Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Asylla Azza Dzakira Rahma, Penari Gandrung Termuda di Pagelaran Gandrung Sewu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Asylla Azza Dzakira Rahma, tampak lincah menari sendiri di tengah rumput hijau lapangan Stadion Diponegoro, Kabupaten Banyuwangi, Rabu malam (17/10/2018). Di usianya yang belum genap 4 tahun, Asylla terlihat paling kecil dan muda diantara 1.167 penari Gandrung Sewu yang sedang berlatih.

Selendang gandrung (sampur) berwarna merah yang dia kalungkan di leher terus dimainkan mengikuti gerakan tangan mungilnya. Sesekali, sebuah kipas yang diselipkan di pinggangnya juga diambil untuk mengiringi tariannya.

Tidak disangka, melihat Asylla aktif menari dan hadir setiap latihan, panitia menawarinya menjadi peserta Gandrung Sewu yang akan tampil pada pekan depan, Sabtu (20/10/2018).

“Awalnya ikut-ikutan nari begini, terus sama orang-orang (panitia) suruh ikut jadi peserta, ya anaknya seneng sekali, sampai di rumah sering latihan sendiri,” ujar Endang Nurhayati (35), Ibu kandung Asylla yang terus menemani di dekatnya.

Saat ditemani ibunya, Asylla tetap asik menari sendiri di samping kerumunan penonton di stadion. Bila sedang semangat, dia terlihat percaya diri menari sendiri maju di depan, sesekali Asylla juga ngambek bila tidak terus didampingi ibunya.

“Tadi dia sempat ngambek, nangis, saya suruh nemenin maju ke depan,” kata dia.

Alunan musik gandrung dengan beragam perlengkapan musik seperti angklung, saron, gendang, gong, hingga hadrah mengiringi, Asylla akan langsung merespons dengan tarian. Hobi menarinya ini, kata Endang sudah terlihat saat Asylla berumur satu tahun.

“Sudah terlihat saat usia satu tahun, setiap ada musik dia pasti ikut gerak (menari),” kata dia.

Saat pagelaran Gandrung Sewu nanti, Asylla akan tampil dalam barisan penari gandrung senior Banyuwangi. Dia akan memainkan peran diajari menari, sebagai simbol generasi penerus. “Kalau besar mau tak bimbing jadi sinden, sekarang masih belajar narinya,” ujarnya.

Keluarga Endang, sejak 2012 memang rutin mengikuti event tahunan Gandrung Sewu yang sudah menjadi top calender of event dari Kementrian Pariwisata ini. Di rumahnya, juga memiliki sanggar tari bernama Dewanata sejak 2014.

Saat Asylla masih di dalam kandungan, Endang juga masih rutin melatih menari siswa mulai tingkat Taman Kanak-kanak,Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama.

“Waktu mengandung, saya gak berhenti ngelatih di sanggar. Kebetulan keluarga saya keluarga seni, mertua ludruk, suami saya juga seni janger. Mulai awal, keluarga saya selalu ikut gandrung sewu. Cuma dua tahun terakhir aja endak,” ujar Ibu tiga anak ini.

Asylla, saat ini masih duduk di sekolah TK Khotijah, pada 31 Oktober nanti dia baru genap berusia 4 tahun. “Saya senang, senang banget bisa ikut Gandrung Sewu, setiap sore saya sering latihan sama Kakak saya,” kata si bungsu, Asylla, disela latihan menarinya.

Achmad Alhafis Dewanata (10) kakak Kandung Asylla, ternyata juga jago bermain beragam alat musik tradisional, mulai angklung, saron, dan gendang. “Kalau adik sedang latihan nari di rumah, saya disuruh mengiringi musiknya,” kata Alhafis.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY Bramuda menjelaskan, Festival Gandrung Sewu 2018 kali ini kembali di gelar di Pantai Marina Boom Banyuwangi dengan latar selat Bali. Tahun ini Gandrung Sewu tidak hanya menampilkan ribuan tarian dari delegasi pilihan siswa-siswi se-Kabupaten Banyuwangi.

Tarian gandrung akan dibawakan dengan rangkaian teatrikal dengan kisah sejarah lokal dengan tema Layar Kumendung, yang bercerita tentang perjuangan Mas Alit, Bupati pertama Banyuwangi saat melawan Kolonial Belanda.

“Event ini paling ditunggu para wisatawan baik Nusantara maupun mancanegara. Tema yang diangkat selalu beda tiap tahunnya, diambil dari syair-syair gending Gandrung. Tahun ini, bakal ada 1.168 penari dengan 62 pemain musik, 5 pesinden dan 72 pemain fragmen,” kata Bramuda.

Peserta Gandrung Sewu memang berusia mulai pendidikan tingkat SD-SMA untuk mengenalkan dan turut melestarikan seni tradisi.

“Tahun ini melibatkan penari gandrung yang masih anak-anak sebagai upaya untuk mengenalkan seni tradisi kepada mereka,” katanya.