Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Habiskan 149 Spidol Hitam dan 130 Spidol Emas

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

habiskanSugianto, 32, warga Desa Kebunrejo, Kecamatan Wongsorejo, tidak menyangka dirinya mampu menulis kaligrafi . Pergaulannya di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Banyuwangi tampaknya mengubah jalan hidupnya. MENGENAKAN pakaian serba putih lengkap kopiah putih, Sugianto du duk di depan Alquran raksasa yang dia tulis. Setelah memperbaiki posisi duduk, alunan ayat-ayat suci meluncur dari mulutnya.

Bagai ter hipnotis, suara gemuruh di aula Lapas Banyuwangi mendadak hilang dan berubah menjadi sunyi. Ayat-ayat suci Alquran yang di baca Sugianto itu ternyata membuat ratusan narapidana (napi) yang berkumpul di aula itu ter tunduk. Sebagian ada yang melotot dengan raut wajah penuh kekaguman. Malahan, di antara napi perempuan ada yang berkaca-kaca.

“Alhamdulillah, sudah selesai penu lisannya,” ujar Sugianto kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi saat acara pertobatan masal di Lapas Banyuwangi pekan lalu. Sugianto bukan tipe orang yang suka mengumbar suara. Bila tidak ditanya, lajang asal Desa Kebunrejo itu cenderung diam. Bila diajak ngobrol, dia akan menjawab meski dengan suara lirih. Senyum khasnya se lalu menghiasi setiap bertemu orang. Sejumlah napi di Lapas Banyuwangi menyebut, Sugianto kini berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya.

Saat awal masuk ke lapas sekitar 20 bulan lalu, terpidana yang divonis enam tahun dalam kasus Perlindungan Anak (PA) itu ter kesan sangar karena tubuhnya penuh tato “Saat pertama masuk seperti preman, tubuhnya penuh tato,” sebut Kepala Seksi Pembinaan Lapas Banyuwangi, Sunaryo. Saat kali pertama masuk lapas, Sugianto tidak mengerti huruf Hijaiyah. Setelah kenalan dengan Mahmud, napi lain, buja ngan itu berubah total seperti saat ini. “Diajari ngaji oleh Pak Mahmud, termasuk belajar kaligrafi yang menjadi keahlian Pak Mahmud,” jelasnya.

Berkat ketelatenan dan keseriusannya, dalam waktu yang tidak terlalu lama Sugianto sudah mengenali huruf-huruf Arab. Bahkan, mampu membaca Alquran de ngan lancar dan menulis kaligrafi yang cukup indah. Saat kepala Lapas Banyuwangi yang saat itu masih dijabat Kris mono menawarinya menulis Alquran raksasa, Sugianto langsung menyanggupi. “Tapi tetap dibimbing Pak Mahmud,” kata Sunaryo. Sugianto memulai menulis ayat-ayat Allah hingga terkumpul menjadi Alquran sejak 7 Maret 2012.

Penulisan ini baru ram pung sembilan bulan kemudian, atau te patnya  ada 23 November 2012. “Akhir No vember 2012 sebenarnya sudah selesai, tapi masih perlu perbaikan,” terangnya. Sebelum di-launching, Alquran karya  Sugianto itu diperiksa KH. Mubarok, seorang hafi dz (hafal Alquran) asal Kecamatan Bangorejo. Selain itu, ayat-ayat dalam Alquran itu juga  diteliti oleh H. Yusuf Nur Iskandar dari Pondok Pesantren Manbaul Ulum, Mbra san, Kecamatan Muncar.

Menulis Alquran dengan ukuran 110 centimeter kali 80 centimeter dan tebal 13 centimeter itu menghabiskan spidol hitam 149 buah, dan spidol warna emas 130 buah. “Jumlah kertasnya lupa, karena belinya tidak langsung,” terangnya. Dengan suara lirih, Sugianto mengaku lega bisa menulis Alquran berukuran raksasa tersebut. Padahal, mulanya tidak mengerti dengan huruf-huruf Hijaiyah. “Saya merasa ada hikmahnya masuk ke tempat ini (lapas). Kalau tidak, mungkin masih tidak bias baca Alquran,” katanya seraya menarik napas panjang.

Sugianto mampu menunjukkan kemampuannya dalam seni kaligrafi. Alquran yang di tulis seorang napi yang tidak  mengerti huruf Hijaiyah saat masuk ke penjara, ter nyata itu yang pertama di Indonesia. “Saya berharap bisa cepat keluar,” sebut Sugianto saat ditanya harapannya. Dengan vonis enam tahun penjara, Sugianto yang telah melakoni 20 bulan penjara itu memang masih akan lama mejadi tahanan. Tetapi, dirinya selalu berdoa agar bisa segera berkumpul keluarganya. “Saya ingin segera menikah,” ungkapnya seraya senyum. (radar)