PURWOHARJO – Keluarga miskin (gakin) di Desa Gendoh, Kecamatan Sempu, mengeluhkan kualitas beras sejahtera (rastra) yang diterima karena kualitasnya dianggap jelek. Sebelum dikonsumsi, mereka harus manggiling ulang.
Rastra yang diterima itu rata-rata berasnya hancur dan telah berubah warna kuning kecoklatlatan. Selain itu, rasra itu juga sudah berbau apek. Parahnya lagi, rastra yang dibagikan itu juga banyak menirnya.
“Dari dulu ya seperti ini, baunya apek dan warnanya sudah tidak putih lagi,” cetus Sunastin, 45, salah seorang warga Dusun Krajan, Desa Gendoh. Untuk menyiasati agar rastra yang diterima bisa dimasak, terang dia, maka beras jatah itu terpaksa digiling ulang dengan mengundang selep keliling.
“Setiap ada pembagian rastra, pasti banyak grandong (selep keliling) kesini,” katanya. Setelah digiling ulang, lanjut dia, rastra yang sebelumnya berbau apek dan berwarna kuning kecoklatan, akan berubah sedikit bersih dan keputih-putihan.
“Biasanya untuk satu kali selep, kita bayar Rp 2.000 per satu sak ukuran 15 kilogram,” ujarnya. Kepala Dusun/Desa Gendoh, Eko, 40, mengakui jika rastra dari Bulog itu berkualitas jelek dan tidak layak konsumsi. Sehingga, para gakin yang menerima harus menggiling ulang.
“Kalau tidak digiling ulang, bila dimasukkan berwana kuning kecoklatan, baunya apek, dan rasanya tidak enak,” terangnya. Rastra yang kondisinya kurung bagus dan berbau apek, terang dia, baru kali ini terjadi. Sebab, sebelumnya rastra yang dibagi kualitasnya cukup bagus.
“Saya mewakili warga berharap Bulog membagikan rastra yang kualitasnya baik,” harapnya. Eko meminta pemerintah seharusnya memberikan beras yang layak konsumsi kepada warganya. Bukan malah memberikan beras yang tidak layak komsumsi seperti ini.
“Kalau tidak percaya, pegawai Bulog atau pejabat pemerintah silahkan dicoba dulu untuk dimasak. Kalau enak dan layak baru dibagikan, jangan sembarangan,” tegasnya. (radar)