Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bos Arisan Miliran Rupiah Mendadak Menghilang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANGOREJO, Jawa Pos Radar Genteng – Ratusan peserta arisan indeks daring yang dikelola Maya Novita Dewi, 29, asal Desa Wringinagung, Kecamatan Gambiran, geger Senin (6/3). Mereka khawatir uangnya tidak bisa kembali karena bos arisan itu mendadak menghilang.

Maya bersama suami dan anaknya yang masih kelas IV SD, sejak Jumat (3/3) tidak ada di rumah. Di rumahnya yang ada di Dusun Curahpecak, Desa/Kecamatan Purwoharjo, juga tidak ada. Para tetangga mengaku tidak tahu keberadaan keluarga muda itu. “Dihubungi tidak bisa,” cetus Atik Setyaningsih, 31, asal Dusun Gunungsari, Desa/Kecamatan Bangorejo.

Atik ikut arisan indeks daring bersama ibu kandungnya Nanik Purwati, 48. Keduanya mengaku sudah cukup lama mengikuti arisan indeks tersebut. “Saya ikut arisan online sejak lima tahun lalu, kalau ibu baru dua tahun ini,” ungkap Atik.

Atik menyampaikan selama ini arisan indeks ini tidak pernah bermasalah. Maya juga selalu mudah dihubungi. Uang yang disetorkan selalu cair tepat waktu. “Dari dulu cair tepat waktu dan sesuai yang dijanjikan,” cetusnya.

Arisan indeks secara daring ini, terang dia, sudah ada sejak 2016. Maya selaku bos arisan temannya semasa SMA, dan ini yang membuatnya percaya dengan arisan yang ditawarkan. “Saya mulai bergabung pada 2018,” ungkapnya.

Uang hasilnya bekerja setiap bulan, jelas dia, disetorkan kepada Maya. Nominalnya sekitar Rp 450 ribu dan bisa diambil setelah 15 bulan. “Saat cair untung hampir 50 persen dari jumlah total setoran selama 15 bulan,” tuturnya.

Dari setoran bulanan arisan indeks itu, Atik mengaku sudah pernah mencairkan dengan nominal sebesar Rp 10 juta. Karena dianggap amanah, ia ajak ibunya untuk ikut arisan ini. “Saya selalu lancar,” ungkapnya.

Atik mengaku resah saat Sabtu (4/3), teman sekolahnya itu tidak bisa dihubungi. Maya menonaktifkan nomor WhatsApp (WA) yang biasa digunakan untuk transaksi di arisan. “Nomornya tiba-tiba tidak bisa dihubungi,” katanya.

Ditambahkan oleh Nanik, sistem arisan yang dikelola Maya itu anggota menyetorkan uang dengan nominal dan jangka waktu yang disepakati. Setelah itu, peserta arisan ditempatkan pada grup-grup WA. “Satu grup biasanya ada 10 hingga 15 orang,” terangnya.

Urutan teratas di grup itu Maya, atau orang yang menyetorkan dana paling banyak. Semakin ke bawah, diisi peserta yang  menyetorkan uang sedikit. “Ada urutannya dari yang paling banyak hingga yang paling sedikit (setorannya),” katanya.

Nanik menyebut ada ancaman bagi peserta yang tidak membayar setoran tepat waktu. Bila anggota grup WA belum setor, akan diviralkan di media sosial milik Maya. “Kalau ada yang telah bayar, bisa diviralkan sama yang punya,” ujarnya.

Setelah Maya tidak bisa dihubungi sejak Sabtu (4/3), para peserta arisan panik. Mereka khawatir, uang yang mereka setorkan tidak akan kembali. Apalagi, jumlah uang setoran itu bervariasi mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. “Setoran mulai Rp 450 ribu sampai Rp 80 juta per orang, total ada sekitar Rp 1,5 miliar,” katanya.

Jumlah uang sampai Rp 1,5 miliar itu, jelas dia, didapatkan dari WA Grup peserta arisan yang merasa tertipu. Totalnya, ada 132 orang dan berpotensi bertambah. Kini, mereka masih mempertanyakan kejelasan uang yang disetorkan. “Masih kami cari kejelasan uang yang sudah disetorkan. Seharusnya pencairan Minggu (12/3), tapi yang punya arisan menghilang,” cetusnya.(gas/abi)

source