Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

1.641 Warga Diobati di Rumah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Bupati Abdullah Azwar Anas mengunjungi salah seorang yang sedang sakit dan mendapat perawatan dari tim Dinas Kesehatan kemarin.

BANYUWANGI – Peningkatan layanan publik terus digencarkan Pemkab Banyuwangi. Di bidang kesehatan, pemkab menggalakkan program jemput bola rawat warga. Melalui program tersebut, pemkab telah memberikan pengobatan kepada 1.641 warga yang tengah sakit di kediaman masing-masing.

Sekadar diketahui, program jemput bola rawat warga itu telah digeber sejak Januari 2017. Program itu menyasar warga kurang mampu yang memerlukan penanganan rawat jalan. Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakaan, melalui program tersebut tenaga medis datang ke rumah warga yang sakit, terutama dari golongan kurang mampu. Jadi warga tidak perlu datang ke Puskesmas atau rumah sakit.

“Tentu yang dirawat adalah warga yang penyakitnya memang bisa ditangani dengan rawat jalan. Kalau yang harus rawat inap, ya dirawat inap,” ujar Anas kemarin (13/7). Menurut Anas, upaya jemput bola pasien ini merupakan upaya pemenuhan hak dasar warga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Selama ini masih ada warga miskin yang belum mendapat informasi mengenai layanan kesehatan. “Meski berobat dengan BPJS atau fasilitasi jaminan kesehatan daerah (jamkesda) tidak berbayar, warga miskin dan lansia terkadang kesulitan karena mengeluarkan biaya transportasi. Maka petugas yang harus jemput bola,” jelas Anas.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, dr. Widji Lestariono, menambahkan program ini melibatkan 2.700 tenaga kesehatan di 45 Puskesmas yang menjangkau 25 kecamatan, 189 desa, dan 25 kelurahan. Periode Januari-Juli 2017, program merawat 1.641 warga yang sakit di rumahnya.

Dikatakan, sesuai instruksi Bupati Anas program ini juga menjadi indikator kinerja aparat kesehatan. “Evaluasi kinerja saya, kepala rumah sakit, kepala puskesmas, ditentukan antara lain dari respons penanganan warga miskin sakit. Jka tidak responsif, jadi catatan yang mempengaruhi promosi bagi aparat bidang kesehatan,” kata pria yang karib disapa Rio tersebut.

Sebelumnya, tepatnya pada Selasa (11/7), Anas mengecek layanan jemput bola ini dengan mengunjungi tiga warga yang sakit.” Salah satunya adalah Rita Wijayanti, 55, warga Kelurahan Pengantigan, yang memiliki penyakit gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah.

Puskesmas setempat secara rutin mengunjungi dan merawat Rita di rumahnya. Rita pun diantar untuk cuci darah. “Ibu sudah ditangani puskesmas ya, sudah rutin kan Bu? Kalau ada keluhan atau kendala, jangan sungkan bilang ke petugasnya,” kata Anas saat menemui Rita.

Anas memaparkan, sasaran jemput bola ini berasal dari basis data Pemkab Banyuwangi, laporan warga di media sosial, dan pendataan desa atau kelurahan. Dia meminta penguatan koordinasi mulai RT dan RW, desa/kelurahan, hingga Dinkes, mengingat data kesehatan bersifat dinamis.

“Misalnya Bapak A yang termasuk ini sehat, tapi sebulan kemudian sakit itu harus dipantau. Kuncinya di koordinasi, kepedulian mulai dari RT dan RW. Toh biaya kesehatan sudah disediakan, ada penerima bantuan iuran APBN, ada dana jaminan kesehatan dari APBD. Begitu tahu ada yang sakit, lapor dan pasti ditangani,” pungkas Anas. (radar)