Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Hukum  

Berharap Sopir Truk Baca Koran, lalu Sadar

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

berharapKecelakaan maut yang terjadi di tikungan Sasak Bomo, Desa Mangir, Kecamatan Rogojampi, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban. Dua di antara tiga korban meninggal dunia itu merupakan ibu dan anak, yaitu Samini dan Arliyani. rasa duka atas meninggalnya dua perempuan yang notabene ibu dan anak tersebut bukan hanya dira sakan para keluarga korban. Para te tangga juga merasakan kesedihan mendalam.

Setidaknya hal itu terlihat se ki tar pukul 09.00 pagi kemarin (23/7). Pagi itu, Jawa Pos Radar Ba nyuwangi berkunjung ke rumah duka di Dusun Bulusari, Desa Jajag, Ke camatan Gambiran. Beberapa te tangga yang kami temui ternyata agak keberatan jika kami langsung me nemui keluarga korban di rumah duka. Sebab, meski jenazah kedua korban sudah dimakamkan Senin sore (22/07) di pemakaman umum desa se tempat, tapi duka masih sangat di rasakan keluarga besar korban.

Bahkan, tiga saudara kandung Sa mini yang semua perempuan ma sih sangat shock atas kejadian ter sebut. Mereka seakan tak percaya atas kejadian yang menimpa keluarganya itu. Satu-satunya keluarga yang masih bisa diajak bicara meski dalam suasana duka adalah adik kandung Sa mini yang bernama Sumiati, 43. Itu pun Sumiati hanya mau ditemui di rumahnya sendiri alias tidak berkenan ditemui di rumah duka.

Rumah Sumiati memang tak jauh dari tempat tinggal Samini, yaitu sekitar 200 meter arah utara Awal menemui wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi, Sumiati berusaha tenang meski masih dalam suasana duka. Dia me nuturkan, kecelakaan lalu lintas yang ak hirnya merenggut nyawa kakak dan ke ponakannya tersebut sungguh di luar du gaan keluarga. Apalagi, beberapa hari belakangan dia tak merasakan firasat apa pun. “Kami baru tau musibah ini dari polisi,” tutur perempuan tersebut.

Dia menuturkan, pagi sekitar pukul 10.00 (22/07), tepatnya usai berjualan tahu ke liling di sekitar Jajag, Samini berpamitan per gi ke Banyuwangi bersama Arliyani. Saat itu, Samini akan berkonsultasi ke Banyuwangi mengenai benjolan di kepalanya. Sebab, beberapa waktu lalu saudaranya yang di Banyuwangi sempat berobat ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya. “Nah, dia mau tanya ke saudaranya di Banyuwangi itu bagaimana caranya mendapat rujukan agar bisa berobat ke Surabaya. Nggak tahunnya justru kecelakaan di jalan,” ujarnya.

Sumiati menuturkan, selama ini Arliyani atau yang biasa dipanggil Lia itu pernah be kerja di salah satu rumah sakit di Keca matan Gambiran. Arliyani bertugas di ba gian gizi di rumah sakit tersebut. Namun, beberapa bulan lalu dia me mutus kan berhenti. Arliyani memutuskan ikut be kerja di warung makan milik pamannya di Banyuwangi. Dia pulang ke rumah ibunya setiap pekan. Sehari-hari, Lia yang juga alumnus tata boga di SMK Sritanjung, Banyuwangi, itu dikenal sebagai anak yang pendiam sekaligus rajin beribadah.

“Saat kecelakaan dan meninggal dunia, dia dalam kondisi berpuasa,” tuturnya. Sementara itu, sang ibu bersama suaminya, Sukaji, dikenal sebagai pemilik home industry tahu. “Mereka anaknya dua. Anak pertama Andi Susanto, dan yang nomor dua Arliyani,” sebutnya. Kini setelah kakak dan keponakannya me ninggal dunia, Sumiati berharap sopir dump truk yang menabrak dan melarikan diri itu ditemukan atau menyerahkan diri kepada pihak berwajib. “Semoga dengan dimuat di koran Jawa Pos Radar Banyuwangi, orangnya membaca dan sadar, kemudian menyerahkan diri ke pihak ber wajib,” harapnya. (radar)