Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

BWI Tertinggi Penyandang Difabel

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

banyuwangiBANYUWANGI – Ratusan penyandang tunanetra yang tergabung dalam Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Banyuwangi turun ke jalanan pusat Kota Gandrung pagi kemarin (1/2). Bukan untuk berdemonstrasi, kegiatan bertajuk “Rally Tongkat Putih” itu mereka lakukan untuk menyosialisasikan tongkat putih sebagai salah satu sarana beraktivitas bagi penderita tunanetra.

Selain itu, para penyandang tunanetra asal seantero Bumi Blambangan, tersebut ingin membelalakkan mata masyarakat bahwa para tunanetra mampu beraktivitas bahkan mampu berprestasi. Sesuai tema, perjalanan sejauh sekitar dua kilometer (km), itu mereka tempuh dengan bantuan tongkat putih berbahan alumunium yang dilengkapi refl ektor.

Refl ektor tersebut berfungsi memantulkan cahaya, sehingga mempermudah pengguna jalan mendeteksi keberadaan tunanetra yang tengah menyeberang jalan. Namun sayang, karena keterbatasan ekonomi, tidak semua penyandang tunanetra di Banyuwangi memiliki tongkat putih tersebut. Padahal, harga tongkat standar yang telah diatur dalam Undang-Undang (UU) Lalu-lintas, itu hanya sekitar Rp 50 ribu per unit.

Sementara itu, Rally Tongkat Putih kali ini dimulai di depan kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pertambangan (Disperindagtam), jalan A Yani, Banyuwangi, sekitar 200 tunanetra didampingi 50 petugas pendamping serta dikawal personel Satuan Lalu-lintas (Satlantas) Polres Banyuwangi menggelar long march menuju arah Simpang Lima.

Selanjutnya, rombongan berbelok ke kiri melalui jalan Jagung Suprapto, dan finish di depan kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Banyuwangi. Dari kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi, rombongan melanjutkan perjalanan menuju kantor Yayasan Kesejahteraan Pendidikan Tuna Indra (YKPTI), jalan HOS Cokroaminoto, Banyuwangi dengan menumpang dua unit kereta kelinci.

Ketua panitia, Atfal Fadoli mengatakan, kegiatan pagi kemarin digelar dalam rangka memperingati hari tongkat putih sedunia yang jatuh setiap tanggal 15 Oktober dan hari Disabilitas yang diperingati setiap 4 Januari. “Tujuan kegiatan kali ini adalah menyosialisasikan tongkat putih sebagai sarana mobilitas tunanetra sekaligus memasyarakatkan keberadaan tunanetra di Banyuwangi. Tujuan lain, kami ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa tunanetra mampu beraktivitas dan berprestasi,” ujarnya.

Menurut Atfal, di antara seluruh provinsi di Indonesia, Jatim menduduki peringkat teratas penderita tunanetra. Di tingkat kabupaten/kota se-Jatim, Banyuwangi menempati posisi teratas penyandang tunanetra. “Tunanetra yang sudah terdata di kami mencapai 250-an orang. Namun ini merupakan fenomena gunung es, di seantero Banyuwangi masih banyak penderita tunanetra lain yang belum terdata,” kata dia.

Atfal tidak menampik bahwa tidak semua tunanetra di Banyuwangi telah memahami fungsi tongkat putih. Selain itu, dari seluruh tunanetra di Banyuwangi ternyata baru sebagian kecil yang memiliki tongkat putih tersebut. “UU Lalu-lintas sudah mengatur tunanetra harus menggunakan tongkat putih. Kami berharap ada campur tangan pemerintah supaya seluruh tunanetra di Banyuwangi memiliki tongkat putih tersebut,” harapnya. (radar)