TEGALSARI – Naiknya harga pakan ayam dalam sebulan terakhir ini membuat peternak di Dusun Balokan, Desa Dasri, Kecamatan Tegalsari, Kabupaten Banyuwangi, terancam gulung tikar. Pasalnya, kenaikan harga pakan yang mencapai 30 persen tersebut membuat peternak terus merugi.
Para peternak mereka terpukul dengan naiknya harga pakan yang tinggi itu. Apalagi, saat ini harga ayam menurun akibat lesunya pasar. Peternak berharap pemerintah dapat turun tangan membantu mengatasi masalah pakan. Tingkat ketergantungan peternak terhadap pakan produksi pabrik, itu sangat tinggi.
Salah satu peternak ayam, Muhamad Yasin, 45, warga Desa Dasri, Kecamatan Tegalsari, mengaku telah merugi puluhan juta. Itu semua karena harga pakan ternak yang tinggi. “Harga pakan hasil produksi pabrik dan lokal naik terus,” katanya.
Muhamad menyebut, pakan ternak ayam lokal seperti jagung, kini harganya juga ikut naik. Malahan, campuran pakan seperti bekatul dan tepung ikan juga naik. “Petani yang menanam jagung, juga banyak yang gagal panen,” terangnya.
Harga pakan ternak yang tinggi itu, membuat para peternak harus berpikir lebih keras lagi agar usahanya itu tidak gulung tikar. “Ini sangat berat sekali, harga pakan dan campuran pada naik semua,” ungkapnya.
Untuk mengatasi harga pakan yang mahal, Muhamad menyebut kalau para peternak kini mencampur pakan dengan berbagai jenis sayuran, seperti daun pepaya, daun singkong, dan kangkung.
“Kalau tidak diakali seperti itu, peternak akan merugi banyak. Kalau harga ayam dinaikan malah tidak laku nanti,” cetusnya.
Menurut Muhamad, harga pakan yang naik secara bertahap itu sudah terjadi sejak awal tahun 2018. Dari harga awal sebesar Rp 4.800 per kilogramnya, kini menjadi Rp 5.800 perkilogramnya. Harga pakan terus naik karena langkanya bahan pembuatan pakan, yaitu bongkol kedelai impor dari Amerika.
“Akibat kenaikan harga pakan, sekarang kandang ayam yang biasa diisi 6.000 ekor ayam, kini berkurang menjadi 4.500 ekor ayam,” katanya.