerjakan, siswa harus mengerjakan dari awal lagi. Karena barcode soalnya berbeda,” terangnya. Nah, setelah dicek, ternyata beberapa siswa menemukan soal nomor 13 tidak ada pada lembar soal yang mereka terima. 

“Berdasar laporan yang kami terima, setiap kelas ada dua sampai tiga siswa yang mendapat soal yang nomor urut soalnya meloncat dari nomor 12 ke nomor 14. Tetapi, kita tidak tahu jumlahnya berapa. Sebab, kami tidak punya kewenangan masuk ke kelas,” cetusnya. Sementara itu, salah satu siswa SMPN 2 Banyuwangi, Desy Setyawanti Presesa mengatakan, awalnya dia bingung ketika mengetahui lembar soal yang dia terima tidak dilengkapi nomor 13. “Awalnya, kami disuruh mengisi jawaban di lembar soal. Namun, setelah itu kami disuruh mengerjakan di LJUN. Jadi tidakmasalah,” ujarnya.

Desy mengaku, meski dirinya sempat bingung, kejadian tersebut tidak sampai berpengaruh signifikan terhadap konsentrasinya dalam mengerjakan soal unas. “Tidak terlalu berpengaruh. Saya optimistis lulus,” kata dia. Yusuf, siswa lain mengatakan, dirinya bingung hingga kurang konsentrasi mengerjakan soal. Tetapi, tidak lama kemudian, dia dapat petunjuk dari pengawas agar mengerjakan di lembar soal. “Sebelumnya saya sempat bingung, tapi setelah dapat petunjuk, saya bisa mengerjakan soal dengan tenang,” pungkasnya. (radar)