The Latest Collection of News About Banyuwangi
English VersionIndonesian

The Promised Wheel Chair Never Came

Register your email to Subscribe to news delivered directly to your mailbox
SAKIT: Eko bersama ibunya, Sahami.
Condition of Eco Supriyono, 17, teenagers from the Karanganom Environment, Karangrejo Village, Banyuwangi District, this is so sad. Sejak bayi, kepalanya terus membesar dan kakinya lumpuh. -AGUS BAIHAQI, Banyuwangi

RUMAH yang sekelilingnya dipagari bambu itu sekilas tidak berbeda dengan rumah warga lain di sekitarnya. Bangunan itu terlihat sudah permanen dengan ukuran agak lebar. Di teras depan rumah tampak becak sedang diparkir.

Di ruang tamu yang berukuran tiga meter kali tiga meter itu tidak ada perabotan yang ditemui. Sebuah motor lengkap tobos untuk jualan roti bakar diparkir dekat pintu. “Ini bukan rumah saya, tapi saya mengontrak Rp 1,5 million a year,” jelas Maat, ayah Eko Supriyono.

Eko tengah duduk di kursi dengan kepala menyandar ke dinding ruang tamu sebelah timur. Butiran air mata sesekali mengalir dari kedua matanya. “Air matanya sering mengalir seperti menangis,” jelas Sahami, ibunya, sambil mengusap air mata yang membasahi pipi Eko.

“Pernah diperiksakan ke dokter, katanya tidak ada penyakitnya,” sahut Maat. Dengan suara lirih Maat menyebut, dirinya memang jarang memeriksakan putranya ke dokter karena masalah keuangan. Dirinya bekerja sebagai tukang becak dan istrinya menjual jamu keliling. Penghasilan mereka hanya cukup untuk hidup seharihari. “Saya juga tidak tahu penyakit apa yang menimpa Eko ini,He said.

Saat diperiksakan ke dokter beberapa tahun lalu, dijelaskan bahwa kelainan yang menimpa putranya hingga kepalanya membesar itu disebabkan cairan di kepala beku dan urat sarafnya kecil. “Anehnya kedua kakinya ikut mengecil hingga akhirnya lumpuh," he said.

Meski kondisi ekonomi keluarga pasangan Maat-Sahami pas-pasan, pemerintah tidak begitu memberikan perhatian kepada keluarga tersebut. To date, Eko belum pernah mendapat bantuan sama sekali. “Sudah sering didata, tapi bantuan tidak pernah datang," he said.

Beberapa tahun lalu Eko pernah mendapat bantuan kursi roda. But, sampai saat ini bantuan tersebut tidak pernah datang. “Saya pernah dapat informasi bahwa kursi roda untuk Eko diterima orang lain. Biarlah, saya pasrah saja,he said. (radar)

Saat wartawan koran ini mengeluarkan kamera, Eko yang mulanya duduk dengan kepala menyandar di dinding langsung duduk tegak. Tangan kanannya langsung melambai. “Kalau difoto, saya pasti kelihatan ganteng ya,” celetuk remaja itu sambil tertawa.

Kondisi Eko memang cukup mengenaskan. Meski sudah berumur 17 year, tapi dia hanya bisa duduk di kursi. Kondisi itu terbilang lebih baik jika dibandingkan kondisinya beberapa tahun lalu. At that time, dia hanya tergolek di tempat tidur. “Dulu malah tidak bisa ngomong sama sekali. Sekarang sudah mendingan,” terang Sahami.

Eko tumbuh tidak normal sejak umur dua bulan. Lantaran keterbatasan ekonomi, keluarganya tidak bisa memeriksakandia ke dokter atau petugas kesehatan secara rutin.