BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi kembali menyiapkan terobosan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah berjuluk The Sunrise of Java ini. Sejalan dengan konsep ekowisata yang digalakkan sejak beberapa tahun terakhir, kini pemkab tengah intens menyiapkan sarana kereta gantung (cable car) di Kawasan Wisata Alam Gunung Kawah Ijen.
Informasi yang berhasil dihimpun Jawa Pos Radar Banyu wangi, panjang lin tasan cable car di kawasan Gunung Ijen tersebut mencapai 2,3 kilo meter (km). Rute itu menghubungkan Pos Pal tuding dengan puncak kawah gunung setinggi 2.443 meter dari permukaan laut tersebut.
Rute kereta gantung itu terbagi dua sesi, yakni dari Pos Paltuding ke Pos Bunder sepanjang 1,8 km dan dari Pos Bunder menuju kawah sepanjang 500 meter. Proyek ini diperkirakan akan memakan biaya Rp 200 miliar. Pembangunan cable car alias skytrain tersebut sangat bergantung dengan kurs euro.
Dengan adanya cable car, pengunjung memiliki alternatif lain menuju kawah Ijen. Bisa melalui jalur tracking atau naik kereta gantung alias gondola. Akses melihat blue fire pun semakin mudah dan nyaman. Rencananya, pembangunan kereta gantung tersebut akan mulai direalisasikan pada tahun 2017.
Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan, keberadaan cable car di Gunung Kawah Ijen tersebut sejalan dengan Nawacita Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia. “Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, salah satunya dilakukan dengan meningkatkan wisata alam.
Wisata alam ini tidak bisa dinikmati semua orang. Contohnya orang yang sudah tua tidak bisa naik ke Ijen. Maka perlu dibangun cable car. Tetapi, cable car ini harus ramah lingkungan,” ujarnya kemarin (25/10). Anas mengaku saat ini telah ada tim khusus di bawah Kementerian Lingkungan Hidup (LHK) yang membahas khusus tentang pengembangan Ijen dari berbagai pihak.
Anas menegaskan status Gunung Ijen tidak diturunkan. Pengembangan kawasan tersebut tetap akan mengedepankan konservasi. Dengan mengedepankan konsep ecotourism, pengembangan pariwisata di KWA Gunung Ijen dilakukan dengan mengedepankan kelestarian lingkungan dan harmoni dengan masyarakat.
“TWA Ijen akan tetap jadi satu kesatuan ekosistem, di mana kelestarian alam menjadi tumpuan utamanya, dan pariwisata menjadi pengem bangannya. Masyarakat di sana pun akan berkembang sesuai konsep konservasi,” kata dia.
Menurut Anas, pembangunan kereta gantung hanya membutuhkan titik-titik tertentu untuk tiang pancang. Meski demikian, hal itu tetap melalui proses perizinan di pusat. “Intinya pusat mendorong. Buktinya ada tim khusus untuk percepatan. Tetapi, daerah juga harus merespons cepat,” cetusnya.
Maka, sembari menunggu perizinan cable car berproses, imbuh Anas, pihaknya menggagas dan menjajaki penerbangan langsung (direct flight) Jakarta-Banyuwangi. Penjajakan itu dilakukan dengan pihak Sriwijaya Air. “Ternyata gayung bersambut. Target saya Maret 2017 beroperasi. Tetapi CEO Sriwijaya siap mulai akhir November kalau izinnya sudah turun. Artinya, respons dunia usaha sangat cepat,” akunya.
Sementara itu, tahap pembangunan cable car di TWA Kawah Ijen telah dimulai oleh calon investor sejak 2014 lalu. Tahap pertama dilakukan dengan ground survey awal. Ground survey awal tersebut dilakukan hingga tahun 2016. Calon investor juga melakukan studi banding ke negara-negara pengguna cable car terbanyak di dunia.
Studi banding dilakukan pada periode 2015 hingga 2016. Selain itu, calon investor juga melakukan ground survey teknis dengan melibatkan konsultan asal Swiss. Bukan itu saja, pihak calon investor juga melakukan penjajakan pengadaan peralatan dan pembiayaan pada tahun ini.
Hal itu terungkap dalam forum Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata TWA Ijen 13 Oktober lalu. Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata Ijen melakukan rapat bersama unsur Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (PJLHK); Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK); Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA); Taman Wisata Alam (TWA) Ijen, dan Pemkab Banyuwangi.
Hasilnya, mereka satu suara mempercepat proses penyelesaian perubahan fungsi sebagian kawasan cagar alam (CA) di kawasan Gunung Ijen menjadi Taman Wisata Alam (TWA). Perubahan fungsi itu harus dilakukan. Sebab, sebagian rute yang akan dilalui cable car tersebut berada di kawasan CA.
Perubahan fungsi itu hanya diperlukan di titik-titik yang akan dimanfaatkan untuk menara penyangga kabel sky train tersebut. Hanya butuh luas enam meter persegi untuk satu tower. Jumlah tower yang berada di kawasan CA sebanyak kurang lebih delapan unit.
Berdasar FGD tersebut, langkah-langkah tindak lanjut untuk perubahan luasan CA dan TWA tersebut terus dilakukan. Pihak investor melakukan pertemuan dengan BBKSDA dan PJLHK dalam rangka persiapan perusahan fungsi sebagian kawasan CA menjadi TWA pada pekan ketiga Oktober.
Selanjutnya, calon investor bakal melakukan pertemuan dengan Pemkab Bondowoso, BBKSDA untuk menyusun rekomendasi perubahan fungsi sebagian kawasan CA menjadi TWA melalui skema perubahan parsial pada pekan keempat bulan ini.
Selanjutnya, akan dilakukan sejumlah tahap lanjutan. Mulai mengajukan rekomendasi perubahan fungsi sebagian kawasan CA menjadi TWA kepada Gubernur Jatim. Apabila itu terealisasi, langkah selanjutnya dilakukan pengajuan usul Gubernur Jatim kepada menteri LHK tentang perubahan fungsi sebagian kawasan CA menjadi TWA. Jika seluruh proses berjalan mulus, SK menteri LHK tentang perubahan luasan CA dan TWA Kawah Ijen diprediksi terbit pada pekan keempat Desember tahun ini. (radar)