Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Suka-duka Grup Musik Al-Mumtaz Usai Manggung

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

sukaBayaran Kerap Diutang, Pernah Dibayar Uang Palsu Pamor grup musik religi Al- Mumtaz Banyuwangi terus melejit. Grup musik yang personelnya digawangi anakanak berkebutuhan khusus itu tak pernah sepi dari undangan manggung. Seiring banyaknya tanggapan, grup tersebut juga kerap ketiban apes.

SABTU malam lalu (16/11) Al-Mumtaz kembali manggung dalam sebuah acara pengajian. Kali ini Nurul Imam dkk tampil di Dusun Krajan, Desa/Kecamatan Sempu. Kehadiran Imam cs itu mampu menyedot banyak pengunjung. Para punggawa grup musik Al- Mumtaz itu terlihat sangat sederhana. Rombongan personel itu tiba di lokasi acara jelang isak dengan menumpang angkutan umum. Satu-per satu personel turun dari mobil mini warna kuning tersebut.

Mereka pun disambut hangat oleh sejumlah warga yang sudah lama menunggu. Satu-per satu pentolan grup musik itu mendapatkan pertolongan warga. Bagi yang tunanetra, mereka harus dituntun. Bahkan, sebagian anggota grup musik itu terpaksa harus digendong hingga ke atas pentas. Sebab, ada yang menyandang tunadaksa (cacat fisik kaki dan tangan). Malam itu, sebanyak tujuh personel siap unjuk gigi menghibur warga sekaligus berdakwah.

 Empat personel menyandang tunanetra, yakni Wahyu Nurrohman (gitaris), Hikmah Juhairiyah (vokalis), Ahmad Hariyanto (kenong), Nurul Imam (drummer), dan Suliyono (keyboard). Dua punggawa lain yang menyandang tu nadaksa adalah Ahmad Zulkarnain (tamborin) dan Mustaqbilal (ketipung). Hanya satu personel yang tidak berkebutuhan khu sus tampil di atas panggung. Dia adalah Afif Khoiri (gitaris) yang notabene guru musik mereka.

Meski dengan kondisi serba keterbatasan, tapi tidak berarti penampilan mereka jelek. Aksi mereka di atas panggung tidak kalah dengan grup musik lain. Setiap personel terlihat sudah piawai dengan tugasnya masing-masing. Selain memiliki keistimewaan tersendiri, masing-masing personel ternyata memiliki catatan prestasi yang gemilang sebelum grup musik Al-Mumtaz resmi terbentuk. Misalnya, Hikmah Juhairiyah alias Ima pernah menjadi juara pertama dalam lomba menyanyi solo tingkat nasional di Ban dung.

Wahyu Nurrohman berhasil me wakili Jawa timur dalam lomba cerdas cer mat MIPA tingkat nasional di Manado ta hun 2010 lalu. Ada lagi, Suliyono lihai menirukan suara orang, mulai suara Rhoma Ira ma hingga KH. Zainudin MZ. Selain itu, dia juga lihai menirukan berbagai suara hewan. Sebagai bukti, dia memeragakan kepiawaiannya itu melalui pengeras suara malam itu. Pria satu itu juga pandai mengarang lagu. Semua lagu karyanya akan masuk ke dapur rekaman yang dalam waktu dekat akan segera dirilis.

Jadi, selain mengandalkan order manggung, grup musik yang beralamat di Jalan Wijaya Kusuma, dekat GOR Tawang Alun, Ba nyuwangi, itu juga akan mendapatkan pe masukan dari royalti penjualan VCD. Selain memiliki catatan prestasi, sebagian per sonel juga memiliki kisah pilu. Seperti yang dialami Mustaqbilal. Bagaimana tidak, dia pernah menjadi korban human traffi cking (perdagangan orang). Ceritanya, saat itu dia dijanjikan seseorang bekerja di Kalimantan sebagai penjaga toko dengan gaji Rp 5 juta per bulan.

Dengan iming-iming gaji besar, Mustaqbilal langsung menyanggupi. Yang terjadi justru sebaliknya, dia disuruh mengemis di tepi toko. Selama meminta-minta itu, dia diawasi preman. Pundi-pundi uang yang dia kumpulkan jauh lebih besar. Bayangkan, dia bisa mendapatkan uang Rp 1,2 juta setiap hari. Tetapi, akhirnya dia berhasil lolos dari pengawasan preman tersebut. Dia keluar dari kungkungan itu setelah me ngemis selama sepekan. Dia lolos berkat bantuan seorang anggota TNI. Akhirnya, Mustaqbilal bisa kembali ke kampung halaman dengan selamat.

Beragam kisah itu diceritakan di hadapan para pengunjung. Jelas, para pengunjung yang memadati lokasi merasa terharu. Bahkan, tidak sedikit para pengunjung yang meneteskan air mata. Para pengunjung seolah-olah larut dalam ke sedihan. Para pengunjung semakin geregetan setelah tahu grup musik tersebut setelah panggung kerap diutang. Bahkan, hingga kini ada utang yang belum dibayar lunas. Celakanya lagi, grup musik Al-Mumtaz pernah dibayar dengan uang palsu.

Pentolan grup musik Al-Mumtaz sudah menanyakan berulang kali kepada yang bersangkutan. Tetapi, hingga kini belum ada respons positif. ‘’Yang uang palsu, saya SMS beberapa kali, tapi nggak dibalas. Utang yang belum terbayar masih di janjikan. Entah kapan akan dibayar,” sesal Afif Khoiri, gitaris Al-Mumtaz sekaligus yang dituakan dalam grup musik tersebut. Padahal, grup musik Al-Mumtaz tidak menetapkan harga mahal setiap manggung. Setiap kali tampil, imbalan sebagai pengganti keringat itu kurang dari Rp 5 juta.

Banderol itu sudah lengkap dengan biaya sewa sound system. Selama ini, hasil manggung banyak di manfaatkan untuk kegiatan yang bermanfaat, misalnya membayar biaya pendidikan, baik di sekolah maupun di jenjang perguruan tinggi. Sampai saat ini, Ahmad Zulkarnain tercatat sebagai mahasiswa jurusan hukum semester III di Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi dan Wahyu Nurrohman sebagai siswa SMAN I Glagah. Sementara itu, Nurul Imam dan Hikmah Juhairiyah kini sama-sama kuliah di STAI Ibrahimy Genteng. (radar)