Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Banyak yang Bolos saat Hujan, hanya Dua Minggu Sepatu Jebol

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

siswa-berPAGI itu matahari seperti masih malu bersinar. Sejumlah warga yang tinggal ditepi kawasan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Perhutani Banyuwangi Barat, RPH Purwodadi, Desa Temuguruh, Kecamatan Sempu, terlihat mulai sibuk beraktivitas.

Hawa dingin pegunungan yang menusuk pori-pori tak lagi dihiraukan. Para ibu rumah tangga kebanyakan baru selesai memasak, sedang para bapak sudah banyak berkeringat. Sejak subuh mereka sudah pergi kehutan untuk mencari rumput.

Dari kejauhan, Gunung Raung tampak jelas berdiri dengan Kokoh. Keindahan gunung yang kini sering batuk itu ternyata sudah tidak menarik lagi warga yang tingal di Kampung Jaengan Dusun Purwodadi, Desa Temuguruh, Kecamatan Sempu. “Sudah biasa,” cetus salah satu wargsa setempat.

Kampung Jaengan di Dusun Purwodadi, Desa Temuguruh, itu salah satu perkampungan terpencil. Menuju ke lokasi itu ternyata tidak mudah. Jalan di kampung terpencil di tengah hutan itu sangat jauh dari kelayakan.

Jika hujan, menuju ke perkampungan itu hanya bisa ditempuh melalui Dusun Parastembok, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu. Jika kondisi normal, jarak dari Kampung jaengan menuju kantor Desa Temuguruh memakan waktu sekitar30 menit.

Bila melalui Desa Jambewangi, jarak tempuh sekitar 30 menit. jumlah penduduk di Kampung jaengan 96 kepala keluarga (KK). Dari kampung ini menuju SDN 3 Temuguruh, anak-anak kampung jaengan harus berjalan ke arah timur menyusuri hutan pinus sekitar 1,5 kilometer.

Parahnya lagi, sepanjang jalan di tengah hutan pinus hingga perkampungan itu tidak ada signal telepon seluler (ponsel), sehingga akses komunikasi pun terputus. “Kalau ada laporan dan rapat mendadak saya sering kerepotan, karena tidak ada signal,” ujar Kepala Sekolah SDN 3 Temuguruh, Suhartono.

Kesulitan dalam komunikasi, bukan hal baru bagi warga di Dusun Purwodadi terutama di Blok jaengan dan Plongan. Apalagi, bagi kepala sekolah dan dewan guru yang mengajar di SDN 3 Temuguruh. Meski mempunyai ponsel, tapi tidak bisa dimanfaatkan. ]

“Kalau bawa ponsel percuma di sini,” terangnya. Dengan medan dan akses komunikasi yang sulit, tentu tidak semua orang mau menjadi guru di SDN 3 Temugruh. Dari enam guru dan satu kepala sekolah yang ada di sekolah itu, semua laki-laki yang sudah berumur.

“Dulu pernah ada guru sukwan perempuan tapi berhenti karena tidak kuat,” jelasnya. Mengeni siswa yang naik mobil angkutan pedesaan (angkudes) hingga duduk di atas kap mobil dan bergelantungan, sekolah sudah tahu. Malahan, pihak sekolalr berterima kasih kepada pemilik Isuzu Panther itu.

“Dulu siswa sering tidak masuk karena kelelahan,” terangnya. Parahnya lagi, kalau turun hujan, dari 124 siswa yang ada di sekolah itu, yang masuk hanya separo. Yang lain, tidak masuk karena jalan licin dari membahanyakan.

“Kalau hujan deras, anak-anak pasti tidak masuk sekolah,” ungkapnya. Bagi siswa yang masuk sekoiah, kondisinya sangat memoprihatinkan. Seragam sekolah sudah tidak karuan karena penuh lumpur. “Kami memaklumi, karena kondisinya memang demikian, jadi hampir dua minggu sekali ganti sepatu,” tandasnya.

Setelah ada angkudes milik Misnadi, para guru dan wali murid merasa terbantu. Meski di antara siswa harus naik diatas kap dan bergelantungan. “Saya tahu itu bahaya, tapi saya tetap berupaya agar berangkat dan pulang selamat,” ujar Misnadi, sopir angkutan.

Misnadi sadar keselamatan penumpang sangat penting. Bila turun hujan, tidak jarang dia survei jalan sebelum menjemput para siswa. “Kalau ada halangan, saya atasi dulu, baru menjemput anak- anak,” terangnya.

Bagi Misnadi banyak kenangan selama menjadi sopir angkudes. Apalagi, saat turun hujan dan ban mobilnya terperosok ke kubangan. “Anak-anak itu langsung turun dan mendorong mobil, pakaian mereka ya kotor semua, ungkapnya.

Mobilnya yang butut itu juga pernah mogok saat akan nrengantar sekolah. Karena tidak bisa diperbaiki, para siswa itu terpaksa melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan jalan kaki. “Anak-anak ke sekolah jalan kaki.” katanya. (radar)