Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Tradisi Mengarak Kebo Keliling Kampung

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

tradisiGIRI – Warga Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, menggelar arak-arakan keliling kampung sore kemarin (5/8). Pawai sambil mengusung ondel-ondel dan kebo-keboan tersebut digelar untuk menyambut tradisi Puter Kayun (pelesir masal) warga Boyolangu naik dokar ke Pantai Watudodol hari ini (6/8). Pawai pra-Puter Kayun sore itu menyebabkan jalanan kampung di Kelurahan Boyolangu semarak. Warga tumplek blek di jalan kampung untuk menonton arak-arakan tersebut.

Pada pawai tersebut ditampilkan seluruh kesenian yang ada di Kelurahan Boyolangu, mulai dari kesenian kuntulan, barong, tapekong/ ondel-ondel, gandrung, hadrah, patrol, hingga kebo-keboan. Bahkan, pawai tersebut dimeriahkan drum band siswa sekolah dasar di Boyolangu. Para warga yang menyaksikan acara tersebut terlihat antusias.Sehari sebelum Puter Kayun, mesti arak-arakan kesenianini ditampilkan,” tutur Muklis, salah satu warga Kelurahan Boyolangu. 

Yang menarik, pawai budaya keliling kampung itu diikuti kebo-keboan. Warga yang menjadi kebo-keboan sempat mengalami kesurupan saat keliling kampung. Warga yang kesurupan dan bertingkah seperti kerbau itu justru jadi tontonan warga. Anak-anak juga menggoda kebo-keboan yang kesurupan itu dengan siulan keras. Ketua Adat Paguyuban Dokar Boyolangu, Rugito mengatakan, dengan ditampilkannya kebo-keboan dalam acara arak-arakan itu merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil pertanian warga Boyolangu.

”Orang dulu kan kalau membajak sawahnya menggunakan kerbau. Itu sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil tani yang kita dapat selama ini. Arak-arakan ini start di Dusun Porong, lalu mengelilingi Boyolangu,” ujar lelaki berumur 66 tahun itu. Sekadar tahu, tradisi Puter Kayun merupakan tradisi turun- temurun warga Kelurahan Boyolangu. Mereka melakukan perjalanan naik dokar menuju Pantai Watudodol pada hari kesepuluh setelah Idul Fitri. 

 Tradisi itu sebagai wujud syukur atas rezeki yang telah diberikan Tuhan. Selain itu, tradisi itu juga digelar guna mengenang leluhur mereka, yaitu Buyut Jakso,  yang dulu melakukan semedi di Gunung Silangu yang saat ini bernama Boyolangu. ”Dulu Buyut Jakso melakukan semedi di sini dan meminta izin kepada leluhur untuk mendodol (membongkar) batu di Watudodol tersebut. Dulu Watudodol itu tidak ada jalannya. Dari itu, kemudian muncul nama Watudodol,” tutur Rugito.

Rencananya, Puter Kayun hari ini akan diikuti 15 dokar. Sebagian warga akan mengiringi dokar itu dengan konvoi motor dan mobil. Sementara itu, dua hari sebelum acara, panitia Puter Kayun mengunjungi makan Buyut Jakso atau Syeh Maulana Ishak untuk nyekar dan mengirim doa. ”Besok (hari ini, Red) Puter Kayun start dari  Boyolangu pukul 12.00. Rutenya, dari Boyolangu menuju pertigaan Giri, lanjut ke timur menuju perempatan Lateng. Dilanjutkan ke arah utara sampai Watudodol,” jelas Rugito. (radar)