Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Viki Armando, Putra Bungsu Ribut Santoso yang Jadi Pilar Banyuwangi United

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

vikiMungil dan Lincah, Populer Dipanggil Kancil Permainan Banyuwangi United (BU) U-17 secara umum cukup moncer di Liga Remaja regional Jawa Timur 2013. Tim besutan Giman Abadi itu sulit lepas dari peran Viki ‘’Kancil’’ Armando. Siapa dia?

TIM Banyuwangi United sangat beruntung bisa memiliki Viki ‘’Kancil’’Armando. Sebab, peran dia cukup sentral bagi tim besutan coach Giman Abadi itu. Pemain kelahiran Banyuwangi 11 November 1997 itu, merupakan penguasa lini tengah tim. Meski berpostur mungil, tapi putra bungsu Ribut Santoso, pelatih Persewangi musim lalu, itu tidak kikuk saat menghadapi lawan. Berposisi sebagai gelandang, si Kancil itu ter bilang cerdik mengatur ritme per mainan.

Dia termasuk pemain yang genius. Dia tahu betul kapan harus menyerang dan kapan waktu bertahan membantu lini belakang agar terhindar dari ancaman kebobolan. Ber kat aksi dan umpan matangnya, acapkali gol tercipta. Lini depan yang diisi duet striker Diki Bastiar-Sukarno Andi Wijaya se makin dimanjakan berkat umpan terukur yang Kancil lepaskan. Pas sing-passing pendek menjadi an dalan Kancil selama bermain.

Selain itu, siswa asal Desa Sraten, Ke camatan Cluring, itu juga mem berikan long passing, baik ke sisi kanan maupun ke sisi kiri demi mengatur keseimbangan tim Saat membantu pertahanan, Viki sama sekali tidak grogi jika harus mengawal pemain lawan yang berpostur tinggi sekalipun. Karena itu, mobilitas dia sepanjang pertandingan sangat tinggi dibandingkan pe main lain. Siswa kelas XII jurusan Ilmu Pendidikan So sial (IPS) SMAN I Srono itu memiliki skill dengan kualitas oke.

Penguasaan bola dan dribble bagus menjadi salah satu keistimewaan pemain yang mulai ber kiprah di Sekolah Sepak Bola (SSB) PSGS Genting, Desa Sraten, Kecamatan Clu r ing, itu. Dia cukup piawai dalam mengolah si kulit bundar. Meski hanya memiliki postur 159 centimeter, tapi pergerakan Viki selama di lapangan layak diacungi jempol. Para penonton yang menyaksikan permainan menawan dia sering geleng-geleng kepala. Apalagi, ketika dia mengelabui pemain lawan. Ya, permainan apik sebuah tim memang tidak lepas dari aksi lini tengah alias gelandang.

Sebab, gelandang memang merupakan kunci permainan sebuah tim. Jika gelandang tidak maksimal, maka permainan tim secara keseluruhan akan morat-marit. Namun, tugas berat itu mampu dijalankan dengan baik oleh pemain yang mengidolakan Madrid, Spanyol, itu. Berposisi sebagai gelandang, adik kandung Ladi Santoso itu tidak termasuk pemain egois yang ingin selalu mencetak gol. Dia lebih memilih memberi umpan kepada pemain lain yang dianggap memiliki peluang besar menjaringkan bola ke jala gawang lawan.

Karena itu, dia belum mencatatkan namanya di papan skor selama berkiprah di kompetisi liga remaja Jawa timur mulai putaran pertama hingga putaran kedua. Sayang, Viki tidak bisa bermain penuh dalam laga krusial menghadapi Persema kemarin (12/12). Sebab, pemilik jersey nomor 7 itu mengalami cedera. Dia terpaksa ditarik keluar lapangan beberapa menit setelah babak kedua digulirkan. Tak pelak, motor serangan BU tumpul dan mengakibatkan BU harus bertekuk lutut melawan tim tamu dengan skor 0-3.

Postur kecil tapi lincah membuat dia dijuluki si Kancil. Sejak kecil, sebutan itu sudah populer. Bahkan, panggilan akrab itu tidak hanya diberikan teman-teman sebayanya, gurunya juga memanggil dia dengan julukan Kancil. Sebutan itu dia terima sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Hingga kini sebutan itu masih melekat erat di pundaknya. Dia merupakan siswa yang paling disukai guru bidang studi olahraga. Tentu, prestasinya di bidang olahraga yang menjadi alasannya. ‘’Kalau guru olahraga, saya jadi anak kesayangannya,’’ tukas dia lantas tertawa.

Viki mengaku berlatih sepak bola sejak sekolah dasar. Dia berlatih bukan hanya saat latihan bersama tim. Ayahnya, Ribut Santoso, selalu mewantiwanti agar dia bersungguh-sungguh meretas jalan menggapai prestasi di dunia olahraga sepak bola. Setidaknya, ada beberapa pantangan yang harus dijauhi, yaitu merokok dan minum-minuman keras. Dengan latihan sungguh-sungguh, prestasi manis di masa depan bakal terwujud. ‘’Saya support terus. Asal jangan sampai merokok, mabuk, dan nyabu,” ujar Ribut Santoso.

Karena keinginan kuat sang anak, Ribut Santoso memberikan dukungan total agar putranya itu bisa mengikuti jejaknya di masa lalu. Tentu, latihan keras harus dijalankan sebaik mungkin. ‘’Kalau di rumah, latihan sprint (lari cepat) supaya kondisi stamina terus baik dan berkembang,” terang suami Mudaiyah itu. Ribut mengakui, bakatnya bermain bola memang sudah mulai terlihat sejak Viki kecil. Namun demikian, dia tetap memberikan beberapa pilihan kepada putranya itu. ‘’Anak saya pilih sepak bola. Karena itu, harus kerja keras dengan latihan sungguh-sungguh,” harapnya. (radar)

Kata kunci yang digunakan :