Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Berat Badan 116 Kg, Ampun kalau Diminta Lari

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

pAiptu Iskandar, 56, termasuk anggota Polres Banyuwangi yang cukup populer. Sebab, dia termasuk anggota polisi yang tubuhnya paling “berbobot”. Selain itu, warga Desa Kalirejo, Kecamatan Kabat, itu juga sebagai negosiator andal.

SEPINTAS raut wajahnya tampak seram dan angker. Bila tidak kenal dia, orang akan mengira anggota polisi kelahiran Semarang 17 Juli 1957 itu galak dan kejam. Tetapi, ke san itu akan sirna bila kita sudah mengenalnya atau berkomunikasi dengannya. Gaya bicaranya blak-blakan, dan sesekali suka ngomong saru. Itu salah satu ciri suami Suriyati Tanoko itu. Anggota Satuan Sabhara itu termasuk doyan ngomong hingga ber jam-jam.

“Kalau tidak ada Pak Kandar (Iskandar), polres  ini terasa sepi,” cetus beberapa anggota polres sambil melirik Aiptu Iskandar. Setiap langkah yang diayunkan pria yang biasa di sapa Syech itu selalu menjadi perhatian war ga di sekitarnya. Maklum, pria ber tubuh subur itu termasuk lucu saat berjalan. “Adanya ya kayak gini, mau apa lagi,” kata Aiptu Iskandar kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin.

Iskandar sadar tubuhnya yang ter masuk overweight ini sering men jadi perhatian. Apalagi, saat ini beratnya sudah mencapai 116 kilo gram (Kg). “Meski berat satu kuintal lebih, saya ini sehat dan tidak punya satu penyakit apa pun,” selorohnya sambil terbahak. Berat badan yang tergolong obesitas itu sebenarnya baru beberapa tahun terakhir terjadi. Saat pertama menjadi anggota polisi pada 1976, berat badannya hanya sekitar 55  Kg. “Dulu saya kecil dan ganteng se kali,” katanya sambil berkelakar.

Tubuhnya yang besar ini mulai ter asa 2008 lalu. Saat itu, dirinya baru sembuh dari sakit yang cukup lama. Dua tahun kemudian, istri pertamanya meninggal dunia. “Setelah sakit dan istri pertama meninggal, tubuhnya terus membesar hingga seperti ini,” jelasnya. Sebagai anggota polisi, tubuh yang besar ini sebenarnya cukup mengganggu. Olahraga yang menjadi kewajiban para anggota polisi dalam menjaga performa tubuh hanya bisa dijalani yang ringan-ringan saja, seperti senam dan jalan-jalan .

“Kalau disuruh lari, saya ampun deh!” cetusnya. Iskandar mengakui, memiliki tubuh gemuk sebetulnya tidak enak. Selain tidak bisa lari, baju dan celana di toko tidak ada yang cukup. Jadi, terpaksa harus menjahitkan sendiri. Bahkan, ikat pinggang ha nya tersedia di salah satu toko di Desa Jajag, Kecamatan Gambiran. “Kalau beli ikat pinggang, harus ke Jajag,” sebutnya. Meski memiliki tubuh yang tidak lazim bagi anggota kepolisian, tapi Aiptu Iskandar ter golong masih cukup lincah.

Setiap ada aksi demonstrasi di Kota Gandrung, pria parobaya itu selalu tampil menjadi negosiator. Tidak jarang sampai naik ke mobil untuk menyampaikan imbauan. “Jadi negosiator ini sejak 2004 lalu,” katanya. Sebagai negosiator, Iskandar juga sering terjun ke lapangan untuk menemui para pen demo. Pria ini biasanya bertugas merayupara pendemo agar mau dialog dengan orang yang dituntut. “Saya hanya ingin membantu agar tujuan demo cepat tercapai dan segera bubar,” sebutnya. (radar)

Kata kunci yang digunakan :