Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Dari Tiga Karyawan, Kini Digarap Sepuluh Orang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

radioSelain Suara Rengganis (dulu bernama RKPD), Pemkab Situbondo juga memiliki radio bernama Suara Situbondo (SS). Radio yang berada di frekuensi 97 FM itu sempat dikabarkan akan ditutup. Bagaimana nasibnya kini? RADIO SS didirikan pada 2005. Sta siun radio yang berada di Desa Sumberkolak, Kecamatan Pa narukan, Situbondo, itu sempat diproyeksikan menjadi salah satu ba dan usaha milik daerah (BUMD) yang diharapkan bisa menyuplai pen dapatan asli daerah (PAD) Situbondo.

Selain itu, Radio SS yang penya jiannya dikemas tak ubahnya radio-radio swasta itu diharapkan mam pu menjadi corong Pemkab Situ bondo dalam menyosialisasikan se mua kebijakan. Kehadirannya di harapkan mampu mengimbangi atau menetralisasi “gempuran” me dia lain. Radio yang didirikan di masa pe merintahan Bupati Ismunarso itu sempat menjadi radio favorit ma syarakat Situbondo. Lewat slogan nya, News, Sport, and Enter tainment, Radio SS mampu menggaet para pendengar terutama kalangan muda. Namun, itu tak lama.

Pada 2010, sejumlah masalah internal da tang membelit. Salah satunya adalah masalah pin jaman modal dari Pemkab Situbondo sebesar Rp 385 juta Mu lanya uang itu akan dikembalikan da lam waktu dua tahun: pokok plus bunga. Sekarang utang itu sudah mendekati angka Rp 400 juta. Pemkab melalui Dinas Pe ngelolaan Keuangan Daerah (DPKD) te rus melakukan penagihan,” terang sum ber yang mewantiwanti namanya dira ha siakan.

Puncak masalah terjadi pada 1 Novem ber 2011, yakni ketika manajemen me mutuskan merampingkan karyawan untuk mengurangi beban operasional yang ter lalu besar. Sedikitnya delapan karyawan harus dirumahkan. Yang tersisa hanya tiga karyawan. Kini, studio Radio SS di Jalan Tembus Lama, Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, tampak aktivitas sebagaimana biasa. Saat berkunjung ke sana, koran ini di temui Yessi Yuli Agustin yang menjabat sebagai marketing. Dia mengaku tak terlalu tahu tentang masa lalu Radio SS.

“Kalau ber tanya tentang latar belakang SS, saya tidak cukup tahu,” terangnya. Yessi mengaku berkonsentrasi mengembangkan Radio SS daripada memikirkan se jumlah masalah yang membelit. Dia mengaku bangga karena dirinya tidak hanya mampu mempertahankan Radio SS, tapi juga mampu mengembangkan. Karyawan yang semula tiga orang kini sudah menjadi sepuluh orang. Kata dia, dirinya tidak punya niat keluar dari Radio SS. Istri Irwan Yulianto itu mengaku tertantang mengembangkan dan mengelola Radio SS menjadi lebih baik. “Radio SS sebenarnya menjadi korban, po tensinya tetap besar. Jika dikelola de ngan baik, pasti akan berdampak baik,” te rangnya.

Sebagai karyawan yang cukup lama bekerja di Radio SS, Yessi mengaku ingin bertanggung jawab. Saat masalah membelit, masih banyak kontrak dengan klien yang belum diselesaikan, terutama kontrak iklan jangka panjang. Tentu itu harus diselesaikan. “Alhamdulillah sekarang kita bisa membuktikan bahwa kita tidak hanya bisa bertahan, tapi bisa berkembang. Kita mandiri: membayar listrik hingga karyawan tanpa disubsidi pemkab” terang Yessi. Perempuan berjilbab itu mengungkapkan, meski jelas-jelas menyandang sebagai radio milik pemkab, tapi tiap tahun Radio SS tak pernah menerima subsidi.

“Ketika kita curhat kepada komisaris (dijabat sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Situbondo), kita disuruh mencari investor,” tuturnya. Yessi mengaku, bukan hal yang mudah ber tahan dan mengembangkan diri di tengah ketidakpastian status. Apalagi, ada sejumlah orang yang mengembuskan rumor bahwa Radio SS akan ditutup. Na mun, itu semua tak menyurutkan Yessi menghidupkan Radio SS. “Alhamdulillah kita bisa meyakinkan klien. Yang lama masih bertahan, yang baru kita prospek terus,” imbuhnya. (radar)

Kata kunci yang digunakan :