ROGOJAMPI – Cuaca ekstrem masih terjadi di sejumlah pesisir pantai di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Angin besar dan ombak tinggi cukup mengganggu pengunjung Pantai Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, kemarin (28/7). Para nelayan di pusat kuliner itu kini juga tidak ada yang berani melaut.
“Ombaknya cukup besar. Itu sangat berbahaya bila nekat me laut mencari ikan,” cetus Fathurrahman, 34, salah seorang nelayan Desa Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi. Para nelayan yang tidak melaut itu, terang dia, memarkir semua perahunya di pantai. Bahkan, sejumlah nelayan mengangkat perahunya sampai darat.
“Jika tidak diparkir di daratan, perahu bisa terseret ombak dan rusak,” katanya. Ombak yang tinggi itu ternyata juga berpengaruh terhadap pengunjung Pantai Blimbingsari yang terkenal dengan kuliner ikan bakarnya. Warga yang biasanya banyak bermain di pantai beberapa hari ini tidak terlihat.
“Pengunjung menurun. Pemilik warung juga kerepotan stok ikan menipis,” jelasnya. Gara-gara sepi pengunjung, jelas dia, penghasilan sejumlah pedagang ikan bakar di Pantai Blimbingsari merosot dibanding hari biasa.
“Penjualan ikan bakar lesu, karena cuaca kurang bersahabat. Banyak pengunjung yang datang langsung pergi setelah melihat ombak tinggi,” ungkap Siti, 52, salah seorang pedagang ikan bakar. Jika cuaca normal, Siti mengaku bisa menjual ikan bakar hingga 30 kilogram. Tetapi, karena pengunjung sepi, dalam sehari ikan bakarnya hanya laku 10 kilogram.
“Pasang-surut sudah biasa. Suatu hari juga akan ramai lagi,” katanya. Sementara itu, hujan lebat diprediksi akan terus terjadi di wilayah Banyuwangi beberapa hari mendatang. Hampir setiap hari, baik pagi, siang, maupun sore, bahkan malam, hujan diprediksi akan tetap mengguyur berbagai wilayah di Banyuwangi.
Berdasar data prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu udara di Banyuwangi hari ini diprediksi berada pada angka 24-30° Celsius. Tentu dengan suhu maksimum yang hanya mencapai 30° Celsius itu berarti suhu udara di Banyuwangi lebih dingin dibanding biasa. Sebab, normalnya suhu maksimum di Banyuwangi bisa mencapai 31-32° Celsius.
Prakirawan BMKG Banyuwangi, Yustoto Windiarto, mengatakan sejatinya saat ini wilayah Banyuwangi masih memasuki musim kemarau. Namun, karena ada fenomena La Lina, pertumbuhan awan di wilayah Banyuwangi masih cukup tinggi. Tingginya tingkat pembentukan awan di langit itu memicu timbulnya hujan di wilayah Bumi Blambangan.
”Fenomena La Nina adalah aliran uap air dari Samudera Pa sifik menuju wilayah Indonesia,” kata Yustoto. Selain itu, masih hangatnya wilayah perairan di Jawa Timur (Jatim) juga memicu penguapan yang bisa menimbulkan awan hujan.
Pihaknya memprediksi kondisi seperti itu terus berlangsung sampai beberapa bulan ke depan. Artinya, jika suhu muka laut di Jatim masih hangat dan fenomena La Lina masih terjadi, hujan akan terus berlangsung.
”Musim kemarau tahun ini tidak terlalu dirasakan masyarakat Banyuwangi. Hujan masih akan terjadi sampai beberapa bulan ke depan,“ tandasnya. Mengenai waktu hujan yang terjadi di Banyuwangi, menurut Yustoto, tidak bisa sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Hujan bisa saja terjadi pada pagi, siang, dan sore, bahkan saat malam hari. Intensitas hujan juga bervariasi. Hal itu tergantung pertumbuhan awan di suatu daerah yang diguyur hujan.
”Intensitas hujan ringan, sedang, sampai lebat tidak merata, masih berpotensi terjadi,” jelasnya. Dengan masih tingginya curah hujan di Banyuwangi, BMKG mengimbau masyarakat pesisir mewaspadai gelombang laut. Di Laut Selatan tinggi gelombang mencapai dua meter. (radar)