Untuk menjaga keamanan, nelayan yang tetap melaut itu mengurangi waktu bekerja. Dan itu, berdampak pada hasil tangkapannya.
“Saya masih melaut, hanya saja waktunya dikurangi. Kalau tidak melaut ya tidak dapat ikan,” cetus Kateni, 58, nelayan Pantai Lampon, Desa/Kecamatan Pesanggaran.
Kateni menyebut biasanya melaut itu dimulai sekitar pukul 03.00 dan pulang sekitar pukul 12.00. Tapi karena ombak yang tinggi, pulang dipercepat atau sekitar pukul 09.00. Jika cuaca normal, biasanya sekali bekerja itu mendapat ikan teri nasi sebanyak 35 kilogram. “Sekarang hanya dapat 15 kilogram,” ujarnya.
Hal sama juga diungkapkan Margono, 47. Nelayan Lampon ini mengatakan cuaca buruk dengan ombak besar dan angin kencang ini berpengaruh pada ikan hasil tangkapan. Para nelayan yang nekat bekerja, tidak bisa fokus mencari ikan seperti saat cuaca normal. “Sangat berkurang drastis, faktornya ombak dan waktu bekerja,” ucapnya.
Ombak tinggi disertai angin kencang, jelas dia, sudah dirasakan sejak tiga hari yang lalu. Nelayan yang tidak melaut, terpaksa hanya bisa membenahi perahu dan jaringnya. “Sebagian besar nelayan tidak mau ambil risiko, mereka memilih tidak melaut,” katanya.
Ombak tinggi itu, lanjut dia, faktor alam yang sulit untuk dikendalikan. Para nelayan kini hanya bisa pasrah menunggu cuaca kembali bersahabat. “Mungkin dua minggu lagi cuaca akan mereda. Kita kalau tidak melaut mau makan apa,” cetusnya.