Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Sudah Bisa Diajak Komunikasi, Siap Dipulangkan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

sudahPara penderita penyakit jiwa yang menjalani rehabilitasi di Pondok Kasih Banyuwangi Waras (PKBW), Dusun Tegalpare, Desa Wringin Putih, Kecamatan Muncar, menunjukkan perkembangan positif. Untuk kali kedua, wartawan koran ini kembali nyambangi PKBW.

AKSES jalan menuju PKBW memang cukup terjal. Lokasi tersebut be rada di pinggir desa jauh dari perkotaan. Selain itu, bangunan PKBW berdiri di tengah-tengah puluhan hek tare tambak yang sudah tidak aktif. Orang yang belum pernah mengunjungi tempat itu bisa saja me nemui kesulitan. Mereka akan be rulang kali bertanya kepada war ga untuk mencari rute yang tepat menu ju lokasi PKBW.

Lokasi menuju tempat tersebut sa ngat berliku. Jika memilih rute dari Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar, pengunjung bakal menjum pai banyak pertigaan dan perem patan. Parahnya lagi, rute yang dilalui rusak parah. Selain jalan berlubang, juga banyak  jalan yang sama sekali belum ter sentuh aspal dan bisa dibilang han cur. Karena itu, di musim hujan ba kal banyak dijumpai kubangan ja lan di Desa Wringin Putih.

Bagi orang yang pertama kali datang, bisa dipastikan akan ke su litan menghafal rute tersebut. Ter masuk saya, meski tahun lalu per nah datang ke tempat tersebut, tetap kesasar ke jalan buntu. Tidak se mua warga yang tinggal di desa itu mengenal pondok yang berdiri 27 September 2011 ituPKBW berdiri di bawah naungan Yayasan Gabriel Desa Tegalsari, Kecamatan Licin.

Meski terik matahari begitu menyengat, saya tetap tidak putus asa untuk menemui kembali para pasien di pondok tersebut. Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar 60 menit, akhirnya saya sampai di lokasi. Ada yang berbeda dalam kunjungan kali kedua ini. Bangunan yang sebelumnya masih belum dilepo, kini sudah terlihat lumayan. Bangunan yang memiliki beberapa kamar itu sudah bersih dan bercat putih.

Lebih dari itu, para pasien yang se be lumnya pernah saya jumpai kini sudah lebih baik. Para penderita gangguan penyakit jiwa itu kini terlihat bersih. Wajah dan ku lit mereka tampak bersih. Rambut mereka juga rapi. Bagi saya, itu merupakan kemajuan yang patut dibanggakan. Yang mencengangkan, mereka sudah mulai bisa berkomunikasi dengan yang lain. Hal itu jelas bertolak belakang dengan kon disi beberapa bulan lalu.

Kala itu para penghuni PKBW masih banyak yang ter menung. Selain itu, tidak sedikit dari mereka yang tertawa sendiri. Bagi saya, itu semua kemajuan yang cu kup luar biasa. Menjadi sangat luar biasa lagi saat melihat mereka ternyata sudah bisa bernyanyi bersama diiringi musik tradisional. Satu lagi, satu pasien bisa membaca puisi penuh makna tanpa kesalahan.

Saat membaca puisi, kalangan pejabat Pemkab Banyuwangi, sejumlah pejabat, tamu undangan, dan tokoh masyarakat, terdiam. Tidak sedikit pula yang menitikkan air mata. Mereka seolah gembira sekaligus prihatin atas apa yang dilakukan penderita penyakit jiwa itu. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang dua hari lalu berkunjung ke tempat tersebut mengaku senang atas penampilan para pasien tersebut.

Apalagi, ada satu pasien yang masih hafal lagu Indonesia Raya dan bernyanyi dengan suara keras. ‘’Saya benar-benar kagum apa yang baru saja saya dengar,’’ ungkapnya. Dalam agenda peresmian gedung baru itu, Bupati Anas menyampaikan bahwa langkah pondok tersebut perlu diapresiasi dan dicontoh pondok lain. Sebab, hal itu sangat berpengaruh terhadap kemajuan Banyuwangi.

‘’Di Banyuwangi ini ada 300 pondok. Kalau satu pondok mengurusi dua orang, Banyuwangi akan terbebas dari orang gila,’’ kata Anas kala itu. Bambang, salah satu pengurus PKBW mengungkapkan, sudah banyak pasien yang akhirnya diantar pulang ke rumah yang bersangkutan. ‘’Belum lama ini ada pasien yang rumahnya di Songgon yang sudah sakit 9 tahun.

Setelah dirawat beberapa bulan di sini, akhirnya sembuh,’’ katanya. Menurut dia, pihak keluarga yang bersangkutan sangat kaget. Melihat kenyataan itu, keluarga, kerabat dan masyarakat, ter haru. ‘’Anaknya pintar, dan juara te rus waktu sekolah,” kenang rohaniwan asal Dusun Kalimati, Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, itu. (radar)