Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Terkendala Surat Pindah, Anak Berkebutuhan Khusus Ini Dua Tahun Tak Bisa Sekolah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Mohammad Saifani Aszad, (12), anak berkebutuhan khusus ini memiliki keinginan besar untuk sekolah. Sayangnya, keinginannya itu tidak bisa terlaksana. Gara-garanya hanyalah surat pindah sekolah yang tak kunjung dikeluarkan sekolah lamanya.

Putra pertama pasangan Fony Istanto, (38) dan Kusmawati, (43), ini sebelumnya memang sudah pernah bersekolah di SLB C, Banyuwangi. Sebenarnya, menurut Fony anaknya menderita cerebral palsy (CP) namun oleh pihak sekolah dikategorikan autis. Diapun menempuh pendidikan di sekolah yang berada di Jl. Melati itu selama empat tahun.

“Saat mau naik kelas V anak saya tidak mau sekolah lagi,” ujar Fony Istanto, di rumahnya Kamis (19/7/18).

Saif tidak mau sekolah lagi karena merasa bosan. Sebab pelajaran yang diberikan sejak kelas I hingga kelas IV hanya itu-itu saja. Sehingga sampai saat ini, hampir 2 tahun lamanya bocah yang dipanggil Saif ini tidak lagi bersekolah. Padahal keinginannya bersekolah sangat kuat. Bocah ini ingin bersekolah di SLB A.

Menurut Fony Istanto, keinginan Saif untuk sekolah di SLB A sebenarnya nyaris terealisasi. Pria yang berprofesi sebagai penjahit ini kebetulan mendapatkan job membuat baju almamater SLB A. Saat itulah keinginan Saif untuk sekolah di SLB A muncul dan terus menguat.

“Saya kemudian  menghadap kepala Sekolah SLB A untuk menyampaikan keinginan anak saya sekolah di sana,” kata  Fony.

Saat itu, keinginannya mendapatkan lampu hijau. Dia diminta membawa surat pengantar dari sekolah sebelumnya yakni SLB C. Hari itu juga dia menghadap Kepala Sekolah SLB C. Diapun mendapatkan  surat pengantar pindah. Dia segera menyampaikan surat pada Kepala Sekolah SLB A.

“Saat itu, Kepala Sekolah SLB A menyampaikan kepada saya bahwa Saif sudah diterima sebagai murid SLB A,” ungkapnya.

Setelah itu, lanjutnya, Kepala Sekolah SLB A menyuruh saya untuk meminta surat pindah dari SLB C ke SLB A sebagai syarat formal. Sehari setelah itu, Fony langsung menghadap kepala sekolah SLB C untuk meminta surat pindah.

Saat itu, dia diberi surat dalam sebuah amplop yang cukup tebal. Kepala sekolah SLB C menyuruhnya menyerahkan surat itu kepada Kepala Sekolah SLB A. Anehnya, kali ini, Fony dilarang untuk membaca. Tanpa curiga diapun menyerahkan surat itu kepada Kepala Sekolah SLB A.

Diluar dugaan, setelah membaca surat itu, Kepala Sekolah SLB A yang awalnya mengizinkan anaknya sekolah di SLB A berubah fikiran. Kepala Sekolah SLB A menyatakan Saif tidak bisa sekolah di SLB A. “Katanya terkait dengan kurikulum, sehingga pihak SLB C tidak bisa mengeluarkan surat pindah,” katanya.

Fony menambahkan, selama dua tahun terakhir, hampir setiap hari Saif selalu menyampaikan keinginannya untuk bersekolah di SLB A. Bahkan jika memang harus memulai dari kelas I lagipun dia tidak keberatan. Namun karena tidak kunjung mendapatkan surat pindah keinginan itu tetap tidak bisa terpenuhi.

“Saya sudah berusaha meminta bantuan kemana-mana agar anak saya bisa sekolah, tapi sampai saat ini belum berhasil. Anak saya hanya ingin bersekolah , tapi kenapa dipersulit seperti ini,”  bebernya dengan mata berkaca-kaca.