Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Dari 6.300 Pendaftar yang Lolos 140 Orang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Pepri memegang senjata SS2V5 otomatis di sektor North El Fasher, Sudan.

RUMAH berdinding tembok di ujung lorong kawasan Perumahan Pesat Gatra Blok M nomor 19, Kelurahan Kebalenan, Banyuwangi itu terlihat lengang siang itu. Seorang pria berumur 30 tahun terlihat santai sembari duduk di kursi kayu.

Pria tersebut adalah Tri Pepri Alfiyan yang sehari-harinya sebagai anggota Intelkam Polres Banyuwangi. Wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RaBa) bersyukur bisa menemui Pepri, panggilan akrabnya.

Sudah hampir sepekan ini, polisi kelahiran Desa Lukjag, Rogojampi itu berada di Banyuwangi. Bapak dua anak itu pulang dalam rangka cuti sepuluh hari dari tugasnya sebagai anggota Satgas Garuda Bhayangkara (Garbha)  II Fored Police Unit (FPU) Indonesia IX di Sudan.

“Saya dapat cuti sepuluh hari. Tanggal 10 Juni besok harus meninggalkan Banyuwangi untuk kembali ke EI Fasher, Darfur, Sudan,” ujar Pepri mengawali perbincangan dengan JP-RaBa. Polres Banyuwangi patut berbangga memiliki personel yang tergabung dalam pasukan United Nations African Union Hybrid Mission In Darfur (Unamid).

Untuk bergabung bersama dengan pasukan PBB tersebut juga bukan hal mudah. Seleksinya sungguh ketat. Dari 6.300 pendaftar dari seluruh lndonesia, yang lolos hanya 140 orang. Anggota FPU ini memiliki ketrampilan khusus kepolisian, seperti dalam pengendalian massa, menggunakan persenjataan dengan dibekali teknik dan taktik pertempuran kota, pembebasan sandera, serta mampu mengatasi gangguan keamanan bersenjata dalam tingkat intensitas risiko yang tinggi.

“Personel FPU mampu bergerak dengan cepat di dalam lingkup area penugasan misi perdamaian PBB,” ujar Pepri. Sekadar diketahui, konflik di Darfur meletus tahun 2003. Konflik ini mengakibatkan jutaan manusia terpaksa mengungsi di IDP (Internally Displaced Persons) camps.

Ratusan ribu orang  terbunuh akibat konflik berkepanjangan yang melibatkan faksi-faksi pemberontak yang melawan pemerintah Sudan. Pemerintah Sudan sendiri menggunakan milisi bayaran dari suku keturunan Arab yang dikenal sebagai “Janjaweed” untuk menghadapi pemberontak yang berasal dari suku asli afrika.

Sesuai kriteria yang diinginkan, personel yang tergabung dalam FPU harus memiliki keterampilan khusus kepolisian. Kriteria itu  dipenuhi oleh Pepri. Setelah mengikuti rangkaian tes, Pepri akhirnya lolos. “Saat itu pendaftarannya via online,” ujarnya.

Pria bertubuh kekar, berperawakan dempal itu harus rela bolak-balik Banyuwangi-Jakarta hanya untuk ikut serta dalam pendaftaran. Saat itu, pendaftarannya di bulan Desember 2015  dan masuk menjalani tes pada bulan Maret 2016 di Mabes Polri.

“Saat itu jumlah pendaftarnya mencapai sekitar 6300 an anggota Polri seluruh Indonesia dan yang dipilih hanya 140 orang personel,” jelas putra ketiga dari tiga bersaudara itu. Semangat justru semakin menggelora dan tertantang manakala mendapat serangkain tes, mulai dari tes kesehatan jasmani dan rohani, tes psikologi, akademik, menembak, driver, dan sejumlah tes lainnya.

Seluruh tahapan tes itu berhasil dilalui dengan lancar hingga dia lolos seleksi dan  dikirim ke Sudan. Seleksi yang dilakukan tim Mabes Polri memang bukan main-main. Selain serangkaian tes tersebut, para personel dituntut menguasai Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.

“Dari Jawa Timur yang lolos seleksi hanya enam orang,” ungkapnya. Enam personel dari Pola Jatim yang lolos seleksi itu dari Brimob Medaeng, Brimob Malang, anggota Polres Mojokerto dan Sekolah Polisi negara (SPN) Mojokerto.

Setelah lolos seleksi, pada akhir Desember 2016 lalu, Pepri ber sama 140 rekannya resmi bertugas  dan diberangkatan ke daerah El Fasher, Darfur, Sudan. Salah satu hal yang paling mengesankan selama bertugas di Sudan adalah mendapatkan penghargaan langsung dari Duta Besar Indonesia untuk Sudan.

Selain bertugas di daerah gurun pasir, Pepri juga ikut mempromosikan budaya Indonesia. Dia berpartisipasi dalam acara Indonesian Cultural Night 2017 yang dilaksanakan di Khartoum, Ibu kota Republik Sudan pada 13-14 April 2017.

Indonesian Cultural Night adalah sebuah pertunjukan seni tari di Khartoum. Penampilan Pepri bersama anggota Polri lainnya mampu menghibur dan memukau. Saat itu, dia bersama personel lainnya menampilkan tarian reog Ponorogo dan tari Mambri dari Papua.

“Kebetulan saat masih pra operasi, saya dan teman-temann sempat dilatih menari,” kenangnya. Tidak sekadar mahir menampilkan tarian Indonesia, Pepri ternyata mampu menirukan tarian khas dari negara Mesir.

Karena keberhasilannya menari, pasukan Garbha II FPU IX diundang khusus ke camp pasukan dari negara Mesir dan Nepal untuk unjuk kebolehan menari. “Kami belajar menari dari rekaman-rekaman,” ujar Pepri.

Hingga kini, Pasukan Garuda Bhayangkara II Formed Police Unit (FPU) IX dari Indonesia masih menjadi pasukan yang disegani. Sejauh ini, personel dari Indonesia terkenal sebagai pasukan yang ramah, dan mampu berkomunikasi dengan baik.

Bagi Pepri bertugas ke Sudan yang membawa misi kemanusiaan dan perdamaian adalah sebuah kebanggaan dan pengalaman yang tak terlupakan. “Saya pulang ke Banyuwangi karena cuti. Dalam perjalanan pulang cuti, saya sempatkan umrah. Misi perdamaian ini akan berakhir bulan Februari 2018 mendatang. Mohon  doanya,” tandas alumni SMKN I Glagah tersebut. (radar)