BANYUWANGI – District government (district government) Banyuwangi membuka layanan rumah singgah di Surabaya untuk warganya yang dirujuk ke RSU dr Soetomo sejak pertengahan 2017.
Reported from Merdekacom, dalam sebulan rata-rata ada 25 pasien warga Banyuwangi yang memanfaatkan rumah singgah yang terletak sangat dekat dari RSUD dr Soetomo tersebut.
Pasien diperbolehkan membawa maksimal dua pendamping yang bisa menginap dan memperoleh fasilitas makan. In a year, more than 600 pasien dan pendampingnya memanfaatkan rumah singgah.
“Alhamdulillah, kemarin kami cek ke Surabaya. Perkembangannya bagus. Kamar, place of worship, toilet, semua bersih. Dapur, kulkas, television, Good. Ada tenaga perawat khusus, ada petugas bagian konsumsi. Tapi saya lihat perlu diperbanyak pengatur sirkulasi udara. Sudah saya minta ke tim untuk melengkapi,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di kantornya, Friday (2/8/2019).
“Saya juga minta diperbanyak majalah, buku, dan penambahan WIFI biar warga dan keluarga pendamping tidak bosan di sana,” he added.
Regent Anas said, Rumah Singgah didirikan untuk membantu warga yang dirujuk ke Surabaya.
Biaya pengobatan warga kurang mampu selama ini memang sudah ditanggung lewat berbagai skema, seperti Kartu Indonesia Sehat (SMALL) dan jaminan kesehatan daerah. Tapi biaya penginapan dan konsumsi keluarga pengantar tidak termasuk dalam skema itu.
Regent Anas said, sebelum ada Rumah Singgah, warga biasanya menyewa kos harian atau losmen. Dan itu cukup berat.
“Penginapan di Surabaya bisa Rp 150 thousand per day. Kalau lebih sehari bagaimana, seperti tindakan radioterapi yang butuh berhari-hari? Belum lagi biaya makan,” explained Regent Anas.
“Dulu biasanya warga Banyuwangi saweran untuk saling bantu. Dengan rumah singgah ini, warga bisa lebih nyaman dan tenang, bisa konsentrasi untuk pemulihan,” he added.
Salah seorang warga yang memanfaatkannya adalah Nur Giwantoro asal Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. Dia harus mendapatkan radioterapi rutin tiap hari selama lebih dari 20 day.
Di rumah sakit, dia hanya butuh waktu beberapa jam. Biasanya berangkat pukul 07.00, lalu pukul 10.00 sudah kembali ke Rumah Singgah. Sudah sebulan terakhir, Giwantoro beserta istrinya tinggal di rumah singgah.
Pasien lain yang kini tinggal di rumah singgah adalah Musahri. Dia juga menjalani radioterapi rutin tiap hari.
“Kalau tidak ada rumah singgah ini, saya bingung mau tinggal di mana. Mohon doa semoga saya cepat sembuh,” kata Musahri.
Regent Anas added, simultaneously, dua rumah sakit Pemkab Banyuwangi terus berbenah.
One of them, Blambangan Hospital, sudah bertipe B. Ada penyakit yang dulu harus dirujuk ke Surabaya, kini bisa ditangani di Banyuwangi, seperti bedah saraf, pendarahan otak, dan hidrosefalus.
“But, memang ada penyakit yang tetap harus dirujuk ke Surabaya, terutama yang cukup berat. Rumah singgah bisa membantu warga yang dirujuk,” pungkas Bupati Anas.
